96. Who is She? (Part II)

786 119 23
                                    

"Nanti Mama jemput di sini, ya!"

"Iya, Mama!" Dua bocil itu melambai kompak, sempat berbalik lalu kembali berlari menuju arena playground setelah dipasangi gelang khusus pengunjung oleh petugas.

Ranaya memperhatikan mereka sampai benar-benar menemukan alat bermain yang berhasil disentuh, barulah ia bisa beranjak dengan tenang. Ranaya sudah meminta pada Beatrix untuk mengawasi mereka dari luar, sebab pengasuh Green sedang cuti hari ini.

Ia bersama Sarah —pengasuh Archie— turun menggunakan eskalator, mereka menuju arena perbelanjaan yang berada di lantai bawah. Mengobrol ringan seputar harga bahan-bahan pakan yang kini hampir serentak menanjak naik, sembari menunggu anak-anak menggemaskan itu bersenang-senang.

Mereka mengambil masing-masing troli yang nantinya akan diisi bahan makanan dan persabunan yang sudah Ranaya catat dalam tablet yang ia bawa. Saling membagi tugas dan berpencar, lalu 20 menit kemudian, mereka bertemu di lorong mainan sesuai janji.

Ranaya ingat hari lalu putrinya mengeluh sepaket cangkir teh mini pemberian Elena tiba-tiba pecah, niatnya mengunjungi lorong ini untuk mencari yang serupa sebagai bentuk ganti rugi. Mengingat cangkir-cangkir itu pecah sebab Ranaya yang tak sengaja menjatuhkan kotak penyimpanannya saat membersihkan kamar Viora kemarin. Daripada putrinya menuntut di pengadilan, lebih baik Ranaya menggantinya saja.

Ranaya menjelajahi lorong mainan sembari berjalan santai, ada Sarah yang mendorong troli setengah penuh berisi berbagai macam sabun di sampingnya. Sama-sama melihat-lihat berbagai jenis mainan hingga peralatan belajar yang dipajang di sepanjang lorong ini.

Sarah memberhentikan trolinya ketika Ranaya juga berhenti di depan salah satu rak yang memajang berbagai peralatan memasak khusus anak-anak. Wanita itu tampak sibuk memilih cangkir teh yang sekiranya cocok dengan putrinya. Menggunakan kesempatan itu, Sarah lantas berbalik beberapa langkah ke rak yang sempat ia lewati. Mengamati sebuah meja lipat yang cukup menarik minatnya, mengira meja ini sepertinya cocok untuk sang putri. Namun setelah melihat harga yang tertera ... ini masih terlalu mahal. Lebih baik uang yang ia sisipkan digunakan untuk kebutuhan lain.

"Mbak mau cari meja belajar?"

Sarah spontan berbalik, terkejut Ranaya sudah berada di belakangnya. Memegang sekotak peralatan pesta teh berupa cangkir, teko, dan piring kecil yang terbuat dari keramik dengan corak vintage ala kerajaan-kerajaan barat.

Sarah mengulum bibirnya, melirik ragu meja belajar yang ada di belakangnya lalu menggeleng pelan. "Nggak, Nyonya. Saya cuma mau liat-liat."

Ranaya menaikkan sebelah alisnya, menelisik kebohongan dari pekerja yang terpaut 10 tahun di atasnya itu. "Yakin? Aku perhatiin Mbak ngeliatin meja itu terus, lho."

Sarah tersenyum sumir, mau tak mau ia pun harus mengaku. "Maaf, Nyonya. Tadinya saya memang berniat beli meja ini buat anak saya, tapi setelah dipikir-pikir ... kayaknya nggak dulu."

Ranaya melirik meja yang Sarah maksudkan, ia tersenyum dengan begitu lembut. "Kalau emang anaknya butuh ambil aja, Mbak."

"Nggak, Nyonya. Saya akan cari di tempat lain."

Ranaya mendengkus kasar. Tanpa ba-bi-bu ia mengambil meja itu dari tempat pajangnya, cepat-cepat meletakkannya di bawah troli agar lebih mudah dibawa ke kasir. Mengacuhkan Sarah yang mencoba mencegah niatnya.

"Nyonya—"

"Udah, gak pa-pa. Biar anak Mbak Sarah makin semangat belajarnya. Anggap aja ini hadiah dari saya," tutur Ranaya seakan tak mau menerima gugatan lagi.

Sarah juga tak mempunyai pilihan selain menuruti ucapan sang atasan. Tidak lupa ia mengucapkan 'terima kasih' untuk meja itu, Sarah mengatakan akan menggantinya setelah gajinya turun. Namun, Ranaya menyangkal agar melupakan transaksi soal meja ini seolah ia hanya melakukan suatu kebaikan kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY STARGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang