04_Mondok?

438 64 8
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Jangan lupa follow, vote and comen guys🤗


"Ustadz Yusuf? "

Punggung tegap yang kini membelakangi Azka berbalik dan menampakkan wajah yang penuh dengan luka.

Tentu saja Azka kaget, bagaimana bisa separah ini?

Azka berjalan menghampiri Yusuf setelah melepas pelukan dari pria yang tak lain dan tak bukan adalah Askara, abangnya.

Perlahan tapi pasti kini Azka tepat berada di hadapan Yusuf dengan raut wajah khawatir yang sangat jelas terlihat.

"U-ustadz gakpapa? "

Bukanya menjawab pertanyaan dari sang istri Yusuf lebih memilih pergi dan mengacuhkan Azka.

Ada rasa amarah yang terselip di hatinya karena melihat sang istri yang hampir dibawa oleh seseorang.

Kamu memang bodoh Yusuf, jagain istri kamu aja tidak becus, Batinya.

Perasaan bersalah terus saja muncul dan amarah yang tadi muncul seakan berubah menjadi kobaran api saat kembali mengingat perlakuan pria tadi kepada kekasih halalnya.

Azka bigung dengan sikap Yusuf, apakah ia semarah itu padanya?

Tapi kenapa?

Bukankah dia hanya tamu sekaligus keluarga dari pesantren dari adiknya yang mencari ilmu disana?

"Ngapain juga gue mikirin tuh ustadz mesum? Ah bodolah! "

Setelah kepergian Yusuf tadi, Askara langsung menarik Azka untuk pulang bersamanya.

Tidak ingin membuat masalah lagi Azka hanya menurut.

Dari raut wajah sangat kakak Azka tahu bahwa ia telah kembali membuat keluarganya kecewa.

Didalam mobil sudah ada Yusuf yang duduk tenang sembari memejamkan mata untuk menetralkan emosi yang sempat hadir di hatinya tadi.

Beberapa menit telah mereka lalui dengan keheningan tanpa ada yang berniat untuk menghentikannya.

Azka merasa muak dengan suasana yang saat ini dirasakannya.

"Kalian berdua bisa gak sih gak usah mingkem mulu?! "

"Capek gue liatnya. "

Tidak ada respon sama sekali dari kedua pria yang saat ini sangat-sangat menyebalkan bagi Azka.

"Oke fine. Gue minta maaf atas semua kelakuan gue hari ini, tapi bisakan gak usah diem? "

Merasa kembali terabaikan Azka memilih diam dan memandang ke arah jalanan yang menurutnya lebih baik dilihat daripada melihat muka-muka yang sejak tadi hanya menampilkan wajah tanpa ekspresinya itu.

Hurfff...

Kini mereka sampai di halaman rumah milik Nabila.

Sebenarnya ada rasa takut yang kini hinggap dihati kecil Azka. Ia takut mamanya marah setelah mendengar kejadian yang menimpanya hari ini.

Perlahan tapi pasti Azka masuk dengan langkah pelan dibelakang punggung Askara.

Didalam sana sudah ada mamah Nabila, umi Laila, abi Burhan, dan juga Anjani, adiknya.

Terlihat sekali dari raut wajah mereka tersirat kekhawatiran yang begitu kentara.

Nabila menghampiri Azka dan memeluknya dengan begitu erat. Tidak begitu lama hanya beberapa menit.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah melepaskan pelukan dari putrinya ia duduk di sofa dengan membelakangi Azka.

Azka tahu betul bahwa kini mamahnya begitu kecewa padanya.

Antara Takdir dan Do'a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang