19_ Bertemu

241 50 17
                                    

◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Reading
-
-
-
-
Jangan lupa follow, vote and komen🥰



Setelah solat subuh tadi Azka kembali tidur nyenyak. Tapi, anehnya tidak ada yang membangunkan nya mau itu umi Laila atau mamah sekali pun.

Sinar matahari terus mengusik Azka yang masih bergelung di dalam selimut tebalnya. Hari ini hari minggu dimana dirinya juga harus ikut mingsih atau minggu bersih bersama santri lain.

Tapi ia terlalu malas untuk bangun. Entah ada apa dengan tubuhnya saat ini.

Saat ingin bangun kepalanya terasa pusing dan bola matanya berganti warna biru si sebelah kanannya.

Dia Zee.

Senyum miring menjadi penghias di wajah Zee. Ia begitu senang dapat mengambil alih tubuh Azka kembali.

"Ngapain lo keluar?"

"Gak tahu juga.. Mungkin ada hal yang akan terjadi hari ini dan gue yakin itu gak akan lo sukai."

"Kalau gitu gue pergi istirahat dulu.. Tubuh gue capek banget. Awas jangan macem-macem lo!"

"Gak janji."

Zee mulai memasuki kamar mandi dan membersihkan diri. Ia keluar hanya menggunakan handuk yang menutupi dada hingga setengah pahanya.

Ia tak menyadari jika ada orang lain di kamarnya ini. Zee terlalu fokus mencari pakaian ganti dan mengabaikan keadaan sekitar.

"Butuh bantuan, babe?"

Tubuh Zee menegang, suara itu? Suara orang yang amat sangat Zee hindari selama ini. Dia orang yang telah menghancurkan hidup Azka. Pria gila yang hanya terobsesi padanya.

Zee membalikkan tubuh dan berhadapan langsung dengan orang yang ia hindari keberadaannya.

"G-gimana caranya lo m-masuk?"

Gugup, itulah yang Zee rasakan saat ini. Ia harus kabur secepatnya dari sini. Tapi ia terkurung oleh dua tangan yang berada di kedua sisi kepalanya.

"Tidak usah buru-buru sayang.. Kamu begitu seksi hanya memakai handuk ini.. " ucap pria tersebut yang terdengar begitu sensual di telinga Zee.

Zee bergetar ketakutan. Ia tak tahu harus melakukan apa saat ini. Ia membutuhkan seseorang.

Elusan lembut di pipinya semakin membuat Zee ketakutan. "Rileks sayang... Aku gak akan gigit kamu kok." ia terkekeh senang mendapati gadisnya yang masih begitu takut padanya.

Tok..

Tok..

Tok..

"Azka.. Ini saya Yusuf."

Mendengar seseorang reflek Zee ingin meminta tolong. "TOL----" namun semuanya sia-sia mulutnya di bekap oleh tangan pria tersebut.

"Syutt.. Jangan berisik. Sampai bertemu nanti, babe."

Cup...

Kecupan di pipi menjadi penutup manis pria tersebut yang sudah berlalu pergi melalui balkon. Bagaimana pria itu tahu kalau dirinya ada di sini?

Dan bagaimana bisa ia lewat balkon yang cukup tinggi. Balkon berada di lantai dua Ndalem.

"Azka, kamu di dalam kan?"

Suara Yusuf kembali membuyarkan lamunan Zee. "Iya bentar.. Gue baru selesai mandi."

"Saya kira kamu tidak ada, kalau begitu saya tunggu di ruang makan. Yang lain juga sudah menunggu.. "

"I-iya iya.. Nanti gue nyusul."

Setelah tak ada suara lagi Zee bergegas mengganti pakaiannya. Tidak enak juga membuat mereka menunggu dirinya. Tapi bagaimana pria itu tahu dirinya berada di sini?

Kalau ia sudah tahu berarti dirinya sudah tak aman lagi di sini. Ya ampun, kenapa dia muncul sekarang sih?

***

Yusuf dan Azka atau lebih tepatnya Zee sedang berada di gudang ndalem. Begitu banyak barang yang sudah tidak terpakai. Tadi kyai Burhan meminta bantuannya dan juga Zee untuk membersihkan gudang berdua.

Entah ini memang sebuah perintah atau hanya alibi saja untuk mendekatkannya dengan sang istri, ia pun tak tahu.

Raut tak bersahabat Zee tunjukan sejak tadi. Ia tak suka di perintah oleh siapa pun itu. Ia muak jika ada orang yang mengaturnya ataupun memerintahinya seperti ini.

'Dasar tua bangka.. Seenaknya aja nyuruh gue!'

Zee melirik ke arah sampingnya. Di sana masih ada seorang pria yang setia berdiri menemaninya sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan gus Yusuf.

"Lo aja yang bersihin.. Gue males."

Yusuf menatap ke arah Zee dengan tatapan datar. Bagaimana bisa seperti itu?

"Kamu juga harus ikut membersihkan, Azka. Tadi abi nyuruhnya kita berdua.." balas Yusuf tak mau di bantah.

"Bodo! Emang gue perduli?!"

Menatap kedua mata sang istri ia merasa aneh. Kenapa warna bola matanya berubah?

"Mata kamu-"

"Kenapa mata gue?" herannya.

"Kenapa bisa berubah warna sebelah? Lupa lagi pake soflen?"

Mendengar penuturan Yusuf ia langsung meraba mata sebelah kanannya. Ia lupa tak memakai soflen tadi.

"Duh.. Kenapa ceroboh banget sih lo Zee.. " ucap nya dalam hati.

"I-iya.. Gu-gue l-lupa lepas tadi.. Aneh ya?"

Yusuf tersenyum melihat Azka gugup seperti ini. "Nggak kok.. Kamu gak aneh. Cuma sedikit aneh aja.. " ledek Yusuf yang langsung mendapatkan pukulan di lengan kirinya.

"Ish.. Lo beneran nyebelin ya jadi orang!"

"Haha.. Ya sudah sekarang kita beresin takutnya makin lama beres nya."

Kehadiran Yusuf sebenarnya sangat berpengaruh pada hidup Zee saat ini. Tapi, ia tak mau egois dengan merebut orang yang sudah menjadi milik Azka, si pemilik tubuh yang asli.

Begitu banyak rahasia yang di simpan Zee dan Azka. Tapi, menurutnya yang paling tidak bisa di tolong adalah dirinya sendiri yang sudah sangat rusak.

Bahkan Azka pernah kecewa atas perbuatan di masa lalu. Azka pernah berusaha menghilangkannya waktu itu. Tapi, entah bagaimana ia muncul kembali dengan kehadiran Yusuf di hidup Azka.

Apa ini sebuah kebetulan saja?

Kepala Zee kembali berdenyut nyeri, saat ini yang mengambil alih Azka kembali. Ia merasa sedih harus kembali ke tempat gelap yang sangat memuakkan.

"Ustadz nyebelin?"

Yusuf hanya bergumam tanpa menoleh sedikitpun. Azka merasa kesal di abaikan.

"Emangnya lo gak curiga sama sikap gue yang selalu berubah-rubah?"

To be countinue...

Gimana part ini?

Next?

Antara Takdir dan Do'a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang