Rutinitas Aya saat sudah sampai di rumah. Belajar, main hp, mengusili adiknya dan berkumpul bersama dua kakaknya di kamar.
Tapi malam ini, Aya melakukan hal di luar kebisaannya. Ia tidak belajar, tidak mengusili adiknya yang ada di luar kamar, tidak juga mendengarkan cerita Kakak nomer duanya tentang kerjaan kantor.
Gadis itu sekarang malah asyik berbalas chat dengan lelaki di aplikasi.
Di atas tempat tidur, Aya tersenyum sendiri sambil melihat layar ponselnya. Sang Kakak pertama yang tadinya ingin menyuruh Aya makan, hanya berdiri di depan pintu, menatapnya penuh curiga.
"Kak Mo, ngapain?" Aya tampak salah tingkah begitu matanya menangkap sosok Mozza.
"Makan."
"Entar, nanggung nih."
"Lagi apa sih? Daritadi aku liat kamu senyum-senyum sendiri."
Aya langsung bangkit, menghampiri Kakaknya yang masih setia berdiri. Demi siapa pun, Aya tidak mau Kakaknya sampai curiga lalu melaporkan pada Ifeh, lalu Ifeh akan memberitahu Ayahnya. Bisa tamat riwayatnya jika uang jajan kena potong.
"Oh itu... Aya ketawa aja liat video lucu di ig. Eh-eh, Kak Mo udah makan belum?"
"Udah. Gih kamu makan."
Saat Aya keluar, dia melihat sosok lelaki yang baru saja masuk ke rumahnya dengan tangan kanan memegangi plastik hitam.
"Abang gue mana, Ya?"
"Aya nggak tahu Om, coba tanya Kak Mo." Aya hendak berbelok ke kiri menuju dapur tapi langkahnya langsung dicegat Omnya.
"Nih kasih ke Abah. Totalnya seratus lima puluh. Gue mau buang sampah."
Aya mengangguk, lalu mengangkat plastik hitam itu yang mengeluarkan bau tak sedap menurutnya. Dia ingin bertanya, tapi Omnya sudah pergi.
Begitu Aya di dapur, dia melihat keberadaan Abahya sedang menonton tv. "Bah, tadi Om Acin nitip ke Aya. Totalnya seratus lima puluh."
"Taruh sana." Tunjuk Abahnya pada meja belajar milik adik Aya.
Selama Aya makan sampai selesai mencuci piring, tidak terjadi apa-apa. Akan tetapi setelah Aya hendak masuk ke kamar, suara Abahnya mengucap istigfar beberapa kali terdengar dari arah dapur.
Aya tidak tahu apa yang terjadi, tapi nampaknya ada sesuatu yang salah terjadi. Dia putuskan kembali ke dapur untuk mengecek.
"Ya, apa maksudnya?" Abahnya menanyai sambil memperlihatkan isi dari dalam plastik hitam itu. "Duitnya mana?"
"Aya nggak tahu, Bah, tadi Om Acin kasih plastik itu, katanya, isinya duit Abah."
"Ya Tuhanku, ini sampah Aya!"
"Hah, masa? Oh iya, mungkin ketuker. Tadi Om Acin mau buang sampah sekalian."
Teriakan Abahnya memanggil nama Acin terdengar marah, membuat Mozza dan Ifeh ikut mengecek.
"Lo bertiga, susulin Ahsin, kalau dia udah buang sampahnya, cariin! Jangan pulang sampai tuh duit balik!!"
"Tapi Bah, sampah 'kan bau," protes Ifeh yang enggan mencari.
Mata Abahnya melirik Ifeh tajam.
"Cari atau gue pake duit lo nyetor ke bank besok!"Ancaman Abahnya sangat jitu, buktinya Ifeh langsung berlari menuju pintu utama, disusul Aya yang merasa bersalah karena tidak mengecek dulu sebelum menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
The game
Teen FictionGara-gara permainan Jihan saat jamkos di sekolah, membuat Aya harus menjerat hati seorang lelaki di bawah Omnya satu tahun