XXII. Ruined

518 49 5
                                    

Pagi yang cukup sibuk untuk beberapa orang, sebagian ada yang masih mondar-mandir menata ruangan utama rumah yang tidak bisa jika hanya dikatakan megah. Rumah yang mempunyai design bergaya eropa modern dengan beberapa tiang menjulang tinggi, lampu kristal dan dua tangga yang bertemu di lantai kedua, menambah kesan super mewah. Kediaman keluarga Park yang tengah sibuk dengan beberapa persiapan untuk acara pertunangan anak sulungnya, Park Jihoon dengan sang kekasih Choi Hyunsuk yang juga berasal dari keluarga konglomerat.

Rumah mewah yang didekorasi hiasan yang didominasi dengan warna putih itu, kini sudah tampak ramai oleh beberapa tamu undangan, baik dari pihak keluarga Jihoon maupun pihak keluarga Hyunsuk. Semua kehebohan yang terjadi sejak pagi hari ini juga tidak membiarkan siapapun bersantai barang sebentar, termasuk Jeongwoo yang sudah dibuat sibuk dengan keperluan-keperluan yang terasa tidak ada habisnya itupun, kini sudah terlihat tampan mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dikombinasikan dengan kemeja putihnya, membuat pemuda berkulit tan itu terlihat makin tampan nan gagah.

"duh Yosh gua baru mau tunangan kok udah deg-degan banget ya, apalagi ntar kalo gua naik altar" Jihoon yang terlihat sangat menawan dengan setelan jas berwarna merah marun itu terlihat gelisah, tidak henti-hentinya kaki sang pemeran utama acara hari ini itu bergerak-gerak, menyalurkan kegugupan yang menyeruak.

"mikir lo udah sampe altar aja Ji, udah siap banget keknya jadi bapak rumah tangga" terkekeh Yoshi yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, ia taruh seluruh perhatiannya kini pada sang sahabat. "lo kalo ntar ngalamin sendiri juga pasti ngerti, sekarang lo sih mana paham" mencebik ia saat sahabatnya itu masih terkekeh sambil pemuda jepang itu bawa dirinya mendekat ke arah Jihoon.

"iya iya gua emang belum paham, udah tenang aja, gua yakin semuanya bakal lancar dan baik-baik aja. Gue sama Jun bakal dampingin lo dan pastiin semuanya berjalan sesuai kaya yang kita semua harapkan"

Mendengar penuturan Yoshi barusan membuat rasa gugupnya sedikit berkurang. Persahabatan mereka selama 5 tahun itu tentu saja membuat Yoshi, Jihoon dan Junkyu saling mengandalkan kepada satu sama lain. Menjadi tempat bersandar, tempat berkeluh kesah, berbagi suka maupun duka, dan menjadi tempat saling meminta bantuan sudah umum ketiganya lakukan. Tidak heran jika baik Jihoon, Junkyu maupun Yoshi akan selalu berusaha menjadi bagian dalam moment penting di perjalanan hidup ketiganya.

"Jun mana lagi ga nyampe-nyampe, udah dari sejam yang lalu dia bilang lagi dijalan lagi dijalan" gerutu Yoshi saat tidak juga ia temukan eksistensi salah satu sahabatnya itu. "mentang-mentang pacarnya baru" lanjutnya dengan tangan yang kini kembali sibuk dengan ponsel di tangannya. Sementara Jihoon tersenyum miring melihat salah satu sahabatnya itu bersungut-sungut namun tidak lepas pandangannya dari layar ponsel miliknya.

"ga usah iri dong, makanya usaha"

"gua usaha ya! Tapi emang dia susah banget di deketin" wajahnya ia buat murung, seperti tengah ia ratapi nasibnya yang kini menjadi seorang jomblo seorang diri diantara dua sahabatnya yang telah mempunyai pujaan hati. "usaha lo kelamaan, Jun yang baru kenal 2 bulan aja udah langsung jadi. Nah lo, ini udah mau setahun tapi nomer handphone-nya aja lo belom dapet" ucap Jihoon sedikit meledek. Terkadang Jihoon begitu kesal dengan sahabatnya yang satu ini, bukan tidak pernah Jihoon maupun Junkyu mencoba mendorong Yoshi untuk lebih berani lagi mendekati seseorang yag sudah menjadi incarannya sejak setahun terakhir. Selalu keduanya temani Yoshi saat ia berkata ingin melihat wajah manis yang selalu ia puji itu dengan datang ke cafe tempatnya bekerja, atau mendengarkan bagaimana rindu yang Yoshi rasakan saat tidak dapat ia lihat pujaan hatinya itu selama berhari-hari karena kesibukannya sebagai mahasiswa kedokteran dan membuatnya tidak punya waktu untuk sekedar mampir ke cafe di sebelah universitasnya itu. Keduanya mencoba sebisa mungkin memberikan dorongan pada Yoshi agar lebih berani mengambil langkah, namun Yoshi tetaplah Yoshi, ia terlalu malu hanya untuk sekedar tahu nomor atau bahkan nama orang tersebut.

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang