Chapter 17

4.4K 396 4
                                    

Pagi itu Jeonghan dengan gugup berjalan menelusuri lapangan polo bersalju yang besar bersama dengan Seungcheol.

Suaminya mengenakan seragam polo dan jaket, sedangkan Jeonghan mengenakan check-shirt blue dengan mantel bulu yang seputih salju. Ia merasa sedikit kedinginan, namun ia tidak bisa berkata apa-apa. Semua tamu yang datang juga kelihatan begitu elegan. Tapi ia lebih tidak bisa berkata apa-apa karena ibu Seungcheol muncul di hadapannya.

Choi Sooyoung, wanita yang dipanggil ibu oleh Seungcheol itu terlihat begitu lembut. Rambut hitam Sooyoung yang legam dihiasi oleh facinator hitam Phillip Treacy yang mempesona. Sepasang mutiara Dior Tribal yang indah memperindah telinganya yang putih. Gaun lace hitam Dolce & Gabbana yang wanita itu kenakan dilengkapi oleh trench coat hitam yang klasik. Hermes Birkin ostrich berwarna hitam ia genggam dengan anggun. Perpaduan pakaian wanita itu begitu sempurna.

"Jeonghan.." Suara Sooyoung terdengar begitu sopan dan elegan. Gaya bicara itu membuat Jeonghan menghormatinya, "Selamat datang di Kloster."

"Selamat pagi, eomma," Seungcheol menyapa wanita itu, kemudian wanita itu langsung memalingkan wajahnya.

Jeonghan dapat melihat Sooyoung memandang Seungcheol dengan tatapan yang merendahkan, seakan-akan Seungcheol tidak layak untuk menyapanya. Jangankan menyapanya, Seungcheol kelihatannya juga tidak layak untuk menapakkan kaki di lapangan itu.

"Minho?" Raut wajah Sooyoung berubah ketika kakak laki-laki Seungcheol itu datang dengan kuda hitamnya, senyuman hangat muncul di wajah wanita elegan itu, "Selamat pagi Minho-ya..."

"Selamat pagi, eomma," Minho turun dari kudanya dan mengenggam malletnya dengan erat, "Ah, Seungcheol. Apa kau sudah siap bertanding?"

Seungcheol hanya tersenyum dingin dan berkata, "Adalah sebuah kehormatan bisa bertanding dengan anda."

"Jeonghan, bagaimana keadaan bayimu?" Pertanyaan dari Minho itu membuat raut wajah Sooyoung kembali berubah. Sooyoung menerawang jauh, kemudian memandang perut Jeonghan.

"Bayiku baik-baik saja," Jeonghan tertawa pelan, "Hanya saja bayinya belum menendang sama sekali."

"Begitukah?" Minho tampak khawatir, "Jika berlanjut lama, lebih baik kau ke dokter."

"Ne, pasti akan kulakukan," Jeonghan mengangguk, "Oh ya dimana aboji?"

Ketiga Choi itu terdiam mendengar kata 'aboji' keluar dari mulut Jeonghan. Kelihatannya tidak ada satupun dari mereka yang menyukai kata 'aboji'.

Entah kata itu yang dibenci atau orang itu yang dibenci. Jeonghan juga tidak tahu, sekarang ia hanya bisa menyesali pertanyaan tadi.

"Pertandingan sebentar lagi akan dimulai," Sooyoung mengganti pembicaraan mereka, suaranya terdengar formal dan elegan, "Bagaimana jika kita berdua duduk di kursi penonton saja Jeonghan?"

Jeonghan hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah Sooyoung yang lembut dan pasti. Wanita itu memang punya karisma. Dari belakang pun wanita itu tetap terlihat mempesona.

"Jeonghan!" Jeonghan dapat mendengar suara yang sangat ia kenal,

"Seokmin?" Jeonghan tampak terkejut melihat pria itu mengenakan seragam polo, melambai-lambai dari kejauhan.

Seokmin berlari membawa malletnya dan mendekati Jeonghan. Napasnya terengah-engah dan ada asap keluar dari mulutnya, "Kau hamil bukan? Selamat ya!"

"Ah iya, sudah lima bulan."

"Wah!" Seokmin terlihat begitu bersemangat, "Anda juga pasti sangat bahagia bukan Nyonya Choi?"

marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang