"Aw!"
Araka meringis untuk yang kedua kali. Niat jahatnya urung ketika melihat pelototan sang istri yang sudah terkenal hingga pelosok dunia lebih seram dari penyihir, tega melempar jidat suaminya dengan bebek karet milik Green. Tangan Araka yang semula terangkat menjunjung gayung mandi berisi air, harus turun tanpa sempat membalas siraman putri dan keponakannya.
Mereka sedang berperang di kamar mandi, ceritanya. Mengingat tenaga Araka yang jauh lebih besar, berulang kali Ranaya menegur agar tidak keterlaluan pada anak-anak.
Menghasilkan kekehan menjengkelkan dari mulut dua bocah itu, mereka yang berendam di bak kamar mandi di kamar Araka kembali menyemprotkan pistol air ke si empunya. Membuat kemeja yang dipakai Araka basah kuyup.
Araka yang tak mau kalah pun ikut menyemprot mereka dengan keran shower dari kejauhan, agar tenaga airnya tak terlalu menyakiti bocil-bocil kurang ajar ini.
Ranaya geleng-geleng kepala. Dia tidak ambil pusing lagi mengenai bagian dasternya yang ikut basah akibat perang suami dan anak-anaknya. Ini memang lazim terjadi tiap kali mandi sore.
Ia baru selesai memandikan si kembar dibantu Araka, namun di detik-detik terakhir suaminya malah absen sebab harus bertugas di medan perang —melawan sekutu bernama Green dan Viora.
"Ar, bantu aku bentar."
"Oh, iya-iya, Babe." Araka segera meletakkan selangnya. "Bentar, perangnya Papa pending dulu."
"Yah, Papa ...." Dua bocah itu kompak memprotes.
Araka membantu Ranaya membentangkan handuk untuk mengeringkan Archie yang baru selesai dimandikan. Lebih cepat daripada memandikan Arshaa sebelumnya.
Arshaa pasti dinomorsatukan untuk urusan mandi, sebab ia selalu rewel apabila bersentuhan dengan air. Soal memandikan Arshaa, Ranaya selalu meminta bantuan suaminya. Bekerja sama memegangi bagian tubuh putri mereka yang terus menepuk air.
Untuk Archie, Ranaya tidak terlalu membutuhkan tenaga ekstra. Anak itu selalu menurut juga jarang rewel, Ranaya tidak terlalu kesusahan jika harus memandikan Archie sendiri. Hanya sesekali meminta bantuan Araka untuk mengambilkan handuk atau hal kecil lainnya.
Sementara Araka, harus membuang banyak tenaga demi memandikan putri dan keponakannya yang selalu mengajak berperang sebelum menyentuh sabun. Anehnya ketika Ranaya memandikan mereka, tak ada suara yang dihasilkan selain gemericik air. Mungkin, ini yang dinamakan The Power of Emak-Emak.
"V sama Green mandinya cepetan, ya. Keburu makin sore, takut masuk angin."
"Ote, Mama!"
Ranaya tersenyum menerima jempol dari keduanya, sembari mendekap Archie yang sudah terbalut handuk dia kembali berpesan pada suaminya sebelum pergi. "Kamu juga mandinya cepetan, Ar."
"Ote, Mama!" Araka ikut mengangkat jempolnya sambil menyengir.
Setelah memastikan Ranaya benar-benar pergi. Perang kembali dimulai, bedanya kini mereka menambahkan bebek karet serta beberapa mainan karet lainnya sebagai peluru tambahan. Saling melempar satu sama lain.
Diam-diam Araka berdo'a semoga istrinya tidak mengamuk melihat kondisi kamar mandi setelah perang ini berakhir. Sudah bisa ditebak, pasti Araka yang disuruh membereskan.
***
Ranaya membawa putranya ke kamar untuk segera memakaikannya baju. Untungnya ruangan yang dibuat bersuhu hangat tak mengkhawatirkan Ranaya yang takut bayi-bayinya kedinginan.
Ia meletakkan Archie yang aktif menggerakan tangan dan kakinya di atas meja setinggi pinggang yang merangkap sebagai lemari pakaian. Di samping Arshaa yang sudah memakai popok dan sarung tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARGIRL
عاطفيةRanaya kira, pernikahan itu sesuatu yang bisa ia jalani dengan modal nekat. Tapi, setelah Tuhan memberinya tiga buah hati yang manis, Ranaya berpikir prinsipnya mulai salah. Banyak lika-liku yang ia hadapi, sampai ia harus merelakan salah satu buah...