34. Lorong sekolah

20 7 2
                                    


Bel pulang berbunyi, bu Yamada mengakhiri pelajaran Bahasa inggris di kelas 12B.

Temui aku di blkang perpust. stelah pulang sekolah.

Gessa memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah membaca pesan dari Noku.

"Gessa!! setelah ini, temani aku beli kosmetik." perintah Haruka setelah menutup resleting tasnya.

"Emm ... aku ada kepentingan." Gessa tak ingin Haruka tahu dirinya akan menemui Noku sepulang sekolah.

"Kepentingan? kemana? temani aku dulu nanti baru pergi" rengek Haruka.

"Aku ... aku ada jam tambahan, maaf Haruka kali ini aku benar-benar tak bisa, bagaimana kalau besok?" tawar Gessa.

Haruka cemberut.

"Aku tak nyaman beli sendiri, yasudah besok janji temani aku ya ... " Haruka mengacungkan kelingking yang segera disambut Gessa dengan tautan kelingkingnya.

"Pasti!!" jawab Gessa.

"Ibuku juga memaksaku mengikuti jam tambahan. Fuuuhh!!! Namamu selalu dibawa-bawa: Gessa yang pandai saja ikut les!! Kamu yang nilainya pas pas an suka malas malasan!!." kata Haruka menirukan kata-kata ibunya. Gessa tertawa mendengarnya.

Haruka berdiri dan melangkah menuju pintu keluar kelas.

"Gessa?? kau kenapa? Apa ada yang kamu tunggu?" tanya Haruka heran menatap temannya yang masih duduk di kelas.

"Ah!! anu ... Aku mau- bertukar jimat!!" jawab Gessa asal, ia berjaga jaga siapa tahu nanti Haruka memergokinya menemui Noku.

"Bukannya tadi pagi kalian berpapasan? kukira kalian sudah bertukar--" Haruka berjalan kembali ke arah Gessa lalu menyibak kedua lengan blazernya.

"Jadi kau benar-benar belum bertukar?" kata Haruka.

"Belum." jawab Gessa pendek.

"Mau kutemani?" tawar Haruka.

"Kau duluan saja, Noku mau menemui pak Yoshinaga dulu. Emm ... aku akan menunggunya di perpustakaan."

"Mmm ... " Haruka berfikir sejenak.

Gessa berharap Haruka menerima alasannya tanpa banyak bertanya.

"Oke, aku duluan, jika dia berulah kau bisa menghubungiku!" jawab Haruka membuat Gessa bernafas lega.

Haruka berjalan keluar diikuti Gessa, mereka berpisah di lorong menuju perpustakaan. Gessa berpura-pura masuk ke perpustakaan dulu, menunggu Haruka benar-benar menghilang dari pandangannya.

Ketika dirasa sudah aman, Gessa mengendap-endap keluar perpustakaan. Dia memandang berkeliling lalu lengannya ditarik seseorang ke lorong antara perpustakaan dan gudang.

"Lama sekali!" kata Noku, seseorang yang menarik lengannya.

"Emm ... aku harus memberi alasan pada Haruka agar dia tidak mengetahui pertemuan kita."

"Memangnya kenapa kalau dia tahu, bukankah dia sahabat baikmu?"

Gessa menghela nafas.

"Dia terlalu berlebihan menanggapi sesuatu. Sejak pulang dari Nagoya tak henti-hentinya dia mencercaku dengan pertanyaan yang selalu sama!" jawab Gessa malas.

"Memangnya apa yang dia tanyakan?"

Gessa menaikkan sudut bibirnya menanggapi pertanyaan Noku.

Tak biasanya pria ini banyak bicara. Batin Gessa.

"Tentu saja menanyakan apa yang kita lakukan malam itu di tam--" Gessa tak meneruskan kata-katanya. Bayangan bibir hangat Noku menciumnya tiba-tiba muncul. Gessa seketika gugup.

"Katakan saja kita berciuman!" kata Noku tiba-tiba membuat Gessa kaget.

Mudah sekali pria ini mengatakan hal seperti itu!!
Batin Gessa, mukanya memerah seketika.

Noku tertawa kecil memperlihatkan lesung pipinya.

Noku tertawa kecil memperlihatkan lesung pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mukamu merah." kata Noku tersenyum geli, membuat Gessa menunduk dan segera berpaling, keringat tiba-tiba membasahi keningnya, apalagi mereka hanya berdua saja di lorong yang sedikit gelap itu.

" kata Noku tersenyum geli, membuat Gessa menunduk dan segera berpaling, keringat tiba-tiba membasahi keningnya, apalagi mereka hanya berdua saja di lorong yang sedikit gelap itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mmm ... mengapa kau memintaku kemari? Eh- apa kau akan memberikan jimatku?" tanya Gessa mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Noku menatap Gessa, kini mukanya terlihat serius.

"Gessa ... sebenarnya aku menghilangkan giokmu. Jadi untuk sementara--"

"Hilang??" potong Gessa kaget.

"Bagaimana bisa?? Kau!! aku tak percaya!!" lanjut Gessa gusar.

"Kau jangan khawatir, aku pasti menemukannya. Saat ini aku ingin memastikan kau memiliki energi yang cukup. Selama giok itu belum ketemu, kau harus menjaga dirimu sendiri dengan baik." jelas Noku, tangannya memegang kedua bahu Gessa.

"Kau bisa pakai kekuatanmu untuk menemukannya, kan? Bukankah instingmu bekerja sangat baik di siang hari?" protes Gessa.

"Sayangnya itu tidak berhasil. Aku sudah mencobanya." jawab Noku jelas berbohong.

Gessa menghela nafas berat, dia tak habis pikir pria yang selama ini menyebutnya gadis ceroboh itu baru saja menghilangkan jimat kehidupannya.

Gessa berbalik meninggalkan Noku karena kesal. Namun, baru selangkah dia pergi, Noku tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dagu pria itu ditempelkan di atas bahu Gessa, kemudian dia berbisik tepat di samping telinga Gessa.

"Jangan marah. Aku pasti akan menemukannya. Aku tak akan membiarkanmu kehilangan energi. Aku hanya ingin kau menjaga diri dengan baik." ucapnya lembut.

Deg!!

Jantung Gessa seakan berhenti berdetak sementara dadanya berdesir kuat beberapa kali.

"Kau-jangan seperti ini Noku, nanti kalau ada yang melihat kita---"

"Ssst ... tidak akan ada yang melihat. Biarkan kita seperti ini dulu sampai aku yakin energimu penuh." kata Noku lembut.

Gessa menahan nafas beberapa kali, ia tak mampu berkata-kata lagi, kini dirinya hanya mematung menerima perlakuan Noku. Amarahnya beberapa menit lalu seakan melebur mendengar kata-kata lembut Noku padanya.

***

To be continue.. 🥰🥰

Nisshoku  GesshokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang