53

320 33 11
                                    

Hari ini tanggal 14 Februari yang bertepatan dengan perayaan Valentine. Satu hari dimana semua akan merayakan hari kasih sayang bersama dengan orang-orang terkasih. Kasih sayang tentu tak terbatas hanya antara pasangan, namun juga kepada teman, saudara, orangtua dan lainnya. Bagi muda mudi hari ini tentu begitu spesial karena mereka menjadikan hari ini sebagai ajang pernyataan cinta kepada seseorang yang mereka sukai. Hal itu pun kini sedang terjadi pada Hanbin.

Sejak pagi ini Hanbin sudah tak terhitung mendapat cokelat dari pengagumnya. Tak sedikit juga dari mereka yang mencoba peruntungan dengan menyatakan perasaan kepada Hanbin, namun semuanya berakhir dengan penolakan sopan dari lelaki itu. Mereka tentu saja kecewa mendapat penolakan dan bertanya-tanya siapa yang akan berhasil merebut hati Hanbin. Sejak Hanbin menjadi lebih ramah dibandingkan sebelumnya, ia telah menjadi incaran banyak mahasiswa maupun mahasiswi di kampusnya.

Hanbin terlihat membawa kantung berisi banyak cokelat yang diterimanya. Pemandangan seperti itu sudah tak asing bagi Taerae yang telah lama berteman dengannya. Taerae bahkan sudah melihat beberapa korban patah hati dari Hanbin. Lagipula bukan salah mereka yang jatuh ke pesona Hanbin, hanya saja temannya itu memang belum tertarik menjalin hubungan. Di kepala temannya itu hanya ada sosok ayah tampannya, Zhang Hao.

"Seperti biasa kau membuat banyak orang patah hati hari ini, Hanbin," ujar Taerae.

"Kau mengatakannya seolah-olah aku ini orang jahat, Taerae," sahut Hanbin.

"Kau tahu aku cuma bercanda. Meskipun begitu tetap saja kau panen cokelat," ujar Taerae sambil melihat kantung berisi cokelat yang diterima Hanbin. "Ini bisa untuk stok sebulan."

"Aku takkan bisa memakan semuanya. Kau mau membantuku kan?" Tawar Hanbin.

"Dengan senang hati. Aku siap menghabiskan semua cokelat-cokelat ini," kata Taerae girang.

"Kulihat kau juga menerima cokelat. Apa jangan-jangan ada yang menyatakan cinta padamu?" Hanbin penasaran.

"Ya, aku memang menerima beberapa walaupun tidak sebanyak dirimu. Tapi ini cuma cokelat pertemanan dan kalaupun ada yang menyatakan cinta, ia malah kabur sebelum aku menjawab pernyataannya," ujar Taerae sambil menatap sebuah kotak dari sosok yang dimaksudnya.

"Mungkin dia terlalu gugup. Apa kau berniat menerima perasaannya?" Tanya Hanbin.

"Hm, mungkin kita bisa mulai berteman dulu. Lagipula aku kan mengincar ayahmu yang tampan itu," canda Taerae yang membuat Hanbin langsung mencubit pipi temannya itu. "Aduh! Kenapa kau mencubitku?"

"Meskipun kau temanku, aku takkan menyerahkan Ayahku padamu. Lagipula aku tak mau kau jadi ayah tiriku," kata Hanbin yang membuat Taerae malah tertawa.

"Kau ini posesif juga ya dengan ayahmu. Tidak biasanya," kekeh Taerae. "Lagipula kau tahu aku cuma bercanda."

"Aku tidak posesif. Kau terlalu muda untuk Ayahku," sangkal Hanbin.

"Baiklah, baiklah, aku paham. Aku takkan merebut ayahmu darimu," kata Taerae sambil mengusap kepala Hanbin yang cemberut.

Hanbin tahu kalau Taerae sering bercanda tentang dirinya yang ingin menjadi pasangan Zhang Hao. Hal itu pun dilakukannya sekedar menggoda Hanbin. Awalnya Hanbin tak terlalu peduli, namun Taerae mulai menyadari aura kecemburuan dan posesif dari temannya itu jika dirinya melontarkan candaan demikian. Hanbin tentu saja selalu berdalih dan menginginkan Taerae mencari pasangan lain selain ayahnya. Hal itu malah membuat Taerae semakin ingin terus menggodanya.

Taerae terkadang penasaran bagaimana perasaan yang dimiliki Hanbin dan Zhang Hao. Keduanya memang akur, namun interaksi mereka terkadang tak selayaknya ayah dan anak. Jika ia menyatakan Hanbin tertarik pada ayahnya, temannya itu pasti akan menyangkalnya mati-matian. Namun, melihat sikap bergantung bahkan cenderung posesif Hanbin kepada Zhang Hao membuat Taerae berpikir Hanbin belum menyadari perasaan lain yang dimilikinya untuk sang ayah.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang