"What a beautiful day. (Sungguh hari yang indah.) Suatu keberuntungan bisa melihat Anda datang ke rumah kami tanpa undangan apa pun."
"Bacot! Bokap lo mana?!" Araka sungguh tak ingin berbasa-basi, keadaan sekarang sedang genting, dia dikejar waktu. Tapi manusia kurang rehabilitasi di depannya ini malah sengaja mengulur-ulur.
"Sedang sarapan." Axthon mengintip ke belakang tubuh Araka yang masih bertahan di ambang pintu. "Viora?"
"Gak ada." Araka menaikkan nada sarkasnya, sinyal waspadanya pun langsung menyala. "Sekali lagi lo nanya tentang anak gue ... gue pastiin semua sendi lo lumpuh besok pagi!"
"I'm not even scared of you. (Saya bahkan tidak takut denganmu.)" Axthon hanya menatap lempeng. Ia mempersilahkan Araka masuk, masih sabar ketika Araka menabrak bahunya dengan sengaja.
Sebagai tuan rumah yang baik, Axthon menawarkan Araka untuk duduk, namun lelaki itu malah ngeloyor pergi menuju ruang makan. Langsung menghampiri Zico yang sedang menyantap sarapan, ditemani Elena yang sibuk menyuapi anak laki-lakinya di kursi khusus bayi.
"Gue butuh bantuan lo." Araka mengambil tempat di salah satu kursi, mengatakan tujuannya dengan gamblang.
Zico menaikkan sebelah alisnya, tidak kaget Araka langsung datang ke mari. Sebab putra angkatnya lebih dulu mengatakan jika mobil sang 'calon mertua' tengah bertengger di halaman. Artinya, ada kepentingan khusus yang membuat Araka sampai sudi menginjakkan kakinya di rumah sang musuh.
Zico menjauhkan mangkuk serealnya yang sisa setengah, lalu, berbicara pada Elena yang terlihat bingung. "Honey, can you bring Endy in another place? We need some privacy here, (Sayang, bisa kamu bawa Endy ke tempat lain? Kita butuh sedikit privasi di sini,)" usir Zico dengan halus.
Elena melirik suaminya, Araka, dan Axthon yang berdiri di belakang Araka bergantian. Wanita itu mengangguk tanpa banyak bersuara, menggendong Endy dan membawanya menjauh dari area ruang makan.
"Dan lo, mau apa lo ke sini?" Zico melunturkan keramah-tamahannya, kesal Araka yang selalu bertingkah seperti raja. "Kalau kedatangan lo cuma buat gue kesel, lo tau akibatnya."
"Ini soal Ranaya—"
"Apalagi soal Ranaya. You running her smile, i'll broke your life! (Lo rusak senyumnya, gue hancurin hidup lo!)" ancam Zico menggebrak meja.
Araka mendengus. Ayolah, ini sudah hampir 4 tahun pernikahannya. Tapi Zico masih saja belum merestui hubungannya dengan sang istri.
"Keluarga gue ... mereka mau nipu Ranaya."
Zico dan Axthon saling menatap. "Lebih jelasnya?"
"I'll tell you later, (Gue bakal ngasih tau lo nanti,) tapi sekarang gue bener-bener butuh bantuan lo. Ini soal anak gue, please."
Araka sampai memohon. Baiklah, berarti ini memang masalah yang serius.
***
Membuka toples tepung, tidak ada. Membuka lemari es, tidak ada. Di bawah rak sepatu, tidak ada. Kolong meja, saluran air, keranjang buah, kantong gaunnya, juga tidak ada.
Viora panik ... papanya hilang!
Viora berlari keliling dapur, mencari ART yang selalu membuatkannya susu. Rupanya sedang mencuci peralatan makan di wastafel. Viora lantas mendatanginya, membawa sisir dan ikat rambut yang disimpan dalam sebuah toples mungil, gadis cilik ini bertanya.
"Mbak Mili, liat Papa?"
Pekerja 30 tahunan itu menunduk, menatap Viora yang memanggilnya. "Waduh, nggak liat, Non. Mbak sibuk di dapur terus dari pagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/255335409-288-k125551.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARGIRL
RomanceRanaya kira, pernikahan itu sesuatu yang bisa ia jalani dengan modal nekat. Tapi, setelah Tuhan memberinya tiga buah hati yang manis, Ranaya berpikir prinsipnya mulai salah. Banyak lika-liku yang ia hadapi, sampai ia harus merelakan salah satu buah...