7. Sepenggal Kisah

16 1 0
                                    

"Kita hanyalah sepenggal kisah yang dipaksa mengikuti alur Sang penulis."

***

"Kei kalau kamu mau nangis atau mau teriak ga papa keluarin aja, ga usah ditahan, mumpung hujan deras ga akan ada yg denger." Ucap Adnan memecah keheningan.

"Hitungan ketiga kita teriak bareng" Ucap Adnan lagi

"Satu, dua, tiga"

"Aaaaaaaaaaaaa"

"Hahahaha" Tawa mereka pecah. Bibir tertawa air mata mengalir deras bercampur hujan.

"Nan pasti sakit banget ya? Maafin Keisha ya."

"Kei bisa ga sekarang kita nikmatin aja apa yang ada, kita happy-happy aja belum tentu kan kita bisa kaya gini lagi?"

"Kamu pasti dingin peluk aja, biar lebih anget. Biar aman juga." Akhirnya Keisha  melingkarkan tangannya diperut Adnan

"Kei mau ga janji?" Teriak Adnan agar didengar Keisha

"Janji apa?"

"Janji buat selalu bahagia"

"Emang kalau Kei bahagia, Adnan bahagia?"

"Iya Kei, kalau kamu bahagia aku juga bahagia jadi kamu harus selalu bahagia."

"Okeh Kei janji akan selalau bahagia, Adnan juga janji harus selalau bahagia meski tidak bersama Kei. Janji?"

"Janji" Air mata mereka lagi-lagi mengalir enggan berhenti. "Ya Allah satukanlah saja kami, biar kami tidak perlu pura-pura bahagia." Batin Keisha

"Yah udah nyampe" Gerutu Keisha rasanya ia masih ingin terus bersama Adnan.

"Loh Keisha kamu ko hujan huajan?, harusnya jangan langsung pulang  neduh dulu nunggu reda."

"Iya tante marahin aja tuh anaknya, emang susah dibilangin disuruh nunggu reda ga mau." Ucap Adnan sok akrab.

"Kamu?"

"Itu Adnan mah, tadi kita ketemu di toko buku, dia nganterin katanya biar lebih aman soalnya tadi hujan deres." Bohong Keisha "untung tadi udah latihan jadi lancar" Keisha nahan senyum.

"Oh iya makasih ya nak, udah nganterin Keisha, masuk dulu yuk kasian banget kalian pasti kedinginan

"Keisha sana kamu langsung mandi biar ga masuk angin." Keisha langsung masuk ke kamarnya

"Kamu juga mandi sana, basah kuyup gitu. Nanti ganti pake bajunya om"

"Ga usah tante_"

"Ga papa, niat baik jangan ditolak, anggap aja sebagai ucapan terimakasih dari kita ya kan mah." Sahut Hardi yang entah muncul dari mana. Akhirnya Adnan nurut.

"Kelihatannya anak itu baik ya pah."

"Iya, tadi sorotan mata Keisha juga terlihat bahagia. Ya semoga aja mereka jodoh."

"Aamiin" Rupanya Adnan sudah mendapat restu orang-tua Keisha, tinggal menunggu restu sangat Khalik.

"Permisi om tante, makasih ya om tante"

"Kita yang harusnya terimakasih sama kamu, kamu udah mau nganterin Keisha. Dia tuh anaknya emang susah dibilangin, sekali A ya A B ya B."

"Iya bener banget tante, tadi tuh juga dia maksa mau pulang sendiri."

"Tapi akhirnya dia mau tuh kamu anterin, kamu apain?" Sahut Hardi

"Hayuh lagi ngomongin Keisha ya? Jahat banget ngomongin Kei dibelakang."

Imam PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang