28

373 67 8
                                    

Hari ini Zhang Hao kedatangan tamu tak terduga. Di hadapannya duduk sepasang suami istri yang tidak lain adalah orangtuanya. Hanbin yang baru pertama kali melihat mereka tampak begitu penasaran.

"Jadi dia putra angkatmu, Hao?" Tanya Tuan Zhang sambil melirik Hanbin.

"Iya, Ayah. Dia putraku, Hanbin. Perkenalkan dirimu, Hanbin," ujar Zhang Hao.

"Perkenalkan, namaku Hanbin. Salam kenal," kata Hanbin sopan, walaupun sebenarnya ia cukup gugup karena aura orangtua Zhang Hao begitu kuat.

"Salam kenal, anak manis. Wah, dia menggemaskan sekali," kata Nyonya Zhang ramah, beliau sudah tertarik sejak pertama kali melihat sosok Hanbin.

Orangtua Zhang Hao sudah mendengar kabar kalau putra mereka mengadopsi seorang anak yang merupakan muridnya. Zhang Hao pun menceritakan kronologis lengkap bagaimana Hanbin saat ini bisa menjadi putranya. Setelah selesai bercerita, Zhang Hao menunggu respon orangtuanya yang masih terdiam mencerna ceritanya.

"Kalian tidak menentangnya kan?" Zhang Hao bertanya ragu-ragu karena ia sadar keputusan ini diambilnya tanpa pernah membicarakannya dengan orangtuanya.

"Sejujurnya kami terkejut, tapi kau memang selalu penuh kejutan," kata Tuan Zhang tenang.

"Kami tidak akan menentangmu, Hao. Aku ibumu, jadi aku tahu apa yang diinginkan putraku. Lagipula kau tak mungkin tega membiarkan anak manis ini sendirian," kata Nyonya Zhang tersenyum.

Zhang Hao merasa lega mendengar ucapan orangtuanya. Tidak hanya lelaki itu, Hanbin pun merasakan hal yang sama. Keberadaan orangtua Zhang Hao begitu berkharisma sehingga membuat siapa pun merasa segan di dekat mereka. Keduanya begitu rupawan dan itu menurun pada Zhang Hao. Hanbin merasa terpesona bercampur gugup saat mengetahui mereka adalah orangtua Zhang Hao karena lelaki itu jarang membicarakannya.

Suasana pertemuan itu perlahan tidak setegang di awal. Tuan Zhang mungkin terlihat seperti pria dingin dan serius, namun ternyata ia dapat tersenyum hangat dan berbicara lembut seperti Zhang Hao. Nyonya Zhang begitu ramah dan murah senyum, keramahan wanita cantik itu begitu mirip dengan Zhang Hao hingga membuat Hanbin tidak merasa gugup lagi di hadapan mereka.

"Kamu suka tinggal dengan Hao kami, Hanbin?" Tanya Nyonya Zhang lembut.

"Iya, aku suka tinggal dengan Ayah. Ayah orang baik yang sudah menyelamatkanku," kata Hanbin antusias.

"Syukurlah kalau kamu senang tinggal bersamanya. Kalau begitu mulai sekarang kami akan menjadi kakek dan nenekmu," kata Nyonya Zhang yang membuat bola mata Hanbin berbinar cerah.

"Bolehkah aku memanggil kalian kakek dan nenek?" Tanya Hanbin.

"Tentu saja, Nak. Kau boleh memanggil kami begitu," sahut Tuan Zhang.

Hanbin merasa senang saat ia diizinkan memanggil orangtua Zhang Hao sebagai kakek dan neneknya. Kini ia tak hanya memiliki ayah, tapi juga kakek dan nenek sehingga keluarga barunya semakin bertambah. Tentu saja ia takkan melupakan para kakak tampannya yang mulai saat ini menjadi keluarga barunya. Ia tidak akan merasa sendirian karena kehadiran mereka semua terutama ayah tersayangnya, Zhang Hao.

Hanbin kini sedang bermain ditemani oleh Nyonya Zhang dan meninggalkan Tuan Zhang bersama Zhang Hao untuk memberi ruang berbicara. Zhang Hao tahu pasti ada hal lain yang ingin dibahas orangtuanya. Tuan Zhang menginginkan Zhang Hao kembali bekerja di perusahaannya dan kali ini lelaki itu menuruti keinginan ayahnya.

"Ayah pikir kau takkan langsung menyetujuinya. Ayah tahu kau suka kebebasan dan kami tak pernah melarangmu," kata Tuan Zhang yang merasa terkejut.

"Aku sangat berterimakasih karena memiliki orangtua yang pengertian seperti kalian. Aku memang mencintai seni, tapi kurasa sudah cukup menikmati dunia itu. Kini aku punya putra yang mesti kurawat dan tentu aku membutuhkan biaya untuk membesarkannya," kata Zhang Hao.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang