XIX. Feels Wrong

519 60 16
                                    

Ah sial sekali, hari ini ia pulang saat waktu menunjukkan pukul 6 sore. Doyoung kesal bukan main, dosen yang mengajar di kelasnya itu meminta tambahan jam secara mendadak karena praktik CPR yang tadi sedang berlangsung masih berada di tengah-tengah materi. Tanggung katanya jika harus menunggu 3 hari lagi agar bisa melanjutkan materi tersebut hingga selesai.

Hari ini ia berangkat dengan kakaknya tentu saja, namun karena jam pulang yang berbeda membuatnya harus rela pulang dengan angkutan umum, lagi. Bukan tidak mampu bagi Doyoung meminta di belikan mobil seperti yang kakaknya miliki. Namun ada keadaan yang tidak bisa membuatnya dengan mudah meminta ini itu seenaknya. Doyoung lebih memilih naik bis saja dari pada harus meminta agar di fasilitasi kendaraan pribadi kepada orang tuanya.

"cape banget Tuhan. Kalo ga karena inget bayar ukt mahal, udah bolos kelas kali gua" keluhnya sambil ia pegangi tengkuknya yang terasa pegal. Perutnya pun kini terasa melilit, belum ia isi apapun sejak siang tadi. Mempunyai riwayat penyakit gerd memang membuat Doyoung mau tidak mau harus selalu memperhatikan pola makannya, jika tidak mau berakhir terbaring di rumah sakit seperti terakhir kali. Saat itu ia masih mahasiswa baru jurusan kedokteran, namun seperti culture shock yang ia rasakan, Doyoung terlalu sibuk pada tugas-tugasnya sehingga membuatnya mengulur waktu makan atau bahkan tidak ia isi apapun perutnya sampai seharian. Ditambah pola tidur yang tidak teratur membuat keadaannya semakin parah dan berakhir harus dirawat selama satu minggu penuh.

Tidak ingin lagi ia jika harus merasakan masuk tempat itu lagi. Selain rasa sakit yang membuatnya tersiksa setengah mati, ia juga tidak lagi ingin melihat sang kakak pontang panting mengurus semuanya seorang diri. Mereka hanya punya satu sama lain kini, walaupun akan selalu ada sahabat Junkyu yang membantunya dan yang pasti Jeongwoo termasuk dalam daftar orang-orang tersebut.

Bicara tentang Jeongwoo, sejak kejadian tempo hari di cafe, Doyoung belum lagi melihat eksistensi pemuda tan itu. Doyoung lebih banyak diam setelah sisa waktu ketiganya bersama sampai Jeongwoo antarkan ia dan Junghwan kembali ke kediamannya. Tidak ada yang salah menurutnya, hanya memang rasa iri dihatinya itu membuat Doyoung berakhir di mood yang tidak baik. Kapan ya Jeongwoo bisa liat gua kaya dia pas liat Junghwan, pikirnya saat itu dalam otaknya sendiri.

Namun saat ia tilas kembali semuanya, Doyoung hanya bisa menertawai dirinya sendiri. Sungguh aneh sekali pemikiran kekanakannya saat itu, pikirnya. Bagaimana bisa ia merasa cemburu pada Junghwan yang notaben-nya adalah saudaranya dan ia pun tidak memiliki alasan untuk bisa mengatur dengan siapa saja Jeongwoo boleh berteman. Gua aja masih temen dia statusnya, ga usah merasa spesial deh Doy, freak banget lo.

Saat masih ia sibuk pada pemikirannya sendiri, tiba-tiba saja sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Ia seperti tahu mobil itu, tapi tidak ingin Doyoung menduga dan berakhir kecewa. Namun saat dapat Doyoung lihat seseorang mulai turun dari pintu kemudi, senyumnya mengembang penuh, ternyata kata hatinya tidak pernah salah.

"kok lo masih disini sih? Baru balik apa gimana?"

"iya baru balik, tadi dosennya minta tambahan jam Woo" jawab Doyoung sambil ia bawa tubuhnya untuk berdiri, menyambut Jeongwoo yang tadi sempat ia pikirkan, kini justru sudah ada di hadapannya tepat.

"ya ampun kasian banget" Jeongwoo usaki rambut Doyoung yang memang sudah berantakan. Bukan hal yang istimewa, malah terkesan biasa saja. Namun bagi pemuda manis itu perlakuan yang baru saja ia terima terasa seperti tengah Jeongwoo berikan perhatian padanya. Mulutnya mencebik kesal sambil ia tepis tangan Jeongwoo, namun senyum tipis di bibirnya tidak dapat ia sembunyikan dengan baik.

"yaudah ayo gua anter pulang" lanjutnya. Beruntung Jeongwoo memilih melintasi jalan raya dekat universitanya sore itu, dan melihat Doyoung yang seorang diri di halte menunggu bus. Memang masih ramai suasana sekitaran kampusnya sekarang, tapi tetap saja tidak akan tega ia membayangkan temannya itu sendirian menaiki angkutan umum menuju apartmennya.

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang