3. Ritual Tahunan

38 15 1
                                    

Gessa dan Noku berjalan menuju salah satu bilik di pondok milik si cenayang Yoshu. Noku dan Gessa memasuki dua bilik berbeda untuk berganti pakaian.

Gessa mendengus kesal. Ritual tahunan yang selama tujuh belas tahun ini harus selalu mereka lakukan adalah berendam berdua dalam bak yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi dan menyatukan kedua energi yang mereka miliki.

Mereka harus berendam hingga air yang jernih di dalam bak berubah menjadi biru terang. Mereka perlu berendam setidaknya selama tiga puluh menit untuk membuat air berubah warna.

Lalu apa yang terjadi jika mereka tidak melakukannya? Seperti tiga tahun yang lalu ketika usia mereka menginjak 14 tahun, keduanya enggan melakukan ritual tersebut. Dan akibatnya keduanya kehilangan kendali. Noku yang lebih parah, dia seakan berubah menjadi orang lain.

Sejak kejadian itu, keduanya kembali melakukan ritual tahunan seperti biasa. Selain merasa canggung, berendam berdua dengan pria yang sangat ia benci tentu membuat Gessa kesal. Noku pun berpikiran sama. Berulang kali ia mengutuk dirinya sendiri akan nasib sial yang harus dia hadapi.

Namun kali ini Gessa bersyukur tak perlu melepas seragamnya, biasanya ia harus berganti pakaian dan hanya melilitkan handuk pada tubuhnya.

Syukurlah... Aku sedang datang bulan dan tak perlu berendam dengan pria sialan itu. Meskipun prosesnya lebih lama, paling tidak aku bisa menghindari berendam dengannya.

Gessa bergumam dalam hati.

Ia keluar dari ruang ganti menuju ke pemandian. Disana Noku terlihat sudah mulai berendam. Kedua tangannya telentang pada tepian bak, sementara kedua matanya terpejam. Wajahnya terlihat sangat tampan dan bersinar di bawah cahaya bulan.

Namun, hal itu sama sekali tak membuat Gessa terpesona. Gessa tidak menyukai kepribadian Noku. Sampai detik ini pun kebersamaan mereka hanya sebatas hubungan keterpaksaan karena saling membutuhkan.

Gessa berjongkok di samping bak pemandian, ia menyandarkan punggungya di luar bak. Sehingga keduanya saling memunggungi.

"Sini, tanganmu... lebih cepat lebih baik, kita bisa segera pulang!" tegas Gessa sambil membuka telapak tangan dan mengulurkannya pada Noku.

Noku membuka matanya.

"Kau tidak masuk?" tanya Noku, menoleh dan memandang Gessa yang berada di luar bak.

"Aku menstruasi, kita lakukan seperti tahun lalu!" jawab Gessa datar.

Noku menarik dan menggenggam telapak tangan Gessa, memasukkan tangan mereka ke dalam air yang hangat.

Ada desiran aneh di dada Gessa saat Noku menyentuhnya. Ia sudah sering menggenggam tangan itu. Tapi kali ini berbeda, apakah karena ini tahun terakhir mereka melakukan ritual ini?

"Noku... Setelah ini kita tidak akan melakukan ritual lagi. Jika nantinya aku tak menemui seseorang yang mampu membantuku, kau tak perlu merasa terbebani akan diriku." kata Gessa memecah keheningan.

"Aku hanya perlu mengatur energiku sendiri, jika pun harus merepotkan mu, mungkin hanya sekedar bertukar jimat" ungkapnya lagi.

"Berisik!!" desis Noku.

"Fokus dan selesaikan ini, lalu pulang. Aku tak mau berlama-lama denganmu!" tegas Noku, dia kembali memejamkan mata sedangkan tangannya masih menggenggam tangan Gessa. Gessa mendengus kesal.

"Kasar sekali!! Kau kira aku mau berlama-lama disini denganmu!!" balas Gessa sambil menunduk menempelkan dagunya pada tepian bak. Tangannya masih digenggam Noku. Menunggu air berubah warna. Hal ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan ketika ia masuk ke dalam bak bersama Noku.

Tak bisa dipungkiri, berendam bersama Noku selalu menenangkan. Gessa yakin Noku juga merasakan hal yang sama. Dia memang ketus dan tanpa ekspresi, tapi ketika melakukan ritual ini keduanya lebih banyak tenang, menikmati bercampurnya dua energi yang saling melengkapi.

Mata Gessa semakin berat, rasa kantuk menghinggapinya. Semakin berat, nyaman dan ia tak ingat apa-apa lagi.

______________________________________

Air sudah berubah warna menjadi biru terang. Noku melepaskan tangan Gessa yang menggenggamnya lemah. Ia menoleh ke arah gadis itu.

"Dasar tukang tidur!!" gerutunya.

Noku meraih handuk kering yang sebelumnya ia letakkan di luar bak. Ia mencoba menariknya tapi tak bisa.

Noku menoleh dan menyadari handuk keringnya telah diduduki Gessa yang tertidur.

"Siaaal!!" umpatnya dalam hati.

Noku mencoba menarik perlahan agar tidak membangunkan Gessa.

Noku mencoba menggeser paha Gessa di atas handuknya. Ketika tangan Noku menyentuh paha Gessa, seketika mata Gessa terbuka. Ia mendongak dan kaget menyadari wajah Noku tepat di sampingnya, sementara tangan pria itu menyentuh pahanya.

"Apa yang dilakukan pria gila ini??" batin Gessa kaget.

Keduanya saling menatap dan tampak kikuk dengan suasana canggung tersebut.
Gessa mengerjap, lebih dahulu tersadar akan kondisi mereka.

"Dasar mesum!!" teriaknya seraya mendaratkan tamparan ke wajah Noku.

Plak!!

Noku yang tidak siap langsung terhuyung jatuh ke dalam bak.

Byurrr!!! Air dalam bak terciprat keluar.

Noku merasakan panas yang luar biasa di pipi kirinya. Ia meringis mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Ahh.. Panas sekali!" rintih Noku sambil memegang pipi kirinya.

Gessa berdiri. Melihat tamparan kecilnya meninggalkan bekas tanda jari di pipi Noku membuat Gessa tertawa.

"Apa yang membuatmu tertawa gadis bodoh!! Ini sakit sekali!" bentak Noku melihat tingkah Gessa.

"Rupanya kau lupa bahwa malam adalah milikku, tak heran tamparan kecil saja sudah membuatmu roboh, dasar pria mesum!" Gessa kembali terbahak.

"Mesum?? Aku hanya ingin mengambil handuk itu, kau kira aku sengaja menyentuhmu! Jangan harap! Bahkan melihatmu telanjang tidak membuatku bernafsu!!" teriak Noku.

Gessa tak peduli, Ia malah mengambil handuk kering Noku, membawanya menjauh dan memegang dengan ujung jarinya.

"Ambil kesini kalau kau berani!" tantang Gessa merasa kesal dengan kata-kata Noku barusan.

Noku menggertakkan gerahamnya. Ia ragu untuk keluar. Kali ini ia hanya memakai handuk basah yang melilitnya di dalam bak.

"Hahaha... keluar Noku!! bahkan melihatmu telanjang pun aku tak akan bernafsu!!!" ejek Gessa menirukan kata-kata Noku sebelumnya.

Noku kesal mendengar Gessa memprovokasinya. Tanpa pikir panjang ia berdiri membenarkan handuk basah yang melilitnya dan berjalan ke arah Gessa.

Gessa terkejut melihat Noku dan spontan berbalik seraya memejamkan matanya, tak ingin melihat dada bidang dan sesuatu yang tak seharusnya dia lihat.

Noku mendorong tubuh Gessa ke tembok.

"Mengapa kamu berpaling Hah?! Bukankah kau bilang tak bernafsu melihatku?!" kata Noku penuh intimidasi di telinga Gessa.

Gessa tercengang, tak menyangka Noku nekat keluar dari bak, jantungnya tak karuan. Belum lagi tenang, Noku menarik paksa handuk kering yang Gessa bawa lalu keluar bilik sambil membanting pintu.

Gessa kaget dan terduduk lemas di lantai.

Brengsek, apa yang barusan kau lakukan Gessa?!.. Jangan pernah memprovokasi pria gila itu lagi !!
Batinnya.

***

Nisshoku  GesshokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang