29| Epilog:: Everlasting Mine

1K 152 24
                                    

Hai, lama banget ya nunggunya?
Ini ending, ya.
Selamat membaca...

___________________

Daun pepohonan berguguran, melayang beberapa waktu di udara, kemudian berhenti di tanah yang sedikit lembab. Air sungai yang memantulkan cahaya mentari sore di depan sana juga terlihat hangat, mengundang orang-orang untuk menggelar tikar di sisi danau dan memandangi danau yang tenang itu.

Ada beberapa angsa yang sedang berenang di tengah danau. Ada dua angsa dewasa dan tiga angsa kecil. Angsa-angsa itu menepi ketika seorang peri kecil tampan membawa remahan roti mendekat ke danau. Seakan tak tahu takut, peri kecil itu melempar remahan roti beberapa kali ke arah para angsa dengan semangat, tawanya muncul berkali-kali, itu membuat giginya yang belum genap tumbuh terlihat.

"Papa gendong biar lebih mudah kasi angsanya makan." Han Seokjin mengangkat putra kecilnya ke gendongan. Peri kecil itu memang sedikit kesulitan melempar remahan roti untuk para angsa dikarenakan pagar pembatas yang dipasang di sisi danau.

Tawa peri kecil dalam gendongan Seokjin terdengar ketika para angsa berebut remahan roti yang dijatuhkan ke danau. Itu membuat Han Seokjin juga otomatis tersenyum. Senyumnya banyak muncul karena alasan sederhana dan Han Seokjin bersyukur karena itu. Musim gugur tahun ini begitu menyentuh hati.

"Siapa namanya?" Seorang pengunjung danau bertanya ramah dengan bahasa Prancis nama peri kecil di gendongan Seokjin sambil menyentuh lengan peri kecil itu.

Keceriaan peri kecil itu mengundang perhatian para pengunjung danau lainnya. Beberapa orang akan memberi pujian dengan mengatakan putra kecil Seokjin itu sangat tampan.

"Han Min Ho, namanya Han Min Ho," jawab Seokjin dengan bangga.

"Beau petit garçon," balas pengunjung danau itu dengan senyuman, kemudian berlalu. [Anak kecil yang tampan]

Tentu saja ada kebanggaan tersendiri ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa putranya tampan.

"Sudah, ya? Rotinya habis, besok kita kembali lagi ke sini untuk kasi makan angsa," ucap Han Seokjin ketika Min Ho meminta remahan roti lagi.

Rasanya baru saja Seokjin melihat Han Min Ho tidur di ranjang bayi ruang persalinan, dan sekarang putra sudah berusia 1,5 tahun. Waktu begitu cepat berlalu, tak sehari pun Seokjin lewati tanpa mengurus putranya. Seokjin bahkan ingat kata pertama yang Min Ho ucapkan saat itu, 'Papa' adalah kata pertama yang Min Ho ucapkan, itu membuat Seokjin begitu tersentuh.

"Mama!" Han Min Ho berseru, membuat Han Seokjin menoleh ke arah wanita cantik dalam balutan gaun sederhana berwarna putih yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Han Min Ho digendongan Seokjin minta diturunkan dan Seokjin menurut. Dengan langkahnya yang masih janggal, peri kecil itu melangkah sedikit berlari ke arah sang ibu sambil tertawa kecil.

Youra tak bisa lagi menahan senyumnya. Senyumnya merekah. Han Min Ho berliannya. Youra menangkap Min Ho kecil, tubuh kecil putranya didekap erat dan itu terasa hangat.

"Min Ho jauh sekali, ya, mainnya sama Papa?" Youra berucap ramah pada putranya.

Min Ho menggenggam jari telunjuk Mamanya dan menariknya untuk ikut melangkah sambil berucap, "Angsa, angsa, angsa."

Han Seokjin yang melihat itu merasa hatinya hangat. Senyumnya belum terlihat pudar.

"Kita habis kasi makan angsa, Sayang," ucap Seokjin pada Youra ketika mata mereka bertemu.

Youra melihat ada beberapa angsa yang berenang mendekati mereka, kemudian naik ke daratan. Min Ho tertawa gembira ketika angsa-angsa itu lewat di dekatnya.

One Spoon Of Paris [Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang