"Kyaaa!"
Suara senapan membuat burung-burung di dahan pohon berhamburan ke udara. Viora tidak berani membuka matanya, tapi ia penasaran mengapa serangan yang dia tunggu tidak kunjung datang menerkam. Perlahan-lahan ia mengintip melalui sela-sela tangannya, melihat macan tadi sudah tergeletak di tanah, dengan bagian tubuh berlubang bercucuran darah.
Viora mendengar patahan ranting yang beradu dengan dedaunan kian dekat, terdengar seperti seseorang yang sedang berlari ke arah mereka, serta suara lantang yang memanggil namanya.
"Oh, thank my Goddess. (Terima kasih Tuhanku.)" Zico bernapas lega, setelah mengikuti jejak pasir yang menuju ke hutan akhirnya dia bisa menemukan gadis kecil ini. Zico meletakkan senapannya lalu menarik Viora mendekat. Ia segera memeluk keponakannya, merasakan tubuh kecilnya gemetar dengan tangan yang sigap memeluk erat leher sang paman.
Zico sungguh bersyukur bisa menemukan gadis ini. Setelah dia terpaksa kembali di tengah perjalanan karena botol susu Endy tertinggal di pantry, dia sudah curiga tidak menemukan Viora dan Axthon di dalam rumah.
Teringat dengan bak pasir yang dekat dengan hutan, Zico yakin anak-anak ini pasti berlari ke sana. Dia mengikuti jejak pasir yang menuju ke satu arah, sampai dia mendengar raungan dari hewan buas, dengan cekatan Zico membidik pistolnya. Sangat bersyukur bisa tepat sasaran sekaligus tepat waktu sebelum Viora menjadi mangsa hewan buas itu.
Sambil menggendong Viora, Zico mendatangi Axthon yang berusaha bangkit dengan sisa tenaganya. Pemuda itu tampak menutupi mata kirinya dengan sebelah tangan, separuh wajahnya berlumuran darah. Kaos yang ia pakai nyaris tak terbentuk lagi dengan bekas 3 garis cakaran di tempat yang berbeda hampir di sekujur tubuh, jelas harus mendapat jahitan.
"Show me your eye, Ax. (Perlihatkan matamu, Ax.)"
Dengan ritme napas yang belum bisa dikendalikan, Axthon menunjukkan kondisi matanya. Dia membuat Zico kaget usai bersedia menurunkan tangan
hingga spontan mengalihkan wajah Viora."You need to go hospital, right now! (Kamu harus pergi ke rumah sakit, sekarang!)"
***
Di rumah Ny. Ella, menu makan malam kali ini tersaji lebih banyak. Sebab ada tamu yang tak disangka-sangka sedang berkunjung ke mari. Merasa tidak ada suguhan yang pantas untuk disajikan, Ny. Ella memutuskan mengajak besannya bergabung di meja makan.
"Kalian seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini." Mr. Ken berkata, mencegah Ranaya menambah lauk di piringnya.
"Tidak apa-apa, Tuan. Sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini, bukan?" balas Ny. Ella merasa tidak keberatan.
"Jagung?" Ranaya menawarkan, mengisi 2 sendok bulir jagung rebus di piring Araka setelah suaminya mengangguk. Ia juga menambah beberapa macam lauk sesuai yang Araka minta.
"Gak mau nambah ikan lagi, Ar?"
Araka menolak tawaran mertuanya, ia mengangkat piring dan gelas airnya lalu berdiri. "Tan, aku makan di belakang, ya."
"Lho, Ar—" Ranaya tak sempat mencegah suaminya yang tiba-tiba pergi, pria itu beranjak meninggalkan meja makan begitu saja. Ranaya menghela melihat kelakuannya, ia tahu Araka pasti tidak mau berada di meja yang sama dengan sang ayah. "Maaf, Pa," ringisnya merasa sungkan.
Mr. Ken tersenyum segaris. "Gak pa-pa, bukan pertama kalinya Araka seperti itu. Kita lanjutkan saja makan malam ini. Boleh, Nyonya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARGIRL
RomanceRanaya kira, pernikahan itu sesuatu yang bisa ia jalani dengan modal nekat. Tapi, setelah Tuhan memberinya tiga buah hati yang manis, Ranaya berpikir prinsipnya mulai salah. Banyak lika-liku yang ia hadapi, sampai ia harus merelakan salah satu buah...