18_Mempertanyakan

253 47 18
                                    

◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Reading
-
-
-
-

Jangan lupa follow, vote and comen guys🤗


"Ada apa ini?"

Suara yang begitu tegas membuat mereka terkejut dan menunduk takut.

"Hanya pertengkaran biasa gus Naza." ujar Serin memberitahu.

"Apa benar?" gus Naza kembali bertanya.

"Nggeh gus." jawab mereka serentak kecuali Anjani yang membuat gus Naza heran.

"Anjani?"

"Nga punteun gus.. Saya permisi dulu untuk ke belakang, masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan." ucap Anjani meminta ijin.

"Silahkan." gus Naza memberi ijin, dan Anjani langsung berlalu pergi dengan perasaan yang masih kesal pada Vina dan Sarah. Menjengkelkan!

"Lanjutkan." titah Naza pada ketiganya.

"Nggeh gus."

***

Azka sudah menyelesaikan hukumannya dan sekarang ini ia sedang istirahat di bawah pohon mangga yang berada di belakang pondok.

Jika saja Zee tidak ke club mungkin Azka tak akan merasakan penderitaan ini. Cukup melelahkan memang tapi entah mengapa ia senang karena ada Yusuf yang selalu menemaninya di balik salah satu tiang dekat lapangan.

Entah Yusuf menyadarinya atau tidak. Tapi Azka senang dengan itu. Seorang pria menghampiri Azka dan duduk di sampingnya.

Gadis itu sangat hafal dengan bau parfum pria tersebut. Ia Askara, abangnya. Askara terus memandang Azka dari samping.

"Kenapa?"

"Dia kembali?" bukannya menjawab Askara malah balik bertanya dan itu cukup membuat Azka sedikit terkejut.

"Hm... Aku juga gak tau kenapa dia kembali lagi." ujar Azka tenang.

"Dan semalam yang ke club itu dia?" Askara kembali bertanya.

"Hm."

"Maaf abang gak bisa bantu tadi.. " ungkap Askara penuh sesal.

"Santai aja bang, lagian mamah gak tau kan sama penyakit gue ini.. Jadi gak usah minta maaf." balas Azka.

"Kamu gak ngasih tau Yusuf?"

"Gus Yusuf?" heran Azka. "Kenapa gus Yusuf?"

Askara merutuki kebodohannya. Kenapa bisa ia lupa kalau Azka belum mengetahui rahasia itu.

"M-maksudnya kan gus Yusuf yang ngasih hukuman tadi.. Kalau kamu kasih tahu dia mungkin hukumannya bisa sedikit ringan." ujarnya

"Buat apa dia tahu? Bahkan dia bukan siapa-siapa gue.. Aneh lo bang, orang Anjani sama mamah aja gak tahu soal ini." sahut Azka terkekeh kecil.

"Awas aja kalau sampe lo ngadu sama mamah soal ini." lanjutnya sedikit mengancam.

"Tenang aja kalau soal itu."

"Oh ya bang.. Kapan balik ke sukabumi?" tanya Azka.

"Lo ngusir gue sama mamah?"

"Bukan gitu.. Kan lo juga ada kerjaan di sana bang, apalagi perusahaan papah yang butuh lo saat ini." jelasnya.

Ya beginilah mereka kadang aku-kamu kadang juga lo-gue jadi gak usah heran.

"Tenang aja di perusahaan udah ada yang Handel.. Lo fokus aja buat nuntut ilmu agama di sini."

"Kenapa harus gue sih bang? Padahal kan Anjani aja udah disini lama banget, belum cukup?"

"Kalau soal itu lo tanya aja langsung sama mamah jangan sama gue.. Karena percuma lo gak bakal dapet jawabannya." ucap Askara serius.

"Kalau nggak lo tanya aja sama si Yusuf... Karena dia juga tahu alasannya kenapa lo di sini." lanjutnya dan berlalu pergi meninggalkan Azka yang bertanya-tanya.

"Maksud lo ap---WOI BANG JAWAB DULU PERTANYAAN GUE, GOBL*K." teriak Azka pada sang abang yang sudah sedikit jauh darinya.

"Kenapa gus Yusuf?"

***

Semua santri sedang mengikuti kajian yang di mesjid pesantren dengan sang pemateri yang menjadi panutan mereka, gus Yusuf.

Jam sudah menunjukan pukul 21:39 malam. Tapi, tidak ada tanda-tanda akan selesainya kajian ini. Azka dibelakang sudah sangat mengantuk. Ia tertidur sambil duduk.

Salah seorang santriwati bertanya kepada Yusuf. "Gus amalan apa ya yang bisa kita lakukan saat haid?"

"Baik saya akan menjawab pertanyaan kamu, cukup bagus pertanyaannya. Saat kita haid kita bisa mengamalkan dzikir dan juga bersolawat--"

"Banyak dzikir yang bisa kalian amalkan contoh seperti subhanallah, astagfirullah, alhamdulillah, Allahuakbar, dan masih banyak lagi---"

"Kalian tidak perlu khawatir karena kabar baiknya saat kalian haid pahala kalian tetap di hitung seperti hari-hari biasa saat kalian sedang tidak haid, meskipun kalian tidak solat dan ganti qada' tetap akan di hitung pahala..fahimtum?"

"Fahimna gus." jawab mereka serentak.

"Kalau tidak ada yang di tanyakan lagi cukup sekian dari saya, wassalamu'alaikum wr, wb. "

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh."

Semua santri berbondong-bondong keluar. Yusuf masih berada di dalam masjid ia menunggu semua santri keluar terlebih dahulu baru dirinya yang keluar.

Tapi, saat akan keluar ia melihat seorang gadis yang tertidur pulas dengan posisi duduk. Apakah tidak pegal?

Ia tersenyum melihat gadis tersebut ia Azka, istri tercintanya. Masalah yang sedang Azka hadapi sudah Yusuf urus semuanya.

Ia melihat Azka yang begitu dalam tidurnya tidak terganggu sama sekali. "Manis sekali." batinnya.

"Saya tidak tahu mengapa begitu resah setiap melihat kamu, pertanyaan yang di lontarkan abang kamu begitu mengusik hati saya.. Sebenarnya ada apa sama kamu, sayang?"

Tangan Yusuf terulur mengusap kepala Azka yang tertutup oleh hijab pasmina berwarna cokelat.

"Setelah kamu tahu semuanya.. Saya ingin kamu jujur dan saya janji akan terus menjaga kamu hingga maut memisahkan."

"Entah mengapa saya selalu cemas sama kamu, zaujati."

"Jangan buat saya khawatir."

Yusuf menggendong Azka ala koala. Meletakkan kepala sang istri untuk bersembunyi di ceruk lehernya.

Mulai berjalan ke ndalem dan tangannya terus mengelus punggung Azka begitu lembut.

Setelah sampai Yusuf meletakkan Azka di ranjang dan turut berbaring di sebelah Azka serta membawanya ke dalam pelukan hangat Yusuf.

"Selamat mimpi indah, sayang."

To be countinue..

Gimana part ini??
Next??

Antara Takdir dan Do'a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang