Hanbin sedang mematut dirinya di cermin untuk memeriksa penampilannya. Sesekali ia juga mengecek ponselnya bila ada pesan yang masuk. Setelah merasa semua persiapannya beres, Hanbin bergegas untuk ke bawah. Seseorang akan menjemputnya untuk mengajaknya pergi. Namun, sebelumnya ia menemui Zhang Hao dahulu untuk berpamitan.
"Ayah, aku pamit pergi ya," kata Hanbin saat tiba di kamar Zhang Hao.
"Hanbin mau kemana?" Tanya Zhang Hao yang sedang membersihkan biolanya.
"Aku mau pergi bersama Kak Ricky ke studio lukisnya. Aku sudah minta izin ke Ayah tiga hari yang lalu," kata Hanbin mengingatkan takut jika Zhang Hao lupa.
"Oh, pergi bersama Ricky. Ayah baru ingat. Kalau begitu hati-hati ya. Salam untuk Ricky," kata Zhang Hao tersenyum.
"Baiklah, akan kusampaikan," sahut Hanbin yang ingin beranjak dari kamar Zhang Hao.
"Hanbin tidak lupa sesuatu," kata Zhang Hao yang mencegat kepergian Hanbin.
Raut wajah Hanbin tampak bingung. Ia merasa tidak melupakan apa pun. Zhang Hao kemudian tersenyum sambil menunjuk pipinya, isyarat yang membuat Hanbin akhirnya paham. Hanbin pun mendekati Zhang Hao dan mengecup singkat pipi ayahnya.
"Kenapa Hanbin sekarang makin malu mencium Ayah?" Kekeh Zhang Hao yang melihat rona tipis di wajah Hanbin. "Baik-baik di sana. Kalau Ricky macam-macam beritahu Ayah ya. Ayah akan menghajarnya kalau sampai putra kesayanganku tergores."
"Tidak perlu sampai seperti itu, Ayah," kata Hanbin saat melihat senyuman misterius Zhang Hao. "Aku akan baik-baik saja."
"Baiklah, Ayah percaya pada Hanbin. Tapi tetap ingat pesan Ayah ya," kata Zhang Hao.
Hanbin mengangguk mendengar peringatan Zhang Hao. Lelaki tampan itu mungkin terlihat tersenyum, namun Hanbin menyadari aura misterius yang menyelimuti ayahnya saat tahu ia akan bertemu Ricky. Zhang Hao selalu bersikap protektif tiap Hanbin terlibat dengan Ricky, berbeda dengan para kakaknya yang lain. Tapi, Hanbin tak pernah bertanya langsung dan juga mencari tahu kenapa Zhang Hao bersikap demikian pada Ricky.
Tak lama kemudian Ricky pun tiba untuk menjemput Hanbin. Zhang Hao memperhatikan dari jendela kamarnya sosok Hanbin yang masuk ke mobil Ricky. Tatapan mata lelaki itu begitu datar melihat pemandangan tersebut. Tangannya mengepal kuat apalagi ketika ia menyadari matanya bertemu pandang dengan Ricky yang menyeringai padanya. Entah mereka benar-benar saling bertatapan atau tidak dari jarak jauh tersebut.
"Sialan si pirang itu! Awas saja kalau dia macam-macam dengan Hanbin," kata Zhang Hao yang merasa cemburu.
Di saat Zhang Hao tengah merasa cemburu sebaliknya Ricky malah dalam suasana hati yang baik. Ia bahkan tak berhenti tersenyum saat bertemu Hanbin. Di mobil Ricky bahkan tak berhenti bersenandung dan melemparkan beberapa pertanyaan basa basi pada Hanbin sebagai pencair suasana. Ricky sebenarnya termasuk pribadi yang ramah, namun raut wajahnya yang cenderung cuek kadang membuat orang lain bisa salah paham padanya. Tidak heran Hanbin dulu sering salah paham padanya.
"Ayah kirim salam padamu, Kak Ricky," kata Hanbin yang teringat pesan Zhang Hao.
"Oh ya? Sampaikan juga salamku padanya. Terima kasih sudah mengizinkan putra manisnya pergi denganku," balas Ricky tersenyum.
Mereka sudah tiba di studio lukis milik Ricky dan mempersilakan Hanbin masuk. Hanbin memperhatikan isi dalam studio lukis yang didominasi warna krem itu terlihat rapi, terdapat berbagai macam lukisan beserta peralatan lukisnya. Hanbin memang pernah mendengar jika Ricky memiliki hobi melukis sehingga tak heran ia memiliki studio lukis pribadi. Terkadang Ricky juga mengikuti kontes lukisan dan beberapa kalinya ia meraih kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemujamu
FanficSung Hanbin terpesona dengan laki-laki baik bernama Zhang Hao. Namun, suatu kejadian membuat Hanbin semakin dekat dengan Zhang Hao. Awalnya keduanya menyukai kedekatan itu hingga suatu hari mereka menyadari jika semua itu salah. HaoBin Zhang Hao x S...