48

287 34 5
                                    

Hanbin mengamati kalender yang berada di meja belajarnya. Bulan demi bulan ternyata telah berlalu begitupun musim yang terus berganti. Sudah lebih dari setengah tahun sejak Hanbin berpisah dengan Zhang Hao dan ia tak menyangka bisa bertahan melalui hari-harinya tanpa sosok ayah tersayang di sisinya. Rasa rindu yang dimilikinya pun begitu besar hingga membuat Hanbin merasa sesak menahannya. Ia selalu berharap dapat bertemu Zhang Hao secepatnya.

Saat ini sedang musim dingin dan beberapa minggu lagi perayaan Natal. Hanbin menghela nafas begitu menyadari Natal di tahun ini akan dilaluinya sendirian tanpa Zhang Hao. Biasanya ia akan antusias menyambut perayaan tersebut dengan menghiasi pohon Natal bersama Zhang Hao atau mendekorasi ruangan dan hal-hal lainnya. Hanbin begitu merindukan masa-masa itu.

"Apa aku boleh berharap Ayah pulang ya?" Gumam Hanbin sambil memeluk erat boneka hamsternya. "Aku sangat merindukanmu, Ayah."

Hanbin ingin sekali membuat permintaan egois pada Zhang Hao. Ia ingin menghabiskan libur akhir tahunnya bersama sang ayah, tidak lama pun tak masalah asalkan ia dapat bertemu dengan ayahnya. Hanbin sudah sangat merindukan wajah maupun suara serta dekapan Zhang Hao. Ia ingin menyentuh sosok Zhang Hao dengan kedua tangannya, bukan hanya sekedar menatapnya melalui layar ponselnya.

"Kenapa kau terlihat murung, Hanbin? Apa kau sedang tidak enak badan?" Tanya Taerae saat mereka sedang makan siang di kantin kampus.

"Aku tidak apa-apa, Taerae," jawab Hanbin sambil tersenyum palsu.

"Kau yakin?" Taerae menatapnya dengan penuh selidik karena meragukan ucapan Hanbin. "Apa kau sedang memikirkan ayahmu?" Tebaknya.

"Aku memang tidak bisa berbohong di hadapanmu, Taerae," ujar Hanbin. "Aku selalu memikirkannya dan merindukannya, hampir setiap hari."

"Aku tahu itu. Tapi beberapa hari ini kau terlihat berbeda, kau terlihat begitu sedih," kata Taerae yang merasa khawatir pada Hanbin.

"Kau tahu, Taerae. Natal tahun ini aku sendirian tanpa ayah. Lalu aku berharap ayah akan pulang agar aku tidak sendirian. Apa aku akan terlihat egois kalau meminta hal itu padanya, Taerae?" Hanbin tersenyum getir hingga membuat Taerae merasa simpati padanya.

Taerae pun jadi mengerti hal apa yang kini mengganggu pemikiran Hanbin. Temannya itu sebenarnya tidak suka merasa sendirian terutama karena trauma masa kecil yang dimilikinya. Hanbin ingin bersikap egois, namun ia selalu menahannya. Kali ini ia punya suatu keinginan, akan tetapi ia merasa ragu untuk mengutarakannya pada Zhang Hao.

"Tidak apa-apa, Hanbin. Aku yakin ayahmu pun tidak akan keberatan dan pasti juga ingin bersamamu. Katakan padanya dan minta beliau pulang," kata Taerae memberi dukungan pada Hanbin. "Kau ingin bertemu dengan ayahmu lagi kan?"

"Ya, sangat ingin. Aku selalu menginginkannya," kata Hanbin dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan menangis di sini, Hanbin. Orang-orang bisa mengira aku yang telah membuatmu menangis," canda Taerae yang membuat Hanbin tersenyum.

***

Hanbin akhirnya menyatakan keinginannya untuk bertemu Zhang Hao ketika sang ayah meneleponnya kembali. Ia meminta Zhang Hao untuk pulang setidaknya untuk merayakan Natal bersamanya dan menikmati sisa libur di akhir tahun. Zhang Hao tersenyum mendengar permintaan Hanbin dan langsung menyetujui keinginannya. Padahal Zhang Hao ingin memberi kejutan dengan pulang diam-diam, tapi putra manisnya sudah lebih dulu merengek ingin bertemu dengannya.

Hanbin melompat-lompat kegirangan mendengar Zhang Hao menyetujui permintaannya. Ia sudah tidak sabar untuk menunggu kepulangan sang ayah yang sudah lama tidak ditemuinya. Hanbin pikir ia akan menangis dalam pelukan ayahnya ketika mereka bertemu kembali. Ia tak peduli terlihat menjadi cengeng di hadapan ayahnya.

PemujamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang