III. Closed Tightly

1.1K 88 3
                                    

Hangat tubuh yang kini tengah nyaman bersandar di pelukannya, harum yang selalu menjadi candu, halus kulit itu terasa saat telapak tangannya membelai, dan lembut bibir yang tengah ia kecupi selalu mampu membuat Haruto lupa. Lupa pada segala hal yang terjadi di luar sana, lupa pada niat awalnya yang ingin membicarakan sesuatu yang tadi kekasihnya sampaikan, dan lupa pada status keduanya. Mereka hanya sebatas sahabat baik, namun afeksi yang mereka saling terima dan beri satu sama lain, membuat keduanya lupa pada segalanya.

Bilah bibirnya tertarik, menciptakan senyuman saat ia tatapi mata indah sahabatnya, cantik. Mata tercantik yang pernah ia lihat selama hidupnya, mata yang menjadi kesukaannya, mata yang mampu menenggelamkan dirinya makin dalam. Entah, Haruto merasa apa yang ada di diri Junkyu selalu menariknya untuk selalu mendekat.

"kenapa lo senyam-senyum?" aneh saja menurut Junkyu melihat temannya itu tersenyum seperti itu, sok tampan sekali. "Jun, tadi Wony nanyain ke gua tentang yang kemarin" ingat juga akhirnya Haruto tentang niat awalnya. Semoga saja kali ini Junkyu memberikan keputusan yang jelas agar Haruto tidak lagi merasa berhutang penjelasan pada Wony, kekasihnya.

"yang kemarin?" alisnya menukik, membentuk ekspresi seperti tengah berpikir, yailah sok-sokan mikir ni anak. "ga usah sok lupa, baru kemarin kita ngomong, di-si-ni" ia tegaskan kata disini agar sahabatnya itu tidak pura-pura lupa pada pembicaraan keduanya kemarin sore.

"oh yang itu, gimana ya Ru gua bingung" duduknya ia geser, yang semula bersandar pada dada bidang sahabatnya, kini mereka duduk saling bersebelahan, tanpa bersentuhan. "yang jelas dong biar gua ngomong ke Wony-nya enak" ucapnya sambil ia bawa tubuhnya mengambil posisi terlentang di sofa. Kedua kaki jenjangnya di duduki oleh Junkyu, ga papa enteng juga dia kok. "gua belum bisa Ruㅡ"

"mau sampe kapan Jun" Haruto paham apa yang akan Junkyu katakan, selalu seperti itu, masih belum bisa katanya? Mau sampai kapan ia seperti itu?

"Jun..."

"Ru, gua belum bisa. Lo paling tau kenapa, ya karena gua belom siap" keduanya larut dalam pemikiran masing-masing setelahnya. Junkyu yang masih berpikir tentang apa yang Haruto katakan baik kemarin atau hari ini, dan Haruto yang mulai berpikir bagaimana ia harus membuat sahabatnya itu mulai membuka yang selama ini coba Junkyu tutup rapat-rapat, tidak pernah coba ia buka sedikitpun selama beberapa tahun terakhir.

"ayo balik Ru, adek gua nitip makan" tubuhnya ia bawa bangkit dari sofa, namun sebelum tubuhnya mulai menjauh dari tempatnya semula, Haruto menahan tangan Junkyu kemudian menariknya mendekat dan berakhir Junkyu mendarat dengan mulus di atas pangkuan Haruto. "jangan bete dong, iya ntar gua bilang Wony kalo lo ga mau, ga usah manyun-manyun gua cium nih" yang diajak bicara hanya memutar bola matanya, malas.

"sana ah gua mau balik, awas" coba ia lepas cekalan tangan dari yang lebih tinggi. Belum puaskah dia sudah sejak satu jam yang lalu menjamah mulai dari leher sampai seluruh area wajah tampan Junkyu?

"Haruto."

Baru setelahnya yang lebih muda melepaskan rengkuhan tangannya dari tubuh Junkyu, melepas cekalan pada tangan pemuda manis itu yang menahannya duduk diatas pangkuannya, sambil terkekeh sesekali melihat wajah Junkyu yang nampak serius.

"iya ayo balik, Doyi mau dibeliin makan apa emangnya?"

"apa aja katanya"

"apa aja katanya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang