1. Matahari dan Bulan

116 38 67
                                    

"Sudah tiga puluh menit, aku pergi!" kata Noku datar seraya melepaskan telapak tangannya dari genggaman Gessa, kemudian Ia beranjak dari ranjang UKS.

"Terimakasih..." jawab Gessa lirih. Tenaganya kembali pulih meskipun belum 100%.

Noku berhenti di depan pintu UKS lalu berbicara tanpa menoleh pada Gessa

"Lain kali jangan ceroboh meninggalkan jimat itu di sembarang tempat. Merepotkan saja!" ucapnya sinis lalu keluar meninggalkan Gessa sendiri.

Gessa mendengus, andai ia bisa memutar waktu, tak ingin rasanya lahir dengan keadaan seperti ini. Lemah dan terpaksa bergantung kepada orang lain.

Sialnya orang tersebut adalah Noku. Pria angkuh, datar dan tidak bisa ditebak. Entah sampai kapan Gessa harus terus bergantung padanya. Bagaimanapun usaha Gessa untuk menjaga dirinya sendiri, tetap saja akhirnya dia membutuhkan Noku.

Fisik Gessa lemah di siang hari, tapi tidak di malam hari. Berbanding terbalik dengan Noku yang bisa melakukan apapun di siang hari, tapi tidak di malam hari. Begitulah kehidupan Noku dan Gessa, 2 remaja yang harus terjebak dalam takdir aneh.

Apa gunanya mempunyai energi luar biasa di malam hari sementara siangnya harus menjadi benalu bagi orang lain!

Berkali kali Gessa menyesalkan keadaanya tersebut.

Gessa menatap dirinya sendiri di depan cermin. Ia menatap manik matanya yang kini berwarna coklat lagi. Gessa menarik nafasnya dengan berat,  merapikan seragam olahraganya kemudian meninggalkan UKS.
____________________________________

"Hai..sudah baikan?"
Haruka menyapa Gessa yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Gadis itu membenamkan kepalanya pada kedua sikunya, ia menatap langit di luar jendela yang nampak cerah, bertolak belakang dengan suasana hatinya saat ini.

Haruka paham betul dengan kondisi sahabatnya itu. Hari ini jadwal pelajaran mereka olahraga. Lari sprint. Dan Gessa sedang datang bulan, tentu berbeda dengan kondisinya di hari biasa. Sialnya lagi sahabatnya itu meninggalkan jimat kesehatannya di rumah.

"Jangan hiraukan sikap Noku, yang penting sekarang kamu sudah fit lagi!" hibur Haruka. Haruka tahu betul bagaimana Gessa sangat membenci keadaanya yang seperti ini.

"Apa dia berkata kasar lagi?" Haruka kembali bertanya pada sahabatnya itu.

Gessa menggeleng lemah. Gessa sibuk menyalahkan dirinya sendiri yang memang ceroboh meninggalkan jimat berupa gelang giok berwarna merah yang sejak lahir diberikan padanya.

Noku juga memiliki jimat tersebut. Gelang Noku berupa giok berwarna biru muda. Tapi jarang sekali Gessa melihat pria itu memakainya. Lagi pula untuk apa? Noku hanya membutuhkannya di malam hari. Itupun hanya diperlukan ketika dia dalam keadaan yang memerlukan  banyak energi, jika hanya beraktivitas biasa, Noku tak membutuhkan jimat itu.

Memikirkan hal ini, lagi lagi Gessa merasa tidak adil dengan keadaanya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Siswi di lantai satu berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Seperti biasa mereka menunggu siswa dari lantai dua keluar dari kelas mereka.

Sekolahan itu memisahkan kelas pria dan wanita pada lantai yang berbeda. Jadi tak heran saat istirahat ataupun pulang mereka mencari gebetan, sahabat, atau bahkan pacarnya masing-masing.

Seorang siswa turun dari lantai dua menenteng tasnya di bahu kiri. Tatapannya datar, tak mempedulikan bisik-bisik kekaguman gadis-gadis yang menantinya lewat. Pria itu berjalan dengan angkuh melewati gadis-gadis yang memanggilnya dan beberapa menawarkan diri untuk pulang bareng.

"Noku..."

"Noku... Pulang bareng yuk.."

"Noku, kau mau nonton bersamaku?"

Semua ajakan tak dihiraukan sama sekali, Noku tetap berjalan angkuh melewati gadis-gadis itu. Matanya melirik pintu kelas 12B yang dilaluinya. Ia berhenti sejenak.

Gessa dan Haruka baru keluar dan kebetulan berpapasan dengannya.

"Aku tunggu di tempat parkir, lima menit lagi kita berangkat!" ucapnya tanpa ekspresi.

"Ya!" jawab Gessa pendek. Noku sudah pergi begitu saja entah mendengar kata-kata Gessa atau tidak.

Gessa mengangkat kepalan tangannya ke samping telinga, dia merasa jengkel dan ingin sekali meninju pria itu.

"Udah sana ikuti!" Haruka mendorong bahu sahabatnya itu. "Semoga di tahun ini kamu lebih beruntung Gess, jangan lupa nanti kabari hasilnya," Haruka mengangkat telunjuknya dengan gaya mengingatkan.

"Oke, akuu pulang dulu..." Gessa mengikuti Noku yang sudah lima meter di depannya.

Hari ini adalah ulang tahun Noku dan Gessa yang ke 17, seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun mereka harus mengunjungi nenek Yoshu. Cenayang keluarga mereka.

Entah sejak kapan mereka harus berhubungan dengan Yoshu. Yang jelas wanita tua itulah yang menyelamatkan hidup Noku dan Gessa dengan konsekuensi seumur hidup mungkin harus menjalani takdir aneh ini.
__________________________________

Tepat 17 tahun yang lalu terjadi fenomena alam yang sangat langka, dimana siang hari terjadi gerhana matahari dan malamnya terjadi gerhana bulan. Ketika dunia sedang mengalami fenomena langka itu, ada dua wanita yang sama sama berjuang melahirkan putra dan putrinya.

Seorang bayi laki- laki lahir terlebih dahulu tepat ketika terjadi gerhana matahari total. Bayi tersebut terlahir dengan fisik lemah dan mungkin tak bisa diselamatkan.

Beberapa jam kemudian, saat bulan bersinar sangat terang mencapai puncak purnamanya, di bilik sebelah seorang ibu melahirkan anak perempuan dengan fisik luar biasa sempurna. Bahkan kelahirannya membawa kabar gembira bagi para malaikat.

"Seorang Gesshoku lahir di dunia!" teriak mereka mengabarkan pada para penghuni surga.

Di saat surga sedang berbahagia dengan datangnya malaikat baru di bumi, seorang ibu yang lain berjuang membuat bayinya membuka mata. Berjuang antara hidup dan mati.

***

Nisshoku  GesshokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang