Chapter 20

4.5K 357 12
                                    

Sudah tiga hari berlalu semenjak dirinya selesai dirawat di rumah sakit dingin itu. Ada perasaan tidak enak yang masih menyelimuti Jeonghan.

Jujur saja, ia merasa beruntung dirinya tidak menjadi gila. Jika ia cacat mental, mungkin sekarang Jeonghan sudah berada di rumah sakit jiwa. Untungnya Jeonghan menegakkan bahunya dan mengenakan topengnya.

Jeonghan tidak membuka mulut mengenai Minho, Vernon maupun apapun. Ia hanya berwajah pucat dan sedih. Seperti layaknya seorang ibu yang baru kehilangan bayinya. Karena perilaku itulah Jeonghan sekarang berada di jet pribadi Seungcheol....

Jet yang nyaman itu dengan cepat membawa mereka berdua ke tempat terindah di dunia...



Bali.



Ya, berlibur itu penting. Dokter menganjurkan agar Jeonghan pergi berlibur untuk memulihkan pikirannya. Hanya saja Jeonghan memilih Bali bukan untuk berlibur.

Jeonghan memilih Bali, karena ia tahu Minho dan Vernon akan segera kesana. Ia mendengar dari Seungcheol bahwa setelah rapat di Barcelona, Minho dan Vernon berencana menghadiri pesta bisnis di Bali.

Tentu saja Seungcheol dan Jeonghan juga diundang. Di saat itulah Jeonghan akan meneliti semuanya. Jeonghan akan mengatur apapun yang ia bisa untuk menghancurkan Vernon dan Minho. Kedua orang itu harus membayar apa yang mereka lakukan terhadap bayinya.

"Jeonghan..." Suara Seungcheol mengejutkan Jeonghan, "Kau belum makan apa-apa pagi ini... makanlah sedikit."

Jeonghan berhenti memandang jendela. Ketika ia menoleh ke samping, Seungcheol sudah meninggalkan tempat duduknya dan berjalan mendekat. Pria itu membawa piring beserta makanan. Di piring itu ada nasi putih dan salmon panggang yang terlihat lezat. Mungkin Seungcheol sudah memanggil koki jetnya untuk memasak menu itu.

"Tidak terima kasih," Jeonghan dengan lemas membalas pernyataan pria dingin di sebelahnya.

"Tidak? Aneh sekali, padahal dulu kau yang selalu mengingatkanku untuk sarapan pagi. Jangan menjadi orang yang munafik," Seungcheol menyuapkan sesendok nasi ke dekat mulut Jeonghan, ia dapat melihat Jeonghan menggelengkan kepalanya, menunjukan bahwa ia tidak mau menerimanya.

"Sudah kubilang aku tidak mau makan," Jeonghan menjauhkan mulutnya dari sendok itu, namun sendok itu mengikutinya terus.

"Jeonghan," Kali ini suaminya itu menatap Jeonghan dalam-dalam, "Aaaaa...."

Kali ini Jeonghan berhenti menjauhkan mulutnya. Seorang Choi Seungcheol yang dingin dan tidak berperasaan itu mengutarakan kata 'aaa' dengan nada terdatar sejagad raya. Suara 'aaa' itu begitu datar sampai-sampai Jeonghan pikir pria itu sedang bersendawa. Dokter spesialis bedah plastik itu pikir Seungcheol hanya payah dalam bernyanyi, namun kelihatannya pria itu payah dalam intonasi sehari-hari juga.

"Really? 'aaa'?" Jeonghan mencoba mengikuti nada bicara Seungcheol. Kelihatannya pria itu merasa cukup tersindir.

"Ya sudah terserah lah," Seungcheol meletakkan sendoknya ke atas piring dan kembali ke sikap coolnya yang menyebalkan.

"Ya sudah, terserah lah," Jeonghan kembali mengikuti mimik bicara Seungcheol, kemudian pria itu menatap Jeonghan dengan tampang tidak senang.

marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang