15

523 68 10
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan Hanbin bergegas memasukkan buku serta alat tulisnya ke dalam tas. Dua orang teman sekelasnya menghampiri Hanbin untuk mengajaknya bermain sepulang sekolah, tapi Hanbin menolak halus ajakan mereka. Ini sudah kesekian kalinya Hanbin menolak ajakan temannya karena ada kegiatan lain yang harus dilakukannya.

Hanbin mempercepat langkahnya, ia ingin segera sampai ke rumah. Matthew yang tadinya berjalan di sampingnya kini sudah ketinggalan jauh untuk menyusul langkah Hanbin. Mereka berdua masih pulang bersama seperti biasa, tapi Matthew tahu saat ini Hanbin akan jarang bermain dengannya. Ia sedikit menyayangkannya, namun melihat wajah bahagia Hanbin saat melakukan aktifitas terbarunya membuat Matthew memakluminya.

Hanbin dan Matthew pun berpisah di depan rumah bocah manis itu. Matthew melambaikan tangannya pada Hanbin dan mengucapkan kalimat penyemangat yang dibalas Hanbin dengan senyuman cerahnya. Kini Hanbin telah tiba di rumahnya dan disambut oleh senyuman ibunya. Ia segera ke kamar untuk meletakkan tas dan mengganti seragamnya kemudian lanjut makan.

Usai makan Hanbin pun menuju ruang tengah untuk menonton. Namun, matanya tidak terlalu fokus dengan layar TV melainkan pada jam dinding. Ia seperti tengah menantikan sesuatu dan hal itu hanya membuat ibu tersenyum. Gelagat putranya selalu seperti ini tiap pulang sekolah selama dua minggu ini. Hanbin tampak begitu antusias dan wajahnya akan semakin cerah ketika mendengar suara bel pintu berbunyi.

Hanbin segera menuju pintu depan seakan tak sabar untuk membukanya. Senyumannya tampak lebar ketika melihat sosok yang berkunjung ke rumahnya telah tiba. Sosok yang dinantikan oleh Hanbin tidak lain adalah Zhang Hao. Ibu juga menyambut kedatangan lelaki itu dan mempersilakannya masuk.

"Akhirnya kakak datang juga," kata Hanbin ceria.

"Hm, apa Hanbin sudah tidak sabar menunggu kedatanganku?" Tanya Zhang Hao yang dijawab Hanbin dengan anggukan bersemangat.

"Dia selalu tidak sabar menunggu kedatanganmu, Zhang Hao," sahut ibu hingga membuat Zhang Hao tersenyum.

"Ayo kita mulai belajarnya, Kak," ajak Hanbin sambil meraih tangan Zhang Hao.

"Kau bersemangat sekali, Hanbin. Baiklah, kita mulai belajarnya. Nyonya, saya permisi dulu," kata Zhang Hao sambil tersenyum melihat Hanbin yang menarik-narik ujung kemejanya.

"Ya. Selamat belajar dan dengarkan gurumu baik-baik, Hanbin," ujar ibu yang dijawab Hanbin dengan anggukan.

Zhang Hao mengikuti Hanbin menuju kamar anak itu. Hanbin segera mengambil benda yang mirip dengan benda yang dibawa oleh Zhang Hao. Benda itu adalah biola yang baru dibelinya beberapa minggu yang lalu. Keberadaan Zhang Hao pun menjelaskan bahwa kini ia adalah guru biola Hanbin.

Ibu Hanbin akhirnya menyetujui tawaran Zhang Hao sebagai guru biola putranya. Hal itu membuat Hanbin berseru kegirangan dan berterima kasih pada ibunya. Hanbin bahkan tak berhenti tersenyum lebar sambil menatap Zhang Hao dengan mata berbinar. Zhang Hao menyukai senyuman Hanbin yang baginya sangat berharga. Ia takkan pernah bosan melihat senyuman anak itu.

Setelah Zhang Hao resmi diterima sebagai guru biola Hanbin, hal yang selanjutnya dilakukan adalah membuat jadwal les dan tentunya membeli biola. Masalah bayaran sebagai guru biola, Zhang Hao tak terlalu mempermasalahkan berapa nominalnya. Ia hanya ingin mengajari Hanbin bermain biola sehingga biaya jasa yang ditawarkannya tidaklah setinggi saat ia menjadi guru di tempat kursus.

Zhang Hao bahkan tak keberatan untuk mengajari Hanbin secara gratis. Tapi ibu Hanbin pasti tidak akan menyetujuinya. Lelaki itu juga yang membantu memilihkan biola untuk Hanbin. Anak itu suka dengan pilihan biola Zhang Hao dan akan menjaga biola itu sebaik mungkin. Zhang Hao tentu akan mengajarinya bagaimana cara merawat biola yang baik.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang