XIII. Can I?

754 61 10
                                    

Disinilah ia sekarang, di depan unit apartmen milik seseorang yang membuat Haruto uring-uringan tanpa sebab seharian kemarin. Hanya karena lelaki kelahiran september itu tidak dapat dihubungi dan bahkan kini teleponnya tidak juga menampakan tanda-tanda telah di aktifkan kembali, Haruto berakhir langsung menginjakkan kaki di tempat ini. Tidak biasanya Junkyu akan menghilang tanpa sebab dan kabar, biasanya jika memang dirasa ia tidak enak badan pasti tanpa harus diperintah pun dengan sendirinya Junkyu akan menghubungi Haruto dan memberitahunya. Mungkin untuk sekedar berkabar atau memang ada niat tertentu, misalnya Junkyu butuh untuk dibelikan makan atau obat oleh sahabatnya itu. Haruto mungkin tanpa sadar telah menjadi tumpuan hidup Junkyu setelah adiknya, Doyoung.

Beberapa kali pemuda jangkung itu menekan bel, namun untuk kelima kalinya bel itu berbunyi dan belum juga Junkyu menampakkan batang hidungnya. Hingga sebelum sempat Haruto menekan bel untuk keenam kalinya, pintu utama unit apartmen itu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah khas bangun tidur seorang Junkyu. Lucu sekali, mata sembab yang masih sulit untuk terbuka dengan bibir yang di-pout-kan membuat penampilan Junkyu justru terlihat semakin lucu saat bangun tidur seperti ini, bagi Haruto.

"baru bangun? Kenapa ga masuk kuliah? Lo gua teleponin, gua kirim pesan ga ada satupun yang lo balas, kenapa? Ga enak badan?" seketika Haruto langsung saja memberondong Junkyu dengan pertanyaan-pertanyaan yang memang sudah mengumpul di otaknya. Segala prasangka dan kemungkinan yang ia pikirkan, hilang seketika saat melihat Junkyu sepertinya dalam keadaan baik-baik saja. Junkyu mengangguk untuk membalas semua pertanyaan Haruto yang indera pendengarannya tangkap, membuat beberapa surai hitamnya ikut turun menutupi sebagian wajah rupawannya saat ia masih berusaha membuka matanya penuh.

Haruto tersenyum melihat betapa gemas sahabatnya itu, ia usak puncuk kepala Junkyu yang masih berdiri di ambang pintu dan kemudian Haruto berlalu untuk masuk kedalam apartmen Junkyu, walaupun sang empu belum memberikan izin untuk masuk. Tidak perlu menunggu, sudah biasa juga bagi pemuda dengan tinggi 183 cm itu berlalu lalang masuk tanpa harus di persilahkan terlebih dahulu.

Haruto taruh beberapa kantong plastik yang ia bawa di atas meja, kemudian ia dudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah itu, menunggu dengan tenang sahabatnya yang masih berjalan agak gontai. Junkyu daratkan tubuhnya di samping Haruto, ia beri jarak tubuh keduanya. Entah, ia masih tidak berselera untuk apapun sekarang, hanya ingin mengistiratkan tubuhnya dari segala kekalutan yang Junkyu rasakan hari kemarin.

Pertengkarannya kecil yang terjadi antara ia dan Jihoon membuatnya tentu malas untuk melihat teman baiknya itu. Bukan karena rasa benci, hanya masih terasa rasa kesalnya dan perbincangan keduanya di sambungan telepon kemarin membuat Junkyu lagi-lagi mengingat kejadian yang coba ia lupakan dengan sekuat tenaga.

Haruto lihati sahabatnya yang terlihat lebih tenang dari biasanya, entah karena masih mengantuk atau tengah memikirkan sesuatu. Ia buka satu bungkus makanan yang sempat ia campakkan di meja tanpa perhatian, memang sengaja Haruto beli untuk sahabatnya itu jikala Junkyu belum makan. Dan nampaknya memang pemuda itu belum makan karena baru saja bangun dari tidurnya.

"makan dulu nih" Haruto dekatkan sebuah sushi kepada Junkyu yang masih setia menutup mata. Mendengus ia saat Junkyu malah menghindari sushi yang Haruto ambilkan untuknya, dan malah pemuda itu beranjak untuk mengambil sendiri satu sushi dan langsung ia masukkan dalam mulutnya. "enak?" tanya Haruto, ia berakhir memakan sushi yang sedari tadi ia pegang di tangan kanannya.

"iya, makasih" jawab Junkyu singkat dengan pipi penuh. Rambut yang sedikit berantakan, mata yang sembab, pipi penuh dengan makanan, pemandangan yang sangat indah bagi Haruto saat dapat melihat sahabatnya seperti sekarang. Gemas bukan main, ingin ia peluki pemuda tampan di hadapannya itu, namun sepertinya jika ia melakukan apa yang ia tengah pikirkan saat ini, mungkin saja ia akan berakhir mendapat omelan Junkyu, jika dilihat pemuda itu kini lebih banyak diam sejak keduanya bertemu.

Friends with Benefitsㅡ harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang