VIII. Healer

767 74 4
                                    

Ceklek

Saat Junkyu membuka pintu apartmentnya, dapat ia lihat Haruto yang tengah berdiri tepat di depan pintu sambil ia tenteng 1 plastik hitam dan 1 plastik putih dengan label sebuah minimarket. Belum sang tuan rumah persilahkan si tamu untuk masuk, namun pemuda dengan tinggi sekitar 185 cm tersebut sudah terlebih dulu menyelonong ke dalam dan berjalan ke arah ruang tengah unit apartment Junkyu, Haruto duduk di sofa dengan televisi yang masih menyala di hadapannya.

Sejak awal Junkyu memang tidak berniat mengajak Haruto untuk mencari makan malam, masih kesal ia pada sahabatnya itu dan Junkyu pikir mungkin Haruto sedang dalam mood yang tidak baik. Tapi ternyata justru kini Haruto sendiri yang datang menemui Junkyu ke apartment-nya. "nih makanannya" sambil Haruto bawa punggungnya menyender pada sofa yang terasa empuk itu. "tauan aja gua belom makan" Junkyu lihati isi di dalam kantong plastik berwarna hitam yang tadi Haruto bawa, "makasih ya" lanjutnya.

"yaudah gih di makan, itu buat gua satu, gua juga belom makan"

"iya, bentar gua ambil piring sama sendok dulu"

Haruto membukakan sebungkus nasi goreng yang ia beli saat ia tengah di perjalan menuju apartment Junkyu. Sebenarnya jika di tanya, dari mana Haruto tau jika Junkyu bahkan belum makan malam? Jawabannya adalah Haruto hanya menebak, sejak awal ia memang berniat datang ke apartment Junkyu karena sejak siang tadi saat di basecamp moodnya benar benar tidak baik. Ia uring-uringan entah kenapa, bahkan setelah terbangun ia dari tidurnya rasa kesal yang menyelimutinya masih saja terasa. Bahkan ia sendiri tidak mengerti, sebenarnya apa yang membuat dirinya sendiri menjadi sangat kacau siang tadi. 

Saat Haruto melihat tukang nasi goreng di pinggir jalan tadi, entah mengapa dia langsung berpikir mungkin saja Jun belum makan. Dan ya tebakannya tidak meleset sedikitpun, bahkan bisa ia lihat binar bahagia saat Junkyu memerima kantong plastik yang Haruto berikan, dasar.

"suapin dong" 

Haruto sedikit melirik sinis Junkyu, dapat ia lihat senyum menyebalkan dari temannya itu. Dan apa tadi dia bilang? Suapin? "udah di beliin makan masih nyuruh-nyuruh, makan sendiri gausah manja". Namun berbeda dengan apa yang keluar dari bilah bibirnya, tangan Haruto justru memberikan suapan pertama makanan miliknya dari sendok yang tengah ia pegang ke mulut sahabatnya itu. 

"enhag tauk makan di suaphin"
Gumam Junkyu tidak jelas saat ia mencoba berbicara sambil mulutnya sibuk mengunyah nasi goreng. Bahkan bisa Haruto lihat pipi sahabatnya itu menggembung penuh dan mulutnya yang kecil sedikit mengerucut, lucu. "iya. Udah makan dulu ga usah sambil ngomong. Kesedak baru tau rasa" timpal Haruto, sambil ia sodorkan lagi sendok yang sudah penuh dengan nasi goreng yang tengah keduanya nikmati. Begitulah seterusnya, Haruto bergantian menyuapi dirinya sendiri dan Junkyu secara bergantian, dengan piring yang sama dan sendok yang sama pula. Tak apa, sudah biasa pula.

"kenyang banget, thanks ya monyetku" Junkyu elusi perutnya yang terasa penuh, sambil ia letakkan gelas berisi susunya itu di nakas samping sofa yang keduanya duduki saat ini.

"Jun?"

"hm?"

"gua kayanya pengen gigit pipi lo" tiba-tiba saja Haruto mengatakan itu, membuat Junkyu seketika mengalihkan perhatian penuh pada sahabatnya tersebut dengan alis yang menukik, apa-apaan pikirnya. "apasih tiba-tiba banget" sahutnya sambil ia bawa tubuhnya sedikit bergeser, memberi jarak tubuh keduanya.

"Jun" lagi, semakin Junkyu memberi jarak keduanya, malah kini Haruto yang semakin mendekat. "ga ya Ru, sakit tau ga lo kalo gigit pipi gua ga kira-kira ya setan, kaya mau lo makan pipi gua rasanya", jelas Junkyu menolak dengan tegas apa yang Haruto ingin lakukan. Bukan karena apa, pipinya sungguh terasa sakit saat waktu itu Haruto dengan gemasnya menggigit pipi Junkyu, bahkan sampai tertinggal jejak gigi Haruto di pipi gembulnya. Sial, tidak akan lagi.

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang