Chapter 24

3.2K 317 15
                                    

Malam hari di Gili terasa agak dingin Jeonghan menutup jendela villanya, kemudian ia duduk di tempat tidurnya.

Sebenarnya Seungcheol ada di mana?

Jeonghan telah lama menunggu pria itu, namun pria itu tak kunjung pulang. Setelah mereka berdua berkuda pagi tadi, Seungcheol mengantarkan Jeonghan ke villa mereka.

Kemudian dari siang hingga malam ini, Jeonghan tidak menemukan Seungcheol di mana-mana.

Jeonghan terkejut ketika ia mendengar pintu villanya terbuka. Pria yang membuka pintu itu tak lain adalah Choi Seungcheol.

Pria itu terlihat... merah. Ya, Jeonghan dapat melihat kulit Seungcheol yang putih porselen itu berubah menjadi merah karena terbakar matahari.

Luka bakar itu... Ah, untunglah sebagai seorang alumni kedokteran, Jeonghan tahu apa yang terjadi. Pria itu pasti baru saja berenang dalam waktu lama. Kalau tidak coraknya tidak akan seperti itu.

"Tadi kau berenang?" Jeonghan menggelengkan kepalanya, "Kau tahu tidak, meskipun air di laut itu sejuk, namun sebenarnya air laut itu lebih panas untuk kulit dari pada pasir tadi."

"Begitukah?" Seungcheol masih saja sok cool, padahal wajah tampannya itu sudah merah-merah seperti anak bayi.

"Ne," Jeonghan kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil handuk di sana, "Air itu konduktor panas terbaik... Makanya kulitmu jadi seperti itu."

Handuk itu Jeonghan rendam dengan air dingin. Kemudian Jeonghan memberikannya kepada suaminya yang terlihat seperti kepiting rebus itu.

"Pertama pakai handuk ini dulu," Jeonghan kemudian beranjak ke kopernya dan mengeluarkan lidah buayanya.

Biasanya Jeonghan menggunakan sari lidah buaya untuk wajahnya agar wajahnya tidak kering... Namun Jeonghan tahu sari lidah buaya juga bisa menyembuhkan luka bakar. Untung saja ia masih membawa lidah buaya lebih.

"Kemudian pakai sari lidah buaya ini ke sekujur tubuhmu yang merah-merah itu," Jeonghan kemudian memberikan lidah buaya itu kepada suaminya.

Choi yang dingin itu hanya mengangguk dan beranjak ke kamar mandi. Sungguh, Jeonghan tak habis pikir, kenapa pria ini bisa berenang hingga sebegitu lamanya?

"Jeonghan," Suara Seungcheol terdengar dari dalam kamar mandi, "Bisa tolong bantu aku? Aku tidak bisa memakai lidah buaya ini di punggungku."

Ketika Jeonghan membuka pintu kamar mandinya, ia dapat melihat Seungcheol yang telanjang dada. Pria itu memang tampan.

Meskipun tubuh Seungcheol merah-merah, pria itu masih tetap terlihat tampan. Kali ini Jeonghan merasa sekujur tubuhnya menjadi panas. Ada aliran listrik aneh yang mengalir di tubuhnya ketika ia memakaikan sari lidah buaya itu ke punggung suaminya. Ia merasa dirinya sangat mesum sekarang.

"Maafkan aku," Perkataan Seungcheol akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka, "Aku kehilangan cincin pernikahan kita."

"Di mana kau menghilangkannya?" Rasanya Jeonghan masih melihat cincin itu saat mereka masih ada di helikopter tadi.

"Saat aku mengajarimu berkuda," Seungcheol menjawab Jeonghan dengan pelan.

Jangan-jangan... Pria itu mencari cincin itu di laut Gili? Karena itulah pria itu terbakar matahari seperti ini?

"Seungcheol... Berapa lama kau mencari cincin itu?" Jeonghan menatap luka bakar itu dengan prihatin. Rasanya sebentar lagi kulit merah itu akan mengelupas.

"Itu tidak penting," Seungcheol merintih ketika Jeonghan mengoleskan sari lidah buaya itu ke area yang terlihat paling merah.

"Itu penting bagiku," Tangan Jeonghan kemudian berhenti bergerak, "Seungcheol... Apa arti cincin itu untukmu?"

"Kenapa kau menanyakan hal itu kepadaku?" Seungcheol menjawab pertanyaan itu dengan dingin... Namun Jeonghan tahu, pria itu hanya ingin lari dari pembicaraan ini saja.

Seungcheol... Kelihatannya pria itu benar-benar peduli akan pernikahan ini. Sebuah cincin adalah sebuah materi belaka. Seharusnya dengan harta sebanyak Seungcheol, pria itu bisa membeli cincin yang baru kapan saja.

Jika pria itu menghabiskan waktu dan tenaganya mencari cincin pernikahan mereka di tengah laut... itu artinya cincin itu tidak Seungcheol lihat dari nilai materinya... Itu artinya ia benar-benar merasa cincin itu adalah bukti dari pernikahannya dengan Jeonghan. Itu artinya Seungcheol menghargai cincin itu sebagai janji pernikahan yang mengikat mereka berdua.

"Seungcheol... Kau... Sebenarnya pernikahan ini... Apakah kau benar-benar menganggapnya dengan serius?"

Ketika pertanyaan itu Jeonghan utarakan, suaminya membalikkan tubuhnya. Kali ini Jeonghan tidak berhadapan dengan punggung lagi. Jeonghan dapat melihat wajah Seungcheol yang dingin dan dada pria itu yang bidang....

Sekarang wajah Jeonghan semakin panas. Ia tidak bisa terus melihat pria itu seperti ini.... Apalagi mereka hanya berdua di kamar mandi. Suasana tempat itu benar-benar panas.

"Ya," Seungcheol menjawabnya dengan singkat, namun jelas.

Jadi...

Seungcheol tidak menganggap pernikahan ini palsu? Selama ini Seungcheol benar-benar menganggapnya dengan serius?

Tidak.

Jeonghan tidak mengerti. Sebenarnya jawaban Seungcheol tidak singkat dan jelas. Jawaban pria itu sangat ambigu. Seungcheol bisa saja menjalani pernikahan palsu ini dengan serius bukan? Jeonghan sangat bingung.

Anehnya, Jeonghan lebih bingung kepada dirinya sendiri. Kenapa tatapan Seungcheol dan tubuh pria itu membuat Jeonghan menjadi semakin panas.

Semakin lama, Jeonghan semakin merona. Tatapan pria itu begitu memabukkan, membuat pikirannya semakin buyar. Jantungnya berdetak dengan kencang dan tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Ia tidak mengerti kenapa, namun wajah Jeonghan semakin lama semakin mendekati wajah Seungcheol.

Bibir mereka hanya dipisahkan oleh angin malam. Wajah Jeonghan semakin mendekat, begitu juga Seungcheol. Suaminya itu juga semakin mendekatkan wajahnya ke arah Jeonghan.... Mereka berdua benar-benar hanyut di dalam panasnya udara di kamar mandi itu.

"Jeonghan..." Suara Seungcheol benar-benar memabukan dirinya,




















"Apakah kau ingin melakukannya denganku malam ini?"


















TBC








Melakukan apa tuh....?


















marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang