Chapter 14

4.3K 375 0
                                    

Suara biola Gavotte bergema di ballroom hotel Ritz-Carlton.

Ada sebuah pesta bisnis siang itu. Seluruh rekan kerja Seungcheol tiba di pesta dengan baju termahal mereka. Jeonghan juga tidak kalah.

Jeonghan terlihat elegan dan senyumannya memberikan kesan hangat. Biasanya Jeonghan hangat dan bersahabat, namun ia tidak banyak berbicara hari itu. Ia hanya terdiam dan memberikan senyum terbaiknya ketika Seungcheol memperkenalkan Jeonghan kepada rekan-rekan bisnisnya.

Perusahaan Choi adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti. Seperti Trump di Amerika dan Agung Podomoro Group di Indonesia.

Jeonghan sering melihat iklan mengenai gedung-gedung baru yang dibangun oleh Perusahaan Choi, namun hadir di pesta bisnisnya adalah yang pertama kali bagi Jeonghan.

Jeonghan merasa dirinya seperti aksesoris. Dengan adanya dirinya. Seungcheol jadi terlihat berwibawa dan setia. Seungcheol tersenyum dingin kepada rekan-rekan bisnisnya. Berakting, seakan-akan pernikahannya dengan Jeonghan adalah pernikahan yang bahagia.

Mereka baru saja bertengkar tadi pagi, namun Seungcheol tidak terlihat seperti orang yang akan segera meminta maaf. Pria itu hanya memasang tampang datar dan mengajak Jeonghan berkeliling.

Bisnis.

Pasti hanya itu saja yang ada di benak Seungcheol. Pria itu pasti sangat sibuk. Sampai-sampai ia tidak sempat memikirkan perasaan Jeonghan.

Lagipula, siapakah Jeonghan bagi Seungcheol?

Jeonghan hanyalah orang yang sedang mengandung anaknya saja, Jeonghan bukanlah saham yang penting bukan? Jadi untuk apa Seungcheol peduli akan Jeonghan. Seungcheol selalu saja lebih memprioritaskan bisnis daripada keluarga.

"Ini adalah istriku, Choi Jeonghan," kata-kata itu sudah diucapkan Seungcheol dua puluh kali hari ini, "Jeonghan, dia ini adalah pemimpin dari divisi marketing, Tuan Zhengting."

"Halo," laki-laki berdarah cina itu tersenyum dan memperkenalkan dirinya.

Zhengting memuji Jeonghan, "Zhēn piào liàng!"

Zhēn piào liàng? Zhengting berbicara dalam Bahasa Mandarin. Jeonghan benar-benar merasa seperti orang bodoh di pesta mewah itu. Ia hanya bisa pura-pura tertawa saat yang lain tertawa dan mengangguk-angguk ketika rekan bisnis Seungcheol mulai berbicara dalam bahasa asing.

Seungcheol memang lancar dalam berbagai bahasa; Bahasa Perancis, Italia, Mandarin... Namun sayang sekali pria itu tidak bisa mengucapkan kata 'maaf' dalam bahasanya sendiri. Huh, menyedihkan sekali.

Jeonghan permisi untuk pergi ke toilet. Seungcheol hanya mengangguk saja dan kembali berbicara dengan rekan bisnisnya itu.

Hotel Ritz-Carlton ini memang mewah. Jeonghan dapat melihat perpaduan interior khas Korea dan Inggris zaman renaissance. Lantai marmernya juga terlihat mempesona. Dunia orang kaya memang berbeda.

"Jeong-Han?" Jeonghan menatap pria yang memanggilnya itu.

"Mingyu?! Wah, kau sudah kembali!" Jenghan berhenti berjalan.

Jeonghan teringat lagi kejadian di Roma... Mingyu hampir menciumnya dan pria itu meminta maaf saat tahu Jeonghan sudah menikah. Kemudian Seungcheol...

Seungcheol memukul Mingyu.

"Maafkan suamiku," Jeonghan tersenyum masam, "di Roma ia sedikit posesif, oh ya... apa yang kau lakukan di sini?"

"Ritz-Carlton membeli lukisanku, jadi aku membawa lukisanku hari ini," Mingyu tersenyum, "bagaimana denganmu?"

marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang