03

3.9K 188 4
                                    

“Nah, itu Paja udah bangun. Sini nak sarapan bareng kita” ucap Serana.

Di meja makan sudah ada Farhan, Ratu, Bunda, juga Gemostra. Iya, Gemostra ntah bagaimana ceritanya bisa ikut bergabung untuk sarapan pagi bersama keluarga Fazza.

“Sini sayang, sarapan dulu” ucap Gemostra dengan lembut dan memanggil Fazza dengan sebutan “sayang”. Kayak udah punya hubungan aja.

Fazza segera naik lagi ke lantai atas. Gila, dia malu banget. Dia sama sekali belum rapih rapih, dirinya baru bangun tidur dan tidak cuci muka sama sekali langsung turun ke lantai bawah.

Sial, setelah ini, wajahnya mau di taro dimana? Dia malu maksimal inimah. Gimana ga malu? Calon suami ngeliat dia yang wajah bantal gini.

Fazza buru buru mencuci wajahnya, menggosok gigi, kemudian mengambil handuk dan mmpercepat mandinya agar tidak membuat yang dibawah menunggu lama.

Setelah terlihat rapih-walau sebenarnya tidak juga karena Fazza mengeluarkan bajunya, tidak memakai dasi, topi juga sabuk-ia segera turun ke lantai bawah.

Dia duduk di kursi yang tersedia dan sialnya kursi itu bertepatan di sebelah Gemostra. Aduh, pagi ini sepertinya pagi tersialnya selama 18 tahun didunia.

“Lu kenapa bisa ada di sini?” tanya Fazza bisik bisik agar tidak terdengar oleh anggota keluarganya.

“Bisa, kan gua punya kendaraan, punya tangan, punya kaki” jawab Gemostra bercanda. Ia menggunakan suara yang bisik bisik juga.

“Maksud gua, kok lu disini? Ngapain? Di undang siapa?” tanya Fazza lagi.

“Oh, tadinya gua cuma mau jemput lo, eh sama Tante Serana malah di tawarin sarapan bareng kalian, yaudah ga gua tolak” jawab Gemostra lagi.

“Tapi, gua ga minta lu buat jemput gua?” Fazza menatap Gemostra heran.

“Iya emang engga, Nyokap gua yang minta. Berani emang lu nolak perintah Kepala sekolah?” tanya Gemostra.

Fazza berdecak kecil. Benar benar sial. Berati, hari ini dirinya tidak akan pergi naik motor. Dan itu artinya juga, ia tidak bisa mampir dulu ke Warun buat nongkrong.

“Eh? Kok malah pada diem dieman? Makan dong dimakan, biar semangat beraktivitas paginya. Apalagi Gemostra, pasti pagi ini butuh banyak energi kan? Ini ini, di makan yang banyak sandwichnya” tawar Serana.

“Cuma Gemostra yang di tawarin? Anaknya sendiri engga ni?” ujar Ratu. Ia memasang wajah sedih dibuat buat.

“Haha iya iyaaa, anak kesayangan Bundaaa makan yang banyak yaa biar prakteknya bisa lancar” Serana memberikan sandwich juga pada Ratu.

“Aku engga kah? Cukup tau Bun” Fazza berpura-pura ngambek.

“Kamu juga kok sayang, ini yaa buat anak lucunya Bunda, biar ga mleyot nanti pas berangkat bareng Gemostra” ucap Serana.

“Dih, mana ada aku mleyot karena dia. Malah, dia kali tuh yang mleyot berangkat bareng aku” Fazza menatap remeh kearah Gemostra.

“Emm, iya deh kayaknya. Ya, gimana ga mleyot ya? Yang bakal aku bawa ini manusia selucu Fazza soalnya” Gemostra kemudian menatap balik kearah Fazza dan tersenyum miring.

“Ah! Udah jam segini, aku mau berangkat dulu ya! Bye Bunda cantik, bye Ayah sayang, bye teteh galak” Fazza buru buru pergi dari meja makan.

Gemostra menatap Fazza yang pergi terburu buru dengan bingung. Ia kemudian berpamitan juga dengan keluarga Fazza, lalu menyusul Fazza yang sudah di luar.

“Kenapa mendadak?” tanya Gemostra bingung.

“Biarin sih, udah mau telat juga ini” ucap Fazza. Gemostra makin bingung.

[BL] Satu Atap - GeminiFourth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang