"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan.
"Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..."
"M...
Angin berhembus disertai dengan suara burung hantu yang menambah suasana horor dimalam yang gelap ini.
"Tuh kan gue bilang juga apa Lo sih gak mau denger serem tau Fre," keluh seorang remaja berambut panjang bernama Friska Garcia.
"Kok Lo jadi nyalahin gue sih? Kan Lo yang ngajak ke perpustakaan," balas lawan bicaranya. Freya Garcia.
"Gue ngajak nya tadi siang ya, Lo nya aja yang telat setujunya." Sangkal Friska.
"Emang sih, tapi Lo inget kita berangkat jam empat sore, Lo nya aja yang kelamaan, semua buku Lo baca, alhasil diusir sama penjaga perpus karena udah mau tutup." Ucap Freya membuat Friska nyengir saja.
"Ya Tuhan! Gue lupa, pulpen gue ilang, Fre kita ke indoapril dulu ya," ucap Friska.
"Nyusahin bet jadi orang." Keluh Freya.
"Ya iyalah gue orang, Lo pikir bidadari." Balas Friska.
"Kok gue enek ya?"
"Jahat Lo Fre," Friska memukul lengan Freya kesal. "Gue masuk dulu, Lo tunggu disini aja," ucap Friska saat mereka sampai di indoapril.
Freya hanya mengangguk singkat, dan mulai menelusuri setiap inci sudut-sudut antara rumah dan indoapril dihadapannya.
Jelas bukan karena dia tidak ada kerjaan tetapi dia melihat beberapa orang yang berada disela-sela antara dinding indoapril dan rumah yang begitu gelap disana.
"Ngapain tuh orang? Gak lagi melakukan hal yang aneh kan?" Gumamnya masih memperhatikan orang-orang tersebut.
Awalnya dia memilih untuk tak acuh tapi, matanya membola kala melihat beberapa orang disana meninggalkan seorang pemuda yang langsung tergeletak begitu saja.
Kakinya melangkah cepat menghampiri orang tersebut. "Hei, Lo kenapa? Kalo masih hidup tolong bangun," ucapnya menepuk-nepuk pipi pemuda tersebut.
"Lo tuh niat nolong apa nggak sih? Awas dia saudara gue." Ucap seorang remaja laki-laki berambut hitam yang tiba-tiba muncul bersama salah satu kawannya.
"Kenapa lagi ni anak? Jangan-jangan ulah mereka lagi." Ucap kawannya yang memiliki rambut hitam bagian atas dan pirang di bagian bawahnya.
"Udah, Lo bawa dia pulang gih gue masih ada urusan sebentar," titah pemuda berambut hitam menatap lurus ke arah Freya.
"Ya udah, gue pergi jangan telat nanti Lo dihukum." Ucap si pemuda berambut hitam dan pirang itu.
Kini tersisa Freya dan pemuda berambut hitam digang sempit itu. Mata mereka yang sama-sama menatap satu sama lain dengan tajam membuat suasana menjadi tegang.
"Untuk apa yang Lo saksikan sebelum gue dateng, tolong pastikan Lo lupakan kejadian itu." Ucapnya sebelum berlalu pergi meninggalkan Freya yang masih mematung ditempat.
"Heh! Lo harusnya berterima kasih gue sempet tolongin saudara Lo! Gak tau diri banget sih Lo!" Teriak Freya ditempat yang sempit itu membuat suaranya bergema dan mengambil perhatian orang-orang.
Langkah besar dia ambil untuk keluar dari gang kecil itu. Sungguh dia sangat kesal dengan pemuda tadi.
Mana dia tidak melihat wajah orang tadi, jadi tidak bisa balas dendam. Sungguh malam yang sangat menyebalkan.
"Kemana aja lo? Gue nyariin dari tadi tau." Keluh Friska.
"Bukan urusan Lo." Ketus Freya. Gara-gara tadi mood nya jadi hancur.
"Dih gak jelas banget Lo! Perasaan yang lagi dateng bulan gue deh, kenapa jadi Lo yang emosian?" Ucap Friska heran.
Freya berjalan mendahului Friska. "Fre, tungguin. Oh iya, tadi gue beliin yogurt, ni rasa strawberry kesukaan Lo." Ucapnya menyerahkan botol berisi yogurt pada Freya.
"Makasih." Ucap Freya meneguk yogurt nya hingga sisa setengah.
"Fre, asma gue kambuh…" ucap Friska tiba-tiba dengan nafas yang tersengal-sengal.
Freya berbalik dan mulai merangkul sang kakak kembar. "Lo sih, gue bilang juga bawa obat gak nurut ya."
Friska tersenyum simpul, "maaf ya, padahal harusnya gue yang jagain Lo, bukan Lo yang jagain gue. Apalagi penyakit Lo lebih parah dari gue…" ujar Friska merasa menyesal.
Freya menunduk menatap jalanan, "jangan pernah bilang itu lagi. Gue gak suka." Ucapnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pria berambut merah keluar dari gerbang berwarna putih itu. Dengan raut wajah khawatir dia berjalan menghampiri Freya dan Friska.
"Dari mana aja sih Lo berdua? Kak Steve khawatir tau gak, ini Friska kenapa? Kambuh? Ayo masuk lain kali kalo mau pergi ajak gue kalo gak, ajak Kai." Ucapnya menelisik setiap inci tubuh kedua adik kembarnya. Galvin Garcia (Beomgyu)—kakak ketiga— Freya dan Friska.
Freya dan Friska hanya mendengarkan dengan seksama percuma menjawab jika sang kakak yang sejak tadi tidak berhenti bicara.
"Gal, udah dong, marah-marah mulu Lo, kalian berdua sini duduk." Ucap Steven Gracia (Soobin)—kakak kedua— Freya dan Friska mempersilahkan mereka duduk "Kenapa pergi gak ngasih tau kakak?" Tanya Steven.
Friska menggunakan obatnya sebelum bicara, "maaf kak, sebenernya kita keluar dari tadi sore, tapi karena Fris keseruan baca bukunya, jadi lupa waktu." Ucap Friska memilih jujur.
Helaan nafas terdengar dari salah satu kakak mereka, "lain kali kalo mau pergi pamit yang bener, ini chat gak ada, pamit langsung juga gak ada." Ucap kakak tertua mereka menasehati Jevan Garcia (Yeonjun).
"Maaf kak…" cicit si kembar.
"Akhirnya ketemu" gumam seseorang yang mengikuti Friska dan Freya sejak tadi.