58

220 27 3
                                    

Hanbin sedang menanti kedatangan Ricky malam ini. Bel pintu pun berbunyi hingga membuat Hanbin bergegas menuju pintu depan. Saat ia membuka pintu terlihat sosok Ricky dengan balutan pakaian serba hitam favoritnya tersenyum pada Hanbin sambil menunjukkan kotak pizza. Hanbin mempersilakan Ricky masuk, matanya pun juga berbinar melihat dua kotak pizza yang dibeli Ricky, ia akan sangat menikmatinya.

Hanbin mempersilakan Ricky untuk duduk sementara ia akan ke dapur untuk menyiapkan minuman. Namun, sebelum Hanbin beranjak Ricky telah lebih dulu menahan sebelah tangannya. Dalam sekejap Ricky membawa tubuh Hanbin ke pelukannya, kepala lelaki pirang itu bersandar di pundaknya dan kedua lengannya melingkari pinggang ramping Hanbin. Hanbin sejenak terkejut ketika Ricky tiba-tiba memeluknya dari belakang, begitu erat seakan enggan melepaskannya.

"Kenapa tak kau suruh pelayan saja yang menyiapkan minuman? Aku sejak tiba tadi ingin segera memelukmu," ujar Ricky dengan suara seraknya. "Sudah kubilang kan kalau aku sangat merindukanmu."

"Ah, i-iya, aku tahu. Tapi tiba-tiba sekali, kakak mengejutkanku," ujar Hanbin yang terdengar canggung.

"Kau tidak boleh kemana pun, aku sudah beli pizza pesananmu. Kita nikmati bersama," ujar Ricky.

Hanbin hanya mengangguk kemudian meminta salah satu pelayannya menyediakan minuman untuk mereka. Keduanya kini sudah duduk di sofa, namun Ricky sama sekali tak ingin melepaskan Hanbin dari pelukannya. Kini Hanbin berada di pangkuan Ricky sementara lelaki itu menghirup aroma tubuh Hanbin yang entah kenapa membuatnya merasa rileks. Hanbin sempat protes akan posisinya tersebut dan malu jika dilihat oleh para pelayannya.

"Kak Ricky, bisa lepaskan aku? Aku malu, Kak," rengek Hanbin sambil berusaha melepaskan diri.

"Tidak bisa, kucing manis. Abaikan saja mereka yang melihat," kata Ricky yang memang sengaja ingin menggoda Hanbin.

Hanbin hanya bisa menutup wajahnya yang merona ketika seorang pelayan sedang menghidangkan minuman. Pelayan itu sempat melirik sejenak ke arah keduanya dan mendapati tatapan tajam dari Ricky hingga membuatnya segera undur diri. Beberapa pelayan di sana tentu sudah mengenal Ricky, namun mereka tak mengira tuan muda mereka memiliki hubungan yang cukup intim dengan si pirang. Tampaknya akan ada gosip yang beredar di antara para pelayan ketika melihat interaksi Ricky dan Hanbin.

"Mau sampai kapan Kak Ricky memelukku? Aku malu sekali dilihat sama pelayan," ujar Hanbin sambil cemberut, namun wajahnya begitu merona.

"Mungkin semalaman?" Ricky berujar asal hingga membuat Hanbin mencubit lengannya. "Aduh! Kenapa mencubitku?"

"Kalau kakak terus memelukku begini, bagaimana aku bisa makan pizzanya?" Gerutu Hanbin.

"Tenang saja, aku akan menyuapimu," sahut Ricky hingga membuat Hanbin menghela nafas, tak ingin berdebat lebih jauh dengan si pirang.

"Kak, tolong lepaskan aku dulu ya. Biarkan aku makan pizzanya setelah itu kakak bisa memelukku lagi," usul Hanbin.

"Benarkah? Kau janji?" Tanya Ricky dan Hanbin mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah kalau begitu."

Ricky dengan enggan melepaskan Hanbin dari pelukannya, namun ia tetap meminta Hanbin untuk duduk di dekatnya. Pizza yang sejak tadi terbengkalai kini mulai dinikmati oleh keduanya. Ricky menyindir Hanbin yang tampaknya lebih menanti pizza tersebut dibandingkan dirinya, terlihat dari reaksi bahagia Hanbin saat menikmati pizzanya. Hanbin terkekeh menyadari Ricky yang cemberut atau mungkin malah cemburu dengan pizza.

"Kenapa dia manis sekali? Merajuk seperti anak kecil. Ah, tapi pasti dia akan marah kalau aku bilang begitu," batin Hanbin akan sikap kekanakan Ricky.

Hanbin tampak begitu lahap menikmati pizzanya hingga membuat Ricky pun tersenyum. Sejak dulu ia memang selalu suka melihat Hanbin makan. Ia tak ingin lagi melihat Hanbin menolak makan hingga tubuhnya menjadi kurus pasca orangtuanya meninggal dulu. Bisa dikatakan Ricky suka makan bersama Hanbin hingga membuatnya jadi ikut lebih menikmati makanan yang dimakan.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang