V. Locked

802 75 8
                                    

Matanya melirik gelisah, menatap kemanapun asal tidak kepada seseorang yang kini berada di sebelahnya. Tubuhnya terasa dingin, namun juga terasa panas secara bersamaan. Kakinya bergerak-gerak menyalurkan rasa gugup yang kini sedang menyerang tubuhnya, ya ampun ini kemana si Yujin katanya mau pesen makan tapi lama amat, gumamnya dalam hati. Kesal, namun entah mengapa juga merasa bahagia dalam satu waktu.

"Liz jurusan apa?" Junkyu coba memecah kecanggungan diantara keduanya. Tidak, hanya Liz yang merasa canggung, dapat Junkyu lihat gadis di sebelahnya terus saja bergerak-gerak seperti tengah merasakan kegelisahan. "jurusan Bismen kak, sama kaya Wony" jawabnya setengah malu-malu.

Kemudian kembali ia fokuskan dirinya pada lembar-lembar kertas yang ia jadikan pusat perhatiannya sejak tadi saat Haruto dan Wony pergi, memang sudah berniat untuk jalan menghabiskan waktu berdua.

"lo udah makan belum, Liz?", mendengar pertanyaan itu seketika membuat Liz menengok ke arah suara, tiba-tiba?

"udah kak, kenapa?" tidak tahan menatap wajah rupawan itu terlalu lama, buru-buru Liz alihkan pandangannya pada kumpulan mahasiswa yang berlalu lalang di taman depan kantin pusat tersebut. "soalnya dari tadi kaya yang laper banget, gelisah gitu" mendengar jawaban yang Junkyu utarakan semakin membuat Liz kalang kabut. Ternyata kakak tingkatnya itu menyadari kegelisahan yang Liz rasakan. Ya ini mah karena sebelahan sama lo kak, bukan karena laper.

"ma-maaf kak, gua cuma bingung ini Yujin kemana ya ga balik-balik" sambil grasak-grusuk tubuhnya, mencoba untuk senatural mungkin agar tidak terlihat rasa gugupnya saat ini. Kalau bisa didengar, saat ini jantung Liz rasanya tengah berpesta pora karena sangking cepat-nya ia berdetak. Dan hatinya saat ini bagai taman yang sedang berada di musim semi, berbunga dan terasa hangat. Mungkin diakibatkan karena rasa bahagia yang membuncah bisa berdekatan dengan seseorang yang selama ini ia kagumi dari kejauhan.

Kekehan yang tertahan itu masih bisa Liz dengar, aduh jangan gitu kak please, ini udah gua tahan-tahan buat ga mereog gumamnya sambil ia tahan sudut bibirnya agar tidak menciptakan senyuman. "kenapa kak?" tercetus juga pertanyaan itu dari bibir gadis pirang tersebut, kepalang penasaran.

"lo emang anaknya gini ya?" jawab Junkyu segera, sambil ia bawa penuh perhatiannya kini pada seseorang yang sedari tadi mungkin sudah terlalu lama ia abaikan, ga baik juga kalo gua bersikap cuek sama dia, pikirnya.

"gini? G-gimana ya kak?" takut, satu kata yang mampu menggambarkan perasaan Liz saat ini. Takut jika first impresion-nya dihadapan Junkyu ternyata buruk, takut jika Junkyu ternyata tidak suka ia berada di dekatnya dan takut jika Junkyu akan mendorongnya menjauh bahkan sebelum ia mendekat.

"lucu, lo lucu banget"

Ya tuhan kak Jun, mohon ampun deh gua ini, tapi jangan gini juga dong. Liz menahan pekikan yang hampir saja lolos dari mulutnya, tapi semburat merah di wajahnya tentu tidak dapat Liz kendalikan. Wajahnya kini sudah merah sepenuhnya, sudah hampir gila rasanya ia hanya karena mendapat pujian lucu dari kakak tingkatnya tersebut. "kenapa Liz?" dengan tanpa rasa bersalah, Junkyu malah bertanya seperti itu, bukankah sudah jelas jika dialah penyebab utama Liz menjadi salah tingkah dengan wajahnya yang makin memerah.

"kalo boleh, gua mau minta nomor telepon lo"

"hah?"

Mari ucapkan 'semoga selamat' kepada hati Liz yang kini makin diporak-porandakan oleh oknum Jun, belum sempat Liz menetralkan degub jantungnya yang masih menggila sebab di puji lucu oleh Junkyu, malah kini apa yang Junkyu minta? Nomor? Telepon? Gua? Gila, fix gila gua. "Haruto bilang lo minta dikenalin ke gua, iyakan?" Junkyu coba memastikan "kalo bisa ya biar gua yang gerak duluan, gua kan cowo ga etis rasanya kalo gua keduluan gerak dari cewe" lanjutnya.

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang