11. Hana

23 9 4
                                    

POV Hana

Hana berjalan membawa keranjang yang di dalamnya masih ada beberapa kue dorayaki. Hatinya senang sekali karena hari ini dagangannya laris.

Syukurlah..sisa kue ini bisa kuberikan untuk Akio. Batin Hana sambil membayangkan adik kecilnya di rumah, ia berjalan sambil sesekali melompat kecil menyusuri jalanan di samping sebuah komplek perumahan mewah.

"Heh!... Sepertinya ada yang sedang bahagia nih!!!" kata seseorang di balik pohon besar di sisi jalan.

Hana mendadak berhenti. Jantungnya berdegup kencang. Meskipun berbulan bulan tak mendengarnya, ia tak mungkin lupa dengan suara itu.

"Kau kira aku akan melepaskanmu begitu saja hah?!" pria di balik pohon berkata dengan nada mengancam. Hana berbalik perlahan.

"Paman Hiroshi". Sebut Hana lirih.

Seorang pria pendek berwajah bulat dengan mata sipit tajam keluar dari balik pohon.

Hiroshi mendekati Hana, tangan kirinya berada di saku celana sementara tangan kanannya menghisap puntung rokok terakhir sebelum membuangnya. Kemudian ia menghembuskan asap rokok itu tepat di muka Hana.

Uhuk! Uhuk!

Hana terbatuk batuk. Ia berusaha menutup hidungnya dengan telapak tangan.

"Kap-pan paman keluar? Uhuk- uhuk" kata Hana terbata seraya mundur beberapa langkah. "Ap- Ap-pa yang paman inginkan dariku?".

Hiroshi tersenyum kecut.

"Tak usah pura-pura bodoh??!!" Hiroshi menarik paksa tas kecil dari tubuh Hana. Seketika Hana terjerembab ke aspal. Kue Dorayaki untuk Aiko berhamburan di jalan.

"Tolong jangan lakukan ini lagi..." Hana menangis memegangi lututnya yang sakit.

Hiroshi mengambil semua uang yang ada di tas Hana, kemudian ia lempar tas itu ke muka Hana.

"Mana yang lain? Berdiri!! Tidak mungkin kau hanya dapat segini!!" bentak Hiroshi sambil menarik paksa Hana untuk berdiri.

Hiroshi menjangkau kedua saku celana Hana. Hana menahan agar pamannya tak mengambil uang yang besok pagi harus ia setorkan pada bu Sida si pemilik toko kue.

"Jangan paman... Ini uang setoran untuk bu Sida.." Hana menangis mencoba merebut uang yang kini berada di tangan pamannya itu. Namun fisik Hana yang kecil tak mungkin mampu mengimbangi Hiroshi. Sedetik kemudian tubuh Hana didorong lagi dan menimpa keranjang kuenya.

Brakk!!

"DIAM KAU!! BAHKAN UANG INI TAK CUKUP UNTUK MEMBAYAR KOMPENSASI ATAS KECEROBOHANMU MEMBUATKU DI PENJARA!!" teriak Hisroshi sambil menarik kerah kaos Hana.

Sorot mata Hiroshi tajam siap membunuh keponakannya itu. Ia mulai mencekik leher Hana. Dia sangat membenci bocah di depannya itu dan sejak kemarin setelah keluar dari penjara, Hiroshi sudah mengatur siasat untuk membunuhnya malam ini.

Bug!!

Sebotol penuh air mineral mendarat di punggung Hiroshi, membuatnya seketika melepaskan cengkeraman di leher Hana.

"BRENGSEK!!" Umpatnya sambil menggosok punggung.

Hana yang kehabisan nafas segera menghirup udara sepuasnya. Ia bersyukur karena ada seseorang yang melihat mereka. Ia berharap security atau paling tidak seseorang yang bisa membuat pamannya pergi.

"KELUAR KAU SETAN!!" teriak Hiroshi mencari cari sosok yang melempar punggungnya.

Beberapa detik kemudian sesorang keluar dari kegelapan. Seorang gadis cantik dengan tubuh ramping dan rambut di cepol di atas kepala mendekat dengan sepatu roda di kakinya.

Hati Hana kembali menciut.

Terimakasih telah membuatku hidup lagi meski hanya beberapa detik.. Tapi aku harap kau segera pergi kak. Paman Hiroshi bukan lawanmu. Kita berdua pasti akan mati.

Batin Hana menangis melihat sosok gadis yang menolongnya.

***

Hiroshi terbahak menatap Gessa.

"Wahahahaha.... Bocah kecil sepertimu mau mencari masalah denganku??!!" katanya masih terbahak.

"Lepaskan dia!! Kalau kau pria sejati seharusnya tak melawan anak kecil!" balas Gessa geram. Ia memberi kode kedipan mata pada Hana agar segera pergi. Namun Hana menggeleng, ia tak ingin melarikan diri meninggalkan orang yang sudah menolongnya. Hana tahu betul sikap pamannya ketika marah.

"Memangnya kau punya berapa nyawa berani bicara seperti itu HAH?!!" Hiroshi mendekat siap-siap menerjang Gessa di depannya. Hana berteriak sambil menutup matanya.

"Hentikan paman!! Toloooong!!" tangisnya sambil memejamkan mata.

Bug!!

Seseorang terjerembab ke jalan dengan suara keras. Hana berfikir pasti kakak yang menolongnya tadi yang jatuh. Dia tak berani membuka mata membayangkan separah apa lukanya. Hana menggigil, menangis memegangi lututnya.

"Ayo bangun! Cepat pergi dari sini sebelum dia bangun lagi." suara lembut itu membuat tangisan Hana terhenti seketika. Ia mendongak.

Gessa berdiri tepat di depannya sambil tersenyum. Hana masih tak percaya, ia lalu melongok ke tubuh yang tergeletak di jalan. Hiroshi diam tak bergerak dengan darah di ujung mulutnya.

"Bag-bagaimana bisa kak-kak melakukannya??" tanya Hana tak percaya.

Gessa tersenyum sambil membantu Hana berdiri.

"Kau jangan melihat seseorang dari fisiknya. Kalau kau rajin berlatih, kau bisa melawan orang jahat seperti dia!!" jawab Gessa seraya menepuk bahu Hana.

Hana masih tak bergeming. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Ini.. Buat aku satu ya" Gessa mengambil satu dorayaki sambil berkedip dan menyerahkan keranjang kue pada Hana.

"Terimakasih kak, namaku Hana..Ahh!" Hana menundukkan badan memberi hormat pada Gessa namun ia merasakan nyeri pada lututnya. Gessa mendekat dan membuka bagian bawah celana Hana. Terdapat luka memar cukup dalam di kaki bocah itu.

"Hmmm... Biar aku bantu supaya besok kamu bisa berjalan tanpa rasa sakit". Gessa menempelkan telapak tangan kanannya pada lutut Hana yang terluka.

Ketika Gessa menyentuh lukanya, Hana merasakan dingin di lutut. Dan sakitnya tidak terasa seperti sebelumnya. Hal ini membuat Hana semakin penasaran.

"Apa kakak malaikat? bagaimana kakak bisa melakukan ini semua?" kini Hana tampak kagum.

Gessa tersenyum lalu menunduk mengambil uang yang ada di genggaman Hiroshi.

"Mungkin aku malaikat saat ini, tapi ketika suatu saat kau melihatku di siang hari, aku hanya manusia biasa seperti kamu!" Gessa tersenyum lalu mencubit pipi Hana. "Ini, simpanlah baik-baik. Dimana rumahmu? Mau ku antar?" lanjut Gessa seraya mengembalikan uang pada Hana.

"Tidak perlu kak, rumahku dekat. Di belakang komplek ini. Terimakasih banyak." Hana kembali menundukkan badannya. Gessa menepuk bahu Hana lagi.

"Baiklah, lain kali jangan berjalan sendirian di tempat gelap seperti ini, aku pergi duluan ya..." Gessa melambaikan tangan dan memacu sepatu rodanya dengan cepat, ia tak ingin orangtuanya mengkhawatirkannya karena belum sampai rumah.

Hana masih kagum dengan Gessa, ia memandanginya hingga gadis itu tak terlihat lagi.

"Ya Tuhan.. Mengapa aku lupa tak menanyakan siapa nama kakak itu!" pekik Hana. Hana berharap suatu saat bisa berjumpa dengan gadis baik yang sudah menolongnya.

To be continue....

Gimana? Suka dengan novel saya ini??

Vote...Vote... Vote...

Nisshoku  GesshokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang