36

467 67 14
                                    

Hanbin menyadari ada perubahan pada sikap Zhang Hao tak lama setelah hari ulang tahunnya. Tiba-tiba saja Zhang Hao mulai disibukkan dengan pekerjaan yang bahkan mengharuskannya untuk bepergian dalam waktu lama. Selain itu apabila Zhang Hao ada di rumah juga mulai jarang menghabiskan waktu dengan Hanbin. Bahkan rencana liburan mereka pun terpaksa ditunda karena pekerjaan penting yang tak bisa ditinggalkan oleh lelaki itu.

Hanbin perlahan merasa kesepian karena Zhang Hao tak selalu berada di sisinya. Hanya sesekali interaksi mereka terjadi dan Hanbin hanya bisa tersenyum tiap kali ucapan maaf terlontar dari mulut Zhang Hao ketika sang ayah jarang meluangkan waktu untuknya. Saat itu Hanbin tak ingin terlalu egois sebagai anak. Selain itu Hanbin menyadari bahwa Zhang Hao tampak menghindari kontak fisik dengannya. Sesekali mereka berpelukan atas keinginannya, namun Zhang Hao menolak kecupan di pipinya.

Hanbin tak mengerti apa yang telah membuat Zhang Hao tiba-tiba berubah. Ia tak pernah merasa begitu ditolak oleh Zhang Hao yang selalu mengabulkan keinginannya bahkan tanpa diminta sekalipun. Sekali lagi Hanbin tak ingin jadi anak egois yang merengek hanya karena sang ayah yang terkesan menjaga jarak darinya tanpa ia tahu penyebabnya. Apalagi ketika ia mendapati Zhang Hao kadang terlihat seperti orang yang tengah banyak pikiran.

Di suatu malam Hanbin terlihat gelisah dan sulit tidur. Zhang Hao sedang melakukan perjalanan bisnis keluar kota sehingga Hanbin tinggal sendirian di rumah. Hanbin merasa rindu akan pelukan Zhang Hao, ia ingin sang ayah memanjakannya seperti biasanya. Padahal Zhang Hao tinggal satu rumah dengannya, namun Hanbin merasa begitu merindukannya. Ia tak suka sang ayah berpura-pura di hadapannya seakan tak terjadi sesuatu di antara mereka.

"Apa aku telah melakukan suatu kesalahan? Kenapa Ayah terasa begitu jauh? Aku merindukanmu, Ayah," isak Hanbin sambil memeluk erat gulingnya. "Tolong jangan mengabaikanku."

Hanbin merasa tidak bisa lagi berpura-pura dirinya baik-baik saja. Ia sangat merindukan Zhang Hao. Bahkan saat ini ia sedang membayangkan sosok Zhang Hao yang tengah berbaring di sampingnya sambil tersenyum. Tangan sang ayah mengelus lembut rambutnya, kemudian memberikan kecupan di keningnya sambil mengucapkan selamat tidur. Hanbin tersenyum membayangkan hal itu seandainya menjadi nyata. Tak lama ia pun tertidur.

Tanpa Hanbin ketahui ketika ia sedang tertidur, Zhang Hao ternyata berada di kamarnya. Lelaki itu memutuskan pulang lebih cepat untuk bertemu Hanbin. Zhang Hao tentu menyadari rasa kesepian Hanbin karena perilakunya yang menghindari putranya. Padahal ia sendiri juga sangat merindukan Hanbin, namun selalu takut untuk menyentuhnya.

"Maafkan aku, Hanbin. Karena tingkahku yang kekanakan membuatmu menjadi kesepian. Sepertinya aku memang tak pantas menjadi ayahmu. Aku ayah yang buruk karena mengabaikan putranya," kata Zhang Hao sambil mengusap pelan kepala Hanbin yang tertidur. "Lalu ayah yang buruk karena jatuh cinta pada putranya."

Zhang Hao memperhatikan wajah Hanbin yang terlihat damai dalam tidurnya. Ia jadi teringat dengan sosok Hanbin kecil yang tampak begitu polos. Bocah polos dan menggemaskan itu kini telah menjelma menjadi sosok yang begitu rupawan. Zhang Hao begitu ingin memuja sosok indah Hanbin yang begitu menggodanya. Ia merasa sangat sulit mengendalikan diri selama ini untuk tidak menyentuh Hanbin.

"Ayah, jangan tinggalkan aku... Aku merindukanmu." Hanbin mengigau dalam tidurnya hingga membuat Zhang Hao terenyuh.

Zhang Hao merasa ia sudah keterlaluan menghindari Hanbin apalagi ketika menyadari jejak air mata di pipi putranya. Ia merasa ingin menghukum dirinya karena telah membuat Hanbin menangis. Hanya karena sebuah perasaan terlarang, ia telah menyakiti sosok yang tak bersalah ini. Hanbin tidak salah, ialah yang salah. Zhang Hao sejak awal telah membuat kesalahan karena jatuh cinta pada Hanbin.

"Maafkan aku, Hanbin," gumam Zhang Hao sambil mengecup pelan tangan Hanbin. "Maafkan aku karena mencintaimu."

"Ayah, kaukah itu?" Hanbin tiba-tiba terbangun hingga membuat Zhang Hao terkejut. "Ayah sudah pulang ya?" Tanyanya sambil mengucek matanya.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang