Prolog

8K 253 3
                                    

DISCLAIMER!!

Halo para warga dunia oren!! Disini aku hanya ingin mengingatkan kalau cerita ini adalah FIKSI!!!

F I K S I YA TIDAK NYATA.

Cerita ini murni pemikiran aku sendiri, dari karakter, alur, nama dan sebagainya itu semua bener bener hasil kerja keras otak ku yang ga seberapa ini.

Mohon maaf yang sebesar besarnya bila ada kesamaan adegan, kesamaan kata, kesamaan nama tokoh dan apabila masih banyak salah penulisan kata, salah peletakan tanda baca dan lain lain karena jujur ini cerita pertamaku di wp guys :)

Aku ulangi, cerita ini murni hanya FIKSI. Carita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli gem4th.

Mungkin sekian aja yang bisa aku sampaikan, semoga kalian paham dan menaati apa yang aku ketik diatas.

Terimakasih atas perhatiannya, Happy Reading!

-

Fazza Natagara Ragantama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fazza Natagara Ragantama.

Gemostra Norawen Dheanta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemostra Norawen Dheanta.

————————————

PROLOGUE.

“Adek, sini kamu” panggil sang Bunda galak.

Jam menunjukan pukul 23.30 malam, tapi ternyata Serena-Bunda dari Fazza belum tidur.

“Hehe, malam Bunda cantik” ucap Fazza mencoba menenangkan amarah sang Bunda.

“Balik jam 12 lagi, ngapain kali ini? Nongkrong? Ngerokok? Atau clubbing?” tanya Serana tepat sasaran.

“Bunda kan tau dunianya remaja kayak gimana” ucap dirinya.

Sang Bunda menggeleng gelengkan kepalanya. Selalu saja begitu, Serana sudah capek mendengarnya.

“Sini duduk dulu, ada yang mau Bunda omongin” ucap Serana. Fazza nurut, ia duduk di samping Bunda nya.

“Kenapa Bun?” tanya Fazza. Melihat dari raut wajah sang Bunda, sepertinya hal yang ingin Bundanya omongin ini serius.

“Paja, kamu Bunda jodohin ya? Sama anaknya temen Bunda. Anaknya baik, pinter, berprestasi lagi. Dia bisa jadi calon suami yang baik buat kamu di masa depan sayang” ucap Serana. Panggilan orang terdekat bagi Fazza itu Paja, biar enak manggilnya katanya.

“Bun ga beneran kan? Ah Bunda bercandanya kurang menarik ah, engga lucu tau Bun” ucap Fazza.

“Loh Bunda serius. Mau ya, Ja? Ini semua demi kebaikan kamu sayang, Bunda mau kamu bisa berubah” ucap Serana penuh harap.

“Ya tapi ga pake dijodohin segala Bun, lagian apasih kuno banget caranya, biarin lah aku cari jodoh aku sendiri” Fazza terus menerus mengeluh.

“Gimana kamu bisa cari jodoh yang jelas? Kamu aja kerjanya main mainan terus, keluyuran kayak anak gapunya rumah aja” omel Serana.

“Bun Paja masih sekolah loh. Manusia mana coba yang umur 18 tahun udah nikah?” tanya Fazza. Ia masih bersikeras untuk menolak perjodohan ini.

“Banyak Paja. Lagian niat Bunda juga baik nak. Bunda mau kamu punya masa depan yang jelas, Bunda mau kamu bisa berubah. Orang yang bakal Bunda jodohin ke kamu juga bukan sembarang orang, orangnya baik kok” ucap Serana panjang lebar.

“Kenapa ga teteh aja yang di jodohin? Kenapa aku? Kan teteh umurnya lebih tua juga dari aku, jodohin aja si teteh, jangan aku” ucap Fazza menolak lagi.

“Teteh kamu masa depannya udah jelas. Udah tertata rapih hidup kedepannya dia bakal kayak apa. Kamu? Bentar lagi udah mau kuliah, Bunda liat liat gaada perubahan apa  apa di raport kamu. Gitu gitu aja terus. Lagian, teteh juga udah punya tunangan, masa mau Bunda jodohin”.

Fazza itu anak bungsu dari 2 bersaudara, dia punya kakak perempuan namanya Ratu yang merupakan anak Kedokteran di UI.

“Tetep aja aku gamau Bun. Pokoknya aku nolak. Bodoamat” ucap Fazza.

“Gabisa Paja. Ini bukan tawaran, tapi perintah sekaligus hukuman buat kamu karena udah terlalu sering buat masalah. Bunda capek tau ngurusinnya” ucap Serana tegas.

Fazza melongo. Hukuman katanya? Gila, yakali hukumannya harus nikah sama orang yang ga di cinta. Mana mencangkup masa depan gini. Fazza apa ga shock dengernya?.

“Tapi-”.

“Gaada tapi tapi Paja. Besok siang keluarga kita bakal makan siang di rumah mereka. Kamu jangan malu maluin keluarga loh ya” ujar Farhan-sang ayah.

Fazza menghela nafas karas. Dia marah. Bisa bisanya orang tuanya mengambil keputusan sepihak. Ia berjalan dengan membentak bentakan kakinya dan pergi ke kamar meninggalkan kedua orangtuanya di lantai bawah.

“Dasar, semua orang nyebelin” ucapnya setelah mengunci pintu kamar rapat rapat.

Fazza duduk di jendela, kemudian membuka jendela itu. Ia mengambil bungkus rokok di saku celananya, kemudian menyalakan satu batang benda nikotin itu dan mulai menyesapnya.

Malam itu, Fazza yakin setelah ini kehidupannya akan jauh berbeda dari sebelumnya. Dan dia belum siap untuk memulai hal itu.

PLS JANGAN BEREKSPEKTASI TINGGI DARI CERITA INI YAAAA tes ombak dulu btw, lanjut jangan???? voment yaa guyss! terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLS JANGAN BEREKSPEKTASI TINGGI DARI CERITA INI YAAAA tes ombak dulu btw, lanjut jangan???? voment yaa guyss! terima kasih.

©gemifourzth

[BL] Satu Atap - GeminiFourth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang