VII. Overthinker

674 74 7
                                    


Rasa kesal diotaknya entah mengapa masih saja bertahan, apa yang ia kesalkan pun Haruto sendiri tidak memahaminya. Ditambah tadi beberapa kali ia kalah saat memainkan game online, "brengsek" umpatnya saat lagi-lagi team-nya kalah telak.

Jaehyuk dan Asahi pun tidak mengerti, tidak keduanya ganggu Haruto yang berdiam diri di dalam kamar utama rumah yang kini mereka gunakan sebagai basecamp. Seperti orang yang tengah melampiaskan kekesalannya, umpatan-umpatan yang Haruto keluarkan sejak tadi terdengar jelas oleh Asahi seperti mengandung rasa dongkol yang begitu dalam. "itu anak kayanya kesel banget" ucap Asahi memecah keterdiaman diantara ia dan Jaehyuk, setelah dirasa mulai terganggu oleh umpatan Haruto yang menggema memenuhi rumah tersebut.

"balik yuk Sa" ajak Jaehyuk, sudah tidak enak suasana rumah itu dirasa. "ayo, bentar gua nutup pintu belakang dulu" setelahnya Asahi berlalu, bergegas menuju bagian belakang rumah tersebut. Sementara Jaehyuk mengetok beberapa kali kamar yang digunakan Haruto, ia berniat memberi tahu Haruto jika keduanya akan pamit pulang saja ketimbang harus plonga-plongo seperti kambing congek. Niat mereka untuk berkumpul malah menjadi kacau semenjak Jeongwoo pergi entah kemana beberapa waktu yang lalu. "tutup pintunya Jae" Haruto berteriak dari dalam kamar setelah mendengar ucapan Jaehyuk, tidak berniat sedikitpun untuk keluar dari kamar itu sepertinya.

Haruto berakhir memilih untuk tidur saja, sendirian disini membuat Haruto mengingat lagi balasan yang Jeongwoo berikan belum lama tadi dari pesan singkat yang ia kirimkan. "bangsat" umpatnya lagi, ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Jun dan Jeongwoo, dan apa hubungan keduanya sampai-sampai Junkyu lebih memilih menghubungi Jeongwoo dibanding dirinya?

Setelah itu ia mulai mencoba memejamkan mata, berusaha menghilangkan rasa kesal yang menumpuk di otaknya.

Setelah itu ia mulai mencoba memejamkan mata, berusaha menghilangkan rasa kesal yang menumpuk di otaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"iya apa aja... Iya hati-hati" Junkyu taruh smartphone-nya di atas nakas samping sofa yang ia duduki saat ini. Tadi niatnya ingin mengajak dua sahabatnya, Yoshi dan Jihoon untuk makan diluar bersama.

Namun sungguh biadab sekali dua sahabatnya itu, mereka sudah pergi berdua terlebih dahulu bahkan tanpa mengajak atau menawari Junkyu untuk ikut. Alasannya "ya lo mah biasanya kalo diajak makan pasti bilangnya 'udah makan sama Doyi' atau kalo ga 'ini lagi makan sama Haruto', yaudah kita ga ajak" ucap Jihoon. Bahkan Yoshi mengatai Junkyu saat ia menjawab adiknya mungkin saja sedang jalan dengan gebetannya sehingga Junkyu berakhir seorang diri sekarang di unit apartementnya, pemuda jepang itu dengan entengnya berkata 'ya kenapa lo ga jalan sama gebetan lo juga? Oh lupa kan ga punya gebetan ya, punyanya fwb', dan setelahnya dapat Junkyu dengar gelegar tawa dari kedua sahabatnya tersebut. Sial, niatnya mengajak makan malam bersama namun berakhir dirinya menjadi bulan-bulanan ledekan kedua sahabatnya.

Namun tidak lama setelah Junkyu memutus sambungan telepon dari sahabat baiknya sejak SMA tersebut, smartphone-nya lagi-lagi berbunyi, menandakan lagi-lagi ada telepon yang masuk. Kali ini Haruto yang menghubunginya.

Junkyu mengerutkan dahinya samar, tadi sore saat akhirnya Junkyu membalas pesan yang Haruto kirim, pemuda jangkung itu membalas hanya dengan satu-satu kata. Junkyu kesal, lebih baik pesannya tidak dibalas sama sekali dari pada saat Junkyu bertanya atau mengirimi pesan yang lumayan panjang, namun hanya dibalas dengan YA atau GA saja.

Namun apa, sekarang pemuda itu justru menghubunginya dan berkata akan datang ke apartement-nya untuk membawakan makan untuk Junkyu. Tauan aja lagi kalo gua belum makan, gumam Junkyu saat telepon itu sudah ia putus.

Bunyi bel terdengar beberapa kali saat Junkyu sedang asik menonton drama di layar televisinya, sudah dapat ia tebak siapa pelakunya, tidak lain adalah Haruto. Baru kakinya akan melangkah namun smartphone-nya lagi-lagi berdering, Haruto menghubungi Junkyu yang padahal pemuda itu sudah berada tepat di depan pintu apartment Junkyu.

"kenapa telepon?" tanya Junkyu

"bukain dong monyet, lama banget pegel nih kaki gua" jawab Haruto terdengar sewot, masih tersisa rasa kesal di hatinya mungkin.

"kok lo ngatain? Males ah gua, berdiri aja disitu terus ampe copot itu kaki lo" jawab Junkyu tidak kalah sewot, Junkyu tidak tahu apa yang tengah terjadi dengan sahabatnya itu. Kenapa ia yang menjadi sasaran kemarahannya? Apa salahnya?

"cepetan napa ini tangan gua pegel"

"ngomong baik-baik lah, ogah gua lo nyolot gitu" yang padahal kini Junkyu sudah di depan layar intercom, dapat ia lihat Haruto yang tengah terlihat kesal sambil tangannya menenteng 2 kantong plastik di tangan kirinya dan handphone untuk menelepon Junkyu di tangan kanannya. Terkekeh ia melihat Haruto mondar-mandir menunggu Junkyu membukakan pintu untuknya.

"bukain pintunya sayang"

"anjing, pergi aja lo sana!"

Kini giliran Haruto yang terkekeh, ia sangat suka menggoda temannya tersebut. Apalagi Junkyu memang sangat mudah tersulut amarahnya hanya dengan hal-hal kecil yang Haruto lakukan.

ㅡtbc

.
.
.
.

vote and comment to appreciate my work, thankyou for reading this book ♡♡

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang