Siang siang harusnya panas, tapi siang kali ini berbeda. Langit menggelap, menandakan akan turun hujan sebentar lagi.
“Mandi ujan gass?” ajak Fazza, padahal hujan saja belum turun.
Kelas mereka kini sedang jamkos, karena Chinzhilla bosen di kelas, jadi mereka ngumpul di balkon depan kelas mereka.
“Gass anjir yakali kagak” jawab Edwin. Chinzhilla kini telah melepas sepatu juga kaos kaki mereka, sangat bersiap untuk mandi hujan.
“Ayo dah, udah lama juga kagak main aer” tambah Satria.
Benar saja, selang beberapa detik setelah Satria berbicara, hujan langsung turun. Deras sekali, sepertinya hujan kali ini akan berlangsung lama.
“Sekarang aja?” tanya Farthur.
Chinzhilla saling memandang satu sama lain, seolah berbicara lewat mata. Kemudian, tanpa aba aba keenam remaja itu langsung berlari untuk turun ke lantai bawah menuju lapangan.
Ternyata, yang mandi hujan saat ini bukan hanya Chinzhilla, namun juga ada beberapa siswa siswi Mandala yang ikut mandi dibawah air hujan bersama.
Gemostra ikut keluar dari kelas, melihat kearah lapangan dari balkon depan kelasnya untuk mencari keberadaan Fazza.
Ia melihat Fazza yang sudah benar benar basah kuyup akibat turunnya air hujan yang derasnya bukan maen.
Dari atas sana, Gemostra melihat Fazza sangat menikmati moment ini. Dia dapat melihat Fazza yang tersenyum lebar sedang bermain air hujan bersama Chinzhilla. Tanpa sadar, Gemostra ikut menyunggingkan senyumnya.
Di tengah tengah moment Fazza yang sedang menikmati derasnya hujan yang turun bersama kawan kawannya, anak itu menatap kearah balkon lantai kelas mereka. Disitu ada Gemostra yang juga sedang menatapnya.
Mereka bertatap tatapan, Fazza tersenyum kearah Gemostra yang ada diatas sana, yang di senyumin gimana? Ya salting lah, tambah senyum senyum sendiri Gemostra.
Pram dengan jail mengganggu kegiatan sepasang kekasih itu, ia dengan sengaja nyipratin air ke baju Fazza.
Hal itu tentu saja membuat Fazza tersadar dari apa yang ia lakukan. Fazza yang tidak terima membalas perlakuan Pram. Mereka kembali bermain.
Gemostra tertawa kecil melihat hal itu, dari belakang, ia merasakan suatu tangan memegang bahunya.
“Kak Gemostra, hai” sapa seorang gadis yang lebih muda darinya, itu sepertinya anak kelas 10. Ia menatap perempuan dihadapannya itu.
“Oh? Iya, hai. Kita saling kenal?” tanya Gemostra menatap perempuan itu bingung.
“Oh, engga kak, kita emang ga saling kenal. Nama aku Amora kak, dari kelas 10” ucap Amora memperkenalkan dirinya.
“Amora ya.. Gua ga pernah liat lu sebelumnya, kita ada urusan apa?” tanya Gemostra lagi. Seingatnya, dia tidak pernah punya urusan dengan orang bernama Amora sebelumnya.
“Oh iya emang bukan aku yang ada urusan sama kakak, aku adiknya bang Ale kak, hari ini abangku ga masuk terus katanya di suruh ngambil buku kayak buku OSIS gitu” ujar Amora tertawa kecil. Ale itu salah satu anggota OSIS, cukup dekat juga dengan Gemostra dan Marv.
Gemostra kemudian mengangguk anggukan kepalanya, tapi ia masih bingung sesuatu.
“Oh mau ngambil buku, tapi kenapa ga langsung ke ruang OSIS aja?” tanya Gemostra untuk yang kesekian kalinya. Banyak tanya bener dah orang pinter satu ini.
“Ruang OSIS di kunci kak, kata kak Syakira kuncinya di pegang kakak” jawab Amora. Gemostra menepuk pelan keningnya, aduh, dasar goblok.
“Oh iya juga, yaudah bentar, gua ambil kuncinya dulu” ujar Gemostra kemudian masuk kedalam kelasnya. Amora masih setia menunggu di luar kelas.
Setelahnya, Gemostra kembali membawa kunci ruang OSIS dan memberikan kunci itu pada Amora.
“Ini ya Amora, tau kan lu yang kayak gimana bukunya?” tanya Gemostra. Amora mencoba mengingat ingat lalu menggeleng.
“Hadehh, yaudah dah ayo bareng gua” ujar Gemostra. Mereka berjalan berdampingan untuk sampai ke ruang OSIS.
Fazza memang bermain air, tapi matanya melihat semua kejadian itu. Dari Gemostra yang berbicara pada perempuan yang tidak Fazza ketahui, sampai mereka yang berjalan berdampingan. Sial, kenapa hatinya malah panas melihat itu?.
— — —
Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Fazza dan Chinzhilla sudah berhenti bermain hujan sejak 10 menit sebelum bel berbunyi.
“Ja, ngapa lu? Kusut amat tu muka” ujar Pram yang menyadari sesuatu berubah dari Fazza.
“Iya Ja, tadi lu hepi hepi aja mandi ujan, kok sekarang murung gini?” tanya Kapten.
“Jangan jangan, sakit ya lu Ja?” Farthur yang ada di samping Fazza memegang kening anak itu.
“Kagak, ada motor yang bisa gua pinjem ga? Gua mau balik” ujar Fazza menatap kelima kawan kawannya.
“Lu kan balik ama Gemostra Ja, ga balik ama dia lu?” tanya Satria.
“Lagi males gua ama tu bocah pinter, ada ga yang motornya bisa gua pinjem dulu? Ntar malem dah gua balikin” ucap Fazza sekali lagi. Edwin memberikan kunci motornya tanpa berkomentar apapun, sepertinya, ia tau apa yang membuat Fazza jadi seperti ini.
“Thanks Win, cabut ya gua” ujar Fazza. Ia bertos tosan ala ala remaja tongkrongan, kemudian meninggalkan kelas.
“Eh eh lu mau kemana? Tungguin gua dong kalo mau pulang” ujar Gemostra menahan tubuh Fazza yang ingin keluar dari kelas tanpa dirinya.
“Lepasin, gua belum mau balik!” Fazza memberontak. Ia berusaha membebaskan diri dari Gemostra.
“Terus mau kemana? Tumben ga sama Chinzhilla ke Warunnya” ujar Gemostra melepaskan tubuh Fazza.
“Bukan urusan lo, minggir” Fazza tentu saja langsung pergi dari sana setelah tubuhnya lepas dari Gemostra.
Gemostra menatap lelaki kecil itu bingung. Ada apa sebenernya? Sepenglihatannya, tadi Fazza masih senang senang bersama Chinzhilla, lah sekarang malah marah marah.
“Paja kenapa?” tanya Gemostra pada Chinzhilla yang masih berkumpul di tempat duduk mereka masing masing.
“Harusnya kita yang nanya ama lu, lu apain tu bocah? Lu apain Fazza sampe betmut begitu anjing?” tanya Satria secara tidak santai. Ia memegang kerah baju Gemostra.
Gemostra makin dibuat bingung. Ada apa sih sebenarnya? Dia tidak tau apa apa.
“Apaan? Gua ga ngapa ngapain” jawab Gemostra jujur sejujur jujurnya.
“Halah bacot tai” Satria hampir aja nonjok Gemostra yang ada di hadapannya, tapi ga jadi karena tangannya di tahan sama Farthur dan Edwin.
“Lu coba ingat ingat kembali, kira kira apa yang lu perbuat tadi siang pas Paja lagi mandi ujan sampe bikin tu anak betmut begitu” ucap Edwin memberi clue tipis tipis.
Gemostra mencoba mengingat kembali tentang apa yang ia lakukan tadi siang. Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya ia tersadar sesuatu.
“Paja biasanya selain ke Warun nongkrongnya dimana?” tanya Gemostra pada Chinzhilla.
Aseli gua ga kepikiran buat konflik di cerita ini padahal.. Tapi EHEHEHEHEHE ini oke juga. Ga bakal lama lama dah begini, asli percaya dah.
©gemifourzth
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Satu Atap - GeminiFourth ✓
أدب الهواةGemostra, Fazza, dan cinta. Start : 9/3/23 End : 5/4/23 Suatu hari, Fazza membuat kekacauan untuk yang kesekian kalinya hingga dirinya harus mendapat hukuman dari kedua orang tuanya. Tapi Fazza tidak berpikir bahwa hukuman yang diberikan padanya ka...