Part 42

6.7K 579 30
                                    

Hola gengs!
Ketemu lagi kita sama Ditya-Disty 🫣🫣

Efek di rumah lagi mati listrik, jadi rajin nulisnya 🤌🤌

Yuk gas vote dan komennya 💥💥💥

****

Sesampainya kami di sebuah restoran Jepang, Tante Eva memilih meja yang berada dekat jendela dengan pemandangan jalanan sekitar. Sambil menunggu pesanan datang, kami mengobrol ringan, menanyakan kabar masing-masing selama 7 tahun ini. Tante Eva masih sama seperti dulu, ramahnya, perlakuan hangatnya padaku pun masih sama.

"Beneran kamu sekarang udah gak tinggal sama orangtua kamu?" Tanya Tante Eva saat aku bercerita kalau sekarang aku tinggal sendiri.

"Iya Tante, Disty pengen belajar mandiri dan sejak kuliah udah terbiasa tinggal sendiri, jadi begitu pindah lagi ke kota ini Disty memutuskan buat sewa apartemen sendiri. Ya meskipun awalnya orangtua Disty gak setuju, tapi setelahnya mereka mengerti alasan Disty, akhirnya ngijinin deh." Jelasku.

"Ternyata kamu sudah benaran dewasa, gak kayak Disty dulu waktu SMA, Tante salut sama kamu sudah mau mandiri. Tante juga sekarang sendirian di rumah, Ditya ngambil apartemen sendiri semenjak pulang dari luar negeri."

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala mengerti, karena sempat diajak Ditya ke apartemennya.

"Om apakabar Tante?Disty dengar Om sempat kena serangan jantung?"

"Om sekarang sudah lebih baik, masih harus sering bolak balik kontrol ke Singapure." Jeda, Tante Eva menghela nafas sebelum melanjutkan. "Disty pasti sudah pernah dengar dari karyawan kantor atau dari Ditya sendiri, perusahaan sempat hampir bangkrut, rumah yang dulu di sita bank bikin Om kolaps. Mbak Ambar yang sudah menjadi ibu rumah tangga terpaksa ikut terjun lagi ke kantor."

Kembali aku dengar helaan nafas dari Tante Eva, dan kini raut wajahnya berubah sedih. Aku meraih tangan Tante Eva yang berada di atas meja, menepuk pelan punggung tangannya. "Tante, kalau Tante gak kuat, gak usah di lanjutin ceritanya." Ujarku.

"Gak apa-apa, Tante juga pengen cerita sama Disty."

Jeda sesaat karena pelayan mengantarkan pesanan kami, aku melepas tanganku dari Tante Eva.

"Yang lebih buat Tante sedih itu Ditya...dia harus mengubur impiannya sebagai dokter, yang kamu sendiri tahu dulu Om sangat menentangnya hingga akhirnya Om luluh dan mengijinkan dia kuliah di Kedokteran. Tapi Ditya terpaksa berhenti kuliah untuk bantu-bantu di kantor karena Mbak Ambar tidak sanggup kalau harus mengatasi krisis di kantor sendiri. Beruntung dulu Ditya sempat ikut dan belajar Managemen Bisnis saat di sela-sela sekolahnya hingga bisa membantu Mbak Ambar saat itu. Yah..bersyukurnya sekarang keadaan sudah pulih seperti semula." Lanjutnya.

"Maaf Tante dulu Disty gak tahu kalau keadaan keluarga Tante kayak gitu." Ucapku.

"Bukan salah Disty, Tante begitu dikabari Om kena serangan jantung langsung di bawa ke rumah sakit. Pulang ke rumah juga jarang, apalagi semenjak di sita bank, Tante akhirnya tinggal di rumah Mbak Ambar." Tante Eva tampak tersenyum menenangkan. "Sekarang kita makan dulu, keburu dingin. Ceritanya dilanjut setelah selesai makan."

Aku menjawab dengan anggukan kepala, lalu mulai meraih sumpit untuk memakan sushi. Selama makan, tidak ada yang mengeluarkan suara. Kami makan dalam hening, hingga akhirnya Tante Eva selesai makan, beliau mulai bertanya lagi padaku.

"Disty...sudah tahu mengenai tunangan...Ditya?" Tanya Tante Eva dengan hati-hati. Aku yang sedang menyuapkan sushi terakhir ke dalam mulutku sempat terhenti sejenak, lalu mencoba menelannya dengan susah payah.

Selesai menelan dengan sempurna sushi-ku, aku mencoba tersenyum dan menjawab, "sudah Tante, Disty sudah pernah ketemu waktu makan malam perusahaan penyambutan Mas Ditya dulu."

I'm yours, SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang