7

180 26 107
                                    

Untuk beberapa saat, Aya lupa cara bernapas ketika Ifeh menanyainya.

Aya ingin pura-pura bodoh. Akan tetapi pasti Kakaknya akan semakin curiga, mana sekarang Ibunya juga ikut melihat ke arahnya.

"Ompong maksudnya, tadi aku mau pecel terus inget ompong suka."

"Ompong nggak suka pecel, Abah yang suka. Kamu bohong ya?" Tatapan Ifeh semakin dalam, membuat Aya gelagapan mencari alasan.

"Aaa—"

"Feh, udah ah, adek kamu nggak bakal macem-macem." Kata Ersya yang sore ini menyelamatkan Aya dari kekepoan Ifeh tingkat dewa.

🌷

Karena Aya takut Ifeh akan kembali datang mengintrogasinya, jadi ia putuskan makan di dapur sambil melihat Ibunya mengolah sup kambing sebagai menu makan malam hari ini.

Ponselnya sedari tadi bergetar, menandakan ada yang mengiriminya chat.

Demi apa pun, ia ingin mengecek, tapi takut seandainya Ifeh kembali datang ke dapur tanpa ia sadari, lalu men-zoom isi chatnya dan Pasha yang sangat sampah sekali dari ponsel buatan Korea itu.

"Ayana.."

"Hah?" Aya yang awalnya sibuk dengan pikirannya sambil memainkan sendok, lalu mendongak, menatap Ibunya yang ada di depannya.

"Kamu niat makan apa nggak? Kalo nggak niat, kasih ke Abah aja," Wajah ibunya tampak merah menegur.

Oh pantas saja Ibunya marah, Aya yang salah! Sedari tadi Aya hanya memutar-mutar sendok sampai bumbu pecel beserta timunnya jatuh ke meja.

Aya hanya memberikan cengiran, lalu melahap makanan pemberian Pasha itu. Saat suapan kelima, tangannya disentuh seseorang dari belakang, membuat Aya menoleh guna melihat siapa pelakunya.

"Minta!"

"Punya Aya mau abis. Ambil yang itu tuh."

"Siapa juga mau punya kamu, maksudku yang baruuuuu." Ifeh menggeser kursi samping Aya untuk ia duduki menikmati pecel. "Berarti ini punya Abah?" Tunjuknya pada pecel yang dibungkus daun pisang.

"Ka Ifeh mau lagi?"

"Kalo kamu iyain, aku bersedia ngabisin. Enak pecelnya nih," pujinya, membuka bungkusan krupuk sebagai pelengkap pecel, lalu ia celupkan ke bumbu pecel.

"Boleh nggak nih?" Tanya Ifeh lagi karena Aya hanya diam.

"Kita abisin berdua. Abah nggak usah dikasih." bisik Aya sambil menyeringai.

"Sori ya, aku nggak mau ngabisin sisa hidupku berdua sama kamu."

Aya langsung menghadiahi Ifeh tepukan di punggung lelaki itu yang tidak menggunakan baju. Jika Ayahnya melihat kelakuan Ifeh, pasti akan mengomel-ngomel dan meminta Ifeh menggunakan baju.

"Sori juga ya Feh Jaelani yang sok cool banget depan kamera, sok hensem sangat padahal nggak ada hensem sama—"

"Besok nggak usah berangkat bareng," putus.
Ifeh, membuat Aya panik..

🌷

Aya menyembunyikan mobil-mobilan kesayangan adik bungsunya di saku celana.

Adiknya yang sedang bermain tentu saja langsung berteriak meminta dikembalikan.

"Ih apaan, nggak ada apa-apa ya."

Adiknya yang dipanggil Ompong itu lalu mengecek telapak tangan Aya yang tertutup, ia pikir mobilnya disembunyikan Aya disana.

"Mana Aya?"

The game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang