14. Ada Bayaran Setimpal Untuk Air Mata Ia yang Dicintai

1.2K 99 0
                                    

=======

Bu, adek lapar.

=======

      Mobil jemputan yang biasa membawa Beomgyu pulang datang terlambat karena harus mengantar Sungchan terlebih dahulu.

Perbedaan jadwal dengan akademi Sungchan membuat Beomgyu harus pulang sedikit terlambat.

Setelah dua puluh menit memecah jalanan, mobil hitam itu akhirnya tiba di halaman rumah saat hari sudah sepenuhnya menggelap.

Beomgyu melangkah gontai memasuki rumah, "Beomgyu pulang." tuturnya.


Tak ada sahutan membuat Beomgyu merengut sempurna.

Di ruang keluarga yang luas itu ada Taeyong yang sedang menonton tayangan di televisi, namun pria itu bergeming.

Alih-alih menyambut sumringah seperti biasa, Taeyong memilih tetap diam menyangga dagu lancipnya dengan tangan yang masih memegang remote control.

Pantang menyerah sebelum ditanggapi, Beomgyu duduk di lengan sofa tempat Taeyong berada. "Bu, Gyu lapar." cicitnya memegang lengan Taeyong.

Pria yang tak memberi ekspresi apapun itu tetap diam dan fokus pada tayangan televisi.

"Bubu masih marah karena tadi pagi?" tanya Beomgyu retoris.

Anak laki-laki itu berpindah duduk ke sisi sofa yang kosong. Beringsut memeluk lengan Bubunya yang menopang dagu dengan manis.

"Bibi Nam, Mark sama Uchan sudah makan malam?"

Beomgyu melongo tak percaya.

Saat kepala pelayan lewat, sang Bubu terang-terangan buka suara. Bahkan rengekannya soal lapar belum disahuti, tapi Taeyong malah menanyakan apakah si sulung dan si bungsu sudah makan malam.

Wanita paruh baya yang seolah mendapat signal tersirat itu merubah raut bingungnya secepat kilat, "Sudah, tuan." sahutnya tanpa keraguan.

"Bu, adek lapar." kali ini Beomgyu tidak hanya memegang lengan Taeyong, tapi juga mengguncangnya pelan.

Ternyata kesabaran Beomgyu hanya berbatas diabaikan oleh sang Bubu. Ia menyudahi usahanya, memilih duduk diam untuk sesaat —masih berusaha memikirkan cara lain namun nihil—.

Merasa iba pada tuan mudanya, kepala pelayan yang juga menyaksikan tumbuh besarnya anak-anak Jung itu goyah untuk ikut mengabaikan Beomgyu, "Mau Bibi Nam siapka-"

"Ga usah." tolak Beomgyu secepat dirinya bangkit dari duduk. Di raihnya kasar tas yang sempat ia lepaskan.

"Makan!" ucap Taeyong datar namun telak.

"Ga usah!" sahut titisannya tak kalah datar.

Langkah Beomgyu baru satu langkah menjauh dari sofa, namun tangannya ditarik paksa hingga kembali terduduk di samping sang Bubu.

Greeep

"Kenapa bandel banget sih?!"

Tubuh yang lebih kecil sudah tenggelam dalam pelukan protektif pria yang sudah lama mempertahankan wajah datar itu, "Kalau kalian kenapa-kenapa, Bubu yang akan ga baik-baik aja!" omel Taeyong.

Yang dipeluk diam-diam tersenyum. Aha! Idenya tak buruk juga untuk balas mengabaikan sang bubu. Taeyong dan hati penyayangnya yang mudah terenyuh.

YOU (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang