1. Teriakan Pagi Hari adalah Tanda Kehidupan

3.7K 187 7
                                    

Happy reading and typo alert⚠

=======

Jelas-jelas lahir 6 menit lebih dulu!

=======

        Ddag, "BU!!!"

Bantingan pintu yang diikuti teriakan histeris dari lantai dua cukup terdengar kencang hingga dapur.

"Itu suara Beomgyu, Tuan." ucap seorang wanita berumur saat membalas tatapan terkejut dari pria yang berdiri tak jauh di sebelahnya.

Kemudian langkah kaki yang berdebum berkejaran berakhir di meja pantry.

"HAAARGGG!!!! BUBU!!!!!"

Seorang pria yang disibukkan dengan bahan masakan menoleh panik karena khawatir, "Kenapa dek?" bahkan kedua ujung alisnya nyaris terhubung demi menatap sang putra ketiga.

"Ini aneh, bu! Gyu baru aja bangun tidur, tapi coba Bubu perhatikan baik-baik." anak laki-laki itu memajukan wajahnya, memberi kesempatan pria yang disebutnya bubu untuk leluasa memperhatikan.

Taeyong. Pria itu buru-buru melepas sarung tangannya, "Kenapa Beomgyu? Jangan buat Bubu khawatir deh? Kulitnya alergi? Atau ada jerawat?" tebak pria yang kini menilik teliti seluruh wajah si empunya nama Beomgyu.

"Bibi Nam, lihat sesuatu yang aneh ga?" Beomgyu masih belum puas, ia memutar kepala, menampilkan wajahnya ke arah maid yang sedang membantu sang bubu di dapur.

Tidak ada jawaban dari wanita yang mengerutkan kulit keningnya yang mulai mengendur itu.

"Huft." Sepersekian detik Beomgyu menghela nafas jengkel, namun secepat kilat rautnya kembali cerah.

"Tadi Gyu kacaan tapi muka Gyu kok mirip Bubu?? Muka Bubu kok mirip Gyu?!" ujar Beomgyu dengan tanpa rasa bersalahnya.

Taeyong membulatkan mata rusanya, kedua belah bibir tipisnya pun dibuat membulat lucu, "Oma omagawd ...." ujar Taeyong nyaris bernyanyi.

"Bubu terkejut." lanjutnya kembali mengenakan sarung tangan dan meraih pisau sayur.

Kepala pelayan yang dijuluki Bibi Nam hanya bisa terkikik. Setelah kepanikan tadi, kiranya 49% ia sudah mengira Beomgyu hanya akan menjahili mereka.

Bibi Nam sudah terbiasa.

Taeyong sudah terbiasa.

Beomgyu, suka kebiasaan.

***

       Dua remaja laki-laki berseragam sekolah tengah asik dengan ponsel masing-masing. Piring yang mewadahi roti selai dan sandwich sama-sama terabaikan.

"Uchan, adek, ayo cepat dimakan sarapannya. Sudah jam berapa ini?" omelan yang berasal dari dapur terdengar merentet di telinga kedua laki-laki serupa itu.

"Suka-suka lah." bisik Beomgyu super pelan tapi sialnya masih sampai ke telinga Sungchan.

"Bu, Gyu bilang suka-suka lah." cepu Sungchan.

Beomgyu menendang kuat kaki yang bertengger di sebelah kakinya, "Dih apaan nuduh sembarangan! Ngga Bu, inwi Giyu uwdah makgwn!" alibinya dengan mulut penuh roti selai cokelat.

Sungchan mengusap bekas tendangan kembarannya dengan senyum kemenangan.

"Kenapa sih dek, pagi-pagi sudah teriak?" Mark yang berwajah pasi diikuti sang Daddy dengan perawakan tak kalah mengenaskan.

"Kenapa sih kak pagi-pagi baru pulang?" sahut Beomgyu santai sebelum potongan roti terakhir masuk ke mulutnya.

"Jagoan Bubu udah pulang?" Taeyong mengusak rambut putra sulungnya yang melepas dasinya. "Mau langsung makanan berat atau roti aja, sayang?"

YOU (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang