critical

528 53 8
                                    

Baik Jennie atau anggota keluarganya yang lain hanya bisa pasrah ketika dokter mengatakan bahwa mereka tidak bisa melihat Lisa untuk saat ini, Jennie melihat sang adik dari luar jendela ruang ICU tempat Lisa tidur dia begitu sedih melihat sang adik terbujur kaku di ruangan dingin seorang diri dengan peralatan yang menempel di beberapa bagian tubuh kurus milik sang adik.

Jisoo menghampiri Jennie dan mengusap punggung sang adik dengan lembut dengan sesekali melirik ke arah adik ketiganya yang kini sedang tertidur dengan posisi duduk di bangku tunggu.

"Eonni jennie takut jika Lisa mening....." Belum sempat Jennie menyelesaikan ucapannya dengan cepat jisoo menutup mulut Jennie dengan jari telunjuk miliknya.

"Sttttt... Lisa kita kuat, dia tidak akan pergi kemanapun"

Setelah mengatakan itu jisoo dengan cepat menarik tubuh sang adik ke dalam dekapannya.

Jennie maupun jisoo menoleh kebelakang ketika melihat kedua orang tuanya kembali dari ruangan dokter.

"Bagaimana?" Tanya jisoo penasaran dengan hasil sang adik.

Bukannya menjawab pertanyaan sang Kaka Jennie di buat heran dengan sikap kedua orang tuanya, dimana sang ibu langsung menangis sedangkan sang ayah memalingkan wajahnya.

"Ada apa? Apa semuanya baik baik saja eomma?" Jisoo menggoyang pelan bahu sang ibu.

Karena mendengar keributan rose terbangun dan nampak bingung dengan situasi sekarang, dimana sang ibu yang menangis sang ayah dengan wajah murungnya sang Kaka tertua terus menggoyangkan bahu Yoona dengan suara bernada tinggi sedangkan Kaka keduanya tampak melamun.

"Gagal jantung, adik kalian mengidapnya"

"Tti-tidak, eomma coba katakan sekali lagi jisoo kurang jelas tadi" jisoo masih mencoba mengelak perkataan sang ibu barusan.

"Gagal jantung, Lisa mengidap penyakit itu"

Ketiga Kaka Lisa luluh di lantai setelah mendengar perkataan sang ibu, terkejut? Tentu saja. Jennie berlari menghampiri kaca besar ruang ICU kemudian menangis dengan sekencang mungkin dan tentunya menyayat hati ketika mendengar tangisan itu, rose nampak menangis dengan terus memukul dada bidang sang ayah. Sedangkan jisoo cukup menangis tanpa suara dengan air mata yang tidak henti mengalir.

"Kenapa kenapa tuhan sangat jahat Lis, tidak cukupkah selama ini kau menderita dengan fibrosis paru sialan itu dan sekarang dia membawa seorang teman" Jennie berkata dengan tangan sibuk mengelus kaca besar di hadapannya, di sertai tangis yang tak kunjung henti dia terus merutuki nasib malang sang bungsu.

"Shittt" jisoo nampak bangkit dengan mulut yang sibuk mengeluarkan kalimat sumpah serapah di sertai tangan yang siap memukul apapun di hadapannya.

Bagaimana dia tidak seperti itu sedangkan Lisa adalah adik kesayangannya.

"Appa Lisa akan baik baik saja kan, hikss...." Rose masih setia di tempatnya. Seo Joon hanya mengangguk mengiyakan perkataan sang putri dengan tangan yang sibuk mengusap air mata rose disertai kecupan di pucuk kepala gadis blonde itu.

__________

Masih ada yang nungguin kah?

Life At A Distance (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang