Zhang Hao tengah memainkan biolanya seperti hari-hari biasanya. Sebuah lagu mengalun merdu dan terdengar begitu indah dari permainan biola lelaki itu. Siapa pun yang akan mendengarkan permainan biola Zhang Hao akan merasa kagum dan terhanyut ke dalam musiknya. Tak lama lagu yang dimainkan Zhang Hao telah usai dan terdengar suara tepuk tangan dari seseorang. Zhang Hao tersenyum melihat sosok penonton yang sejak tadi berada di dekatnya.
"Kau suka mendengarnya, Ollie?" Zhang Hao bertanya pada anak kecil bernama Ollie yang tengah tersenyum lebar padanya.
"Suka sekali. Kak Hao keren!" Puji Ollie dengan mata berbinar-binar.
"Terima kasih, Ollie. Aku senang kalau kau menyukainya," sahut Zhang Hao yang kini duduk di samping Ollie. "Tertarik untuk belajar biola?"
"Hm, Ollie ingin belajar. Tapi kata papa susah," ujar Ollie sambil mengerutkan dahinya.
"Tidak akan susah kalau aku yang mengajarimu," bujuk Zhang Hao.
Ollie terlihat memikirkan perkataan Zhang Hao. Dahinya berkerut dalam dan kedua tangan terlipat seperti seorang pemikir keras. Ekspresi menggemaskan bocah itu membuat Zhang Hao tersenyum dan mengusap-usap kepala Ollie.
"Kau menggemaskan sekali, Ollie. Aku jadi ingin memelukmu. Kemarilah, anak manis," kata Zhang Hao sambil merentangkan kedua tangannya.
Ekspresi wajah Ollie terlihat berubah dan ia segera menghamburkan diri ke pelukan Zhang Hao. Keduanya saling tersenyum dan tertawa, terlihat seperti pemandangan yang bahagia. Namun, di samping pemandangan indah tersebut terdapat hawa tidak menyenangkan yang berasal dari seseorang. Zhang Hao terkejut ketika menyadari ada seseorang yang tiba-tiba menyentuh pundaknya. Ia berbalik untuk melihat siapa pemilik tangan tersebut.
"Mau sampai kapan kau menculik Ollie dariku, Zhang Hao?" Tanya seseorang yang tengah tersenyum, namun diselimuti hawa kegelapan.
"Ah, ternyata Wumuti," ujar Zhang Hao saat menyadari sosok yang menepuk bahunya tersebut. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Apa yang akan kulakukan? Tentu saja menjemput Ollie. Kau sudah terlalu lama menculiknya," gerutu Wumuti lalu mengalihkan atensinya pada Ollie. "Ollie, kemarilah."
Ollie melepaskan diri dari Zhang Hao dan mulai mendekati Wumuti. Bocah menggemaskan itu memeluk erat Wumuti yang menatapnya penuh sayang. Namun, tatapannya segera berubah ketika melihat Zhang Hao yang hanya bisa tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku hanya memintamu menjaga Ollie, tapi kau seperti ingin mengambilnya dariku saja," ujar Wumuti cemberut.
"Ollie terlalu menggemaskan. Lagipula kau sendiri yang memintaku menjaganya beberapa hari ini. Apa urusanmu sudah selesai?" Tanya Zhang Hao.
"Belum, masih ada beberapa hal yang mesti kuurus. Mungkin tiga bulan lagi aku akan kembali ke Amerika," sahut Wumuti.
"Oh, berarti aku harus berpisah dengan anak manis ini ya," kata Zhang Hao sambil mengusap kepala Ollie.
"Ya, kau tahu sendiri bagaimana sibuknya dia. Aku dan Ollie tak mungkin hidup terpisah jauh darinya," ujar Wumuti.
"Baguslah kalau begitu. Memang keluarga lebih baik bersama. Apalagi sepertinya karirnya di sana sudah lebih baik dan kalian pun juga sudah memiliki Ollie," kata Zhang Hao yang kini memeluk Ollie. "Rasanya aku tak ingin berpisah secepat ini denganmu, Ollie."
Ollie hanya tersenyum dalam pelukan Zhang Hao sementara Wumuti menghela nafas melihat lelaki itu. Namun, ia tahu bagaimana sayangnya Zhang Hao terhadap putranya itu. Keduanya sangat dekat sejak pertama kali mereka bertemu.
Wumuti dan Zhang Hao adalah teman lama. Beberapa tahun lalu Wumuti menikah dan lahirlah Ollie. Namun, Wumuti yang kadang sibuk bekerja akan menitipkan Ollie pada Zhang Hao. Laki-laki itu tentu senang dengan kehadiran Ollie yang pada akhirnya membuatnya kembali tersenyum setelah sekian lama.
"Wumuti, bagaimana kalau kau saja yang kembali ke Amerika dan tinggalkan Ollie bersamaku," usul Zhang Hao yang membuat Wumuti ingin memukul kepala temannya itu.
"Enak saja kau memisahkanku dan putraku," gerutu Wumuti yang kemudian menutup telinga Ollie. "Segera menikah sana dan punya anakmu sendiri."
Zhang Hao hanya tertawa melihat ekspresi kesal di wajah Wumuti. Ia selalu suka menggoda temannya itu. Ollie yang tak paham pembicaraan kedua lelaki dewasa itu hanya bisa tersenyum sambil sesekali tertawa. Namun, sesaat ekspresi di wajah Zhang Hao berubah. Ada tatapan kesedihan di mata lelaki tampan itu dan Wumuti menyadarinya.
"Kau baik-baik saja, Zhang Hao?" Wumuti terlihat khawatir.
"Kenapa kau bertanya begitu? Aku baik-baik saja," dusta Zhang Hao sambil memasang senyum palsu.
"Baiklah, tak apa kalau kau tak mau mengatakannya. Tapi aku selalu cemas kalau kau sudah memasang wajah sedih seperti itu," sahut Wumuti.
"Kau terlalu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja. Aku hanya sedih karena harus berpisah dengan Ollie," kata Zhang Hao tersenyum.
"Karena itulah kubilang segera menikah biar kau berhenti berniat menculik putraku," ujar Wumuti bercanda.
"Aku tak tahu apa aku bisa menikah atau tidak. Karena tiap memikirkannya hanya membuatku sakit, kau sudah tahu itu kan," kata Zhang Hao.
"Hei, jangan berkata begitu. Aku tahu itu tak mudah bagimu. Tapi ingatlah kalau kau berhak berbahagia," kata Wumuti menghibur Zhang Hao. "Kau tampan, pribadimu menyenangkan dan kau juga berbakat. Tidak ada yang takkan tertarik padamu."
"Terima kasih untuk pujiannya. Tapi aku memang belum memikirkan hal itu," kata Zhang Hao.
"Aku mengerti. Tapi ingatlah kalau kau bisa membicarakan apa pun padaku. Kau pasti tahu bagaimana aku dan Kuan Jui selalu mencemaskan dirimu sejak kejadian itu," kata Wumuti serius.
"Aku tahu dan sangat berterima kasih pada kalian. Sudah cukup membahas hal ini. Boleh aku mengajak Ollie keluar?" Tanya Zhang Hao.
"Kita mau kemana, Kak Hao?" Ollie menatap Zhang Hao.
"Beli es krim. Ollie mau?" Tawar Zhang Hao yang membuat mata bocah itu berbinar-binar.
"Ollie mau!" Sahut Ollie sambil tersenyum lebar. "Papa, Ollie boleh beli es krim sama Kak Hao?"
"Boleh, sayang," ujar Wumuti yang tak bisa menolak tatapan polos putranya itu. "Kalau begitu tolong jaga anakku baik-baik, Zhang Hao. Kalau kau menculiknya, aku akan telepon polisi."
"Hahaha, kau terlalu berlebihan, Wumuti. Baiklah, aku pergi dulu. Tolong jaga rumahku," pamit Zhang Hao sambil menggandeng tangan Ollie.
"Ollie pergi dulu, Papa!" Ollie melambaikan tangan pada Wumuti.
"Ya, hati-hati di jalan!" Sahut Wumuti setelah Zhang Hao dan Ollie pergi. "Mereka sudah pergi. Tunggu dulu, bukannya aku kemari untuk menjemput putraku? Kenapa aku membiarkannya pergi bersama Zhang Hao dan malah menjaga rumahnya?"
Wumuti sepertinya tersadar tentang kejadian yang baru saja terjadi. Namun, sudah terlambat menyadarinya karena Zhang Hao telah pergi membawa Ollie, katanya mereka ingin beli es krim. Wumuti hanya memijat kepalanya setiap kali melihat perilaku Zhang Hao yang terlalu memanjakan Ollie.
"Aku takkan kaget kalau suatu saat dia benar-benar menculik Ollie dariku. Dasar, Zhang Hao. Kau itu sangat menyia-nyiakan ketampananmu. Lebih baik dia mulai berkencan daripada memanjakan putraku terus," ujar Wumuti seperti orangtua yang cemas tentang masa depan anaknya sendiri.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemujamu
FanfictionSung Hanbin terpesona dengan laki-laki baik bernama Zhang Hao. Namun, suatu kejadian membuat Hanbin semakin dekat dengan Zhang Hao. Awalnya keduanya menyukai kedekatan itu hingga suatu hari mereka menyadari jika semua itu salah. HaoBin Zhang Hao x S...