XXIV.

783 40 7
                                    

Junkyu tarik pangkal dasi yang terasa mencekik lehernya, mobil yang kini tengah di kendarainnya entah mengapa terasa panas, keringat mulai bermunculan di dahi juga sekujur tubuhnya. Ia lirik lagi gadis cantik yang sedari tadi juga masih saja diam, tidak bersuara barang sedikitpun, dan itu membuat rasa takut Junkyu makin menggerogoti otaknya.

Bahkan tanpa terasa roda itu sudah berputar sejauh ini, waktu terasa begitu cepat bagi Junkyu dengan segala ketakutannya, namun bagi Liz semuanya terasa begitu lamban karena keterdiaman Junkyu sejak keduanya putuskan pulang dari acara pertunangan Jihoon dan Hyunsuk.

"mau mampir?" ucap Liz yang sebenarnya memang hanya untuk basa-basi, ia tahu Junkyu belum sepenuhnya siap untuk itu.

"kapan-kapan aja ya sayang, kak Jun cape banget" tersenyum Junkyu dengan salah satu tangannya terulur untuk menggenggam tangan kekasihnya. Sementara Liz merasa jika jantungnya mungkin terasa akan lepas sekarang, berdetak cepat tak karuan. Perlakuan manis Junkyu seperti saat ini kepadanya terasa asing, namun juga begitu menyenangkan. Hatinya bergetar, seperti terkena aliran listrik tenaga rendah, menggelitik.

"yaudah, hati-hati ya nyetirnya, aku turun dulu"

Bibirnya mungkin masih mampu untuk mengulas senyum tampan yang ia sengaja berikan untuk kekasihnya, namun hatinya terasa begitu berdosa melihat bagaimana senyum cantik itu lagi-lagi yang ia terima.

Maaf Liz, aku jahat banget ya ke kamu.

Mata Doyoung terpejam, telinganya seperti berdenging karena mendengar omelan-omelah yang sudah sejak 2 jam lalu belum juga terhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Doyoung terpejam, telinganya seperti berdenging karena mendengar omelan-omelah yang sudah sejak 2 jam lalu belum juga terhenti. Tapi menyela apa yang kini tengah pemuda yang ada dihadapannya katakan pun ia tidak punya cukup nyali. Ia sadar, semuanya memang kesalahannya, ia yang memulai semua ini. Dan memang inilah konsekuensi yang harus ia hadapi hari ini.

Doyoung melirik lagi pemuda yang masih sibuk pada pulpen dan bukunya, sesekali pria itu petik senar gitar yang sudah ada di pangkuannya sejak tadi. Tersenyum getir begitu curi tatapnya justru terpergoki, namun seketika merungut lagi ia, saat mata boba yang biasanya menatapnya lembut, justru kini seperti ujung pisau yang siap mencabik tepat pada wajahnya.

"udah dong, iya maaf, jangan ngambek lagㅡ"

"ya lo harusnya mikir dong sebelum ngomong Doy, ya ampun"

Lagi-lagi pundaknya turun, seperti tengah Doyoung pikul berton-ton beban di punuknya. Walaupun sepertinya memang seperti itulah yang tengah Doyoung rasakan. Beban pikirannya terasa begitu berat ia pikul seorang diri, hanya karena masalah hati semuanya terasa semakin melilit lehernya, sesak hanya untuk sekedar mengambil satu tarikn nafas. Ia pikir takdir hidupnya dan sang kakak sudah cukup berat dirasa, namun nyatanya perasaan yang ia miliki justru membuat hidupnya ribuan kali lebih rumit dari yang ia pikirkan.

"Dam, bantuin gua please, kali ini aja Dam" memohon ia, kalau bisa akan Doyoung berikan semua yang Yedam mau agar bisa pemuda itu penuhi permintaannya kali ini. "please, gua ga tau lagi harus gimana" berbohong mengenai hubungan yang ia katakan pada Jeongwoo kemarin, sebenarnya tidak pernah Doyoung sangka harus ia lakukan. Egonya mengatakan untuk melakukan itu, seperti tidak mau jika harga dirinya terinjak lagi setelah mengetahui tentang hubungan seseorang yang diam-diam ia sukai begitu besarnya itu dengan saudaranya sendiri. Akhirnya kebohongan itu tercipta, dan malah kini membuatnya harus menanggung kekesalan dari temannya, Yedam.

"lo kalo naksir orang bisa ga sih ngomong yang proper gitu, yang jelas ga usah ngang ngong malah jadiin gua kambing hitam. Gua udah bilang seribu kali sama lo ya Kim Doyoung, cowo itu goblok kalo masalah baca pikiran orang, jadi ga usah berlaga kaya anak prawan yang minta dingertiin tanpa harus lo ngomong"

Mungkin bagi orang lain, mengatakan semua itu akan terasa mudah saja. Namun bagi Doyoung, semuanya tidak semudah membalikkan telapan tangan. Ia memang menyukai Jeongwoo begitu besarnya, tapi disatu sisi ia juga tahu bagaimana perasaan Jeongwoo kepada Junghwan yang sudah pemuda berkulit tan itu miliki sejak ketiganya baru saja menginjak usia remaja. Perasaan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun itu Doyoung yakini masih Jeongwoo simpan hingga saat ini, pada saat ia lihat bagaimana manik mata Jeongwoo yang begitu teduh terasa ketika menatap Junghwan. Doyoung, juga ingin, ia sangat ingin ditatap seperti saat Jeongwoo menatap pada Junghwan. Menyesakkan.

"ck biasaan, ngalamun, galau. Bayarannya lo traktir gua makan siang seminggu"

"iya... Eh, gimana? Jadinya lo mau bantuin gua Dam?" kalau bisa Yedam jelaskan sekarang, bisa ia lihat bagaimana mata bulat yang terkadang akan menghilang saat pemuda itu tersenyum, nampak mengedarkan binar-binar saat ini. Indah sekali, mungkin mata itu bisa saja mengalahkan indahnya binar bintang-bintang yang bertabur di langit malam.

"iya gua bantu, tapi please selesein semuanya. Secepetnya"

"siap, bos! Yaudah ayo kita ke kantin, gua traktir lo mau makan apa gua beliin" Doyoung rengkuh pundak Yedam, melompat-lompat kecil kakinya saat berjalan di samping temannya itu, seperti seekor kelinci kecil yang kegirangan saat mendapatkan satu buah wortel segar, gemas sekali. Keduanya berjalan bersisihan, begitu mesra saat sesekali keduanya saling mengirim senyum kepada satu sama lain. Dibalik semua hal rumit yang harus hidupnya terima, ada saatnya ia begitu bersyukur atas kehadiran orang-orang yang senantiasa membantunya pada saat ia selalu membutuhkan uluran tangan. Orang-orang yang selalu ada untuknya kapan pun ia merasa dunianya seperti di bolak-balikkan.

"kayanya emang pacaran ga sih?"

"diem deh ah!"

"makanya kurang-kurangin lemotnya, gerak sat set ga usah kebanyakan mikir. Pada akhirnya apa? Dia ternyata sekarang udah punya pacar, dan lo? Cuma bisa marah-marah sendiri, kesel karena udah keduluaan sama orang lain"

"gua nunggu waktu yang pas, lo tau gimana gua berusaha buat lebih deket sama dia tapi akhir-akhir ini dia yang kaya menjauh dari gua. Kalo memang dia bahagia sama pacarnya yang sekarang, yaudah gua bisa apa"

ㅡtbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang