20

103 17 52
                                    

Aya mengelilingi toko aksesories dengan Pasha berada di belakang, membawa keranjang belanjaannya.

Aya mengambil salah satu bando berwarna biru. Badannya sedikit berbalik ke belakang, menaruh bando itu ke keranjang.

Bibir Aya melengkung, melihat tas mungil dengan warna sesuai kesukaan Jihan, ia mencoba meraih tas dari gantungan. Akan tetapi badannya tidak cukup sampai.

Aya berpaling, melihat tangan siapa yang terjulur, mengambilkan tas yang ia inginkan. Bibirnya kembali melengkung, saat orang itu memberikan tas itu padanya.

"Makasih."

"Sama-sama Yaya, sendirian aja?"

Aya awalnya hendak menjawab iya. Akan tetapi matanya langsung menangkap lelaki berbadan tinggi itu berdiri di belakang Faiz. Menatapnya datar.

"Enggak, sama seseorang."

"Siapa?" Faiz mencari keberadaan orang yang dimaksud.

"Di be—"

"Eh Aya, di sini juga? Mau beli kado buat Jihan, ya?"

Aya senang kehadiran Michelle tidak membuatnya harus menjawab pertanyaan Faiz, tapi ia juga kesal melihat Michelle langsung menarik Faiz, lalu merangkul lengan ketua osis itu.

"Heeh," jawab Aya seadanya.

"Jangan cemburu gitu dong, kan Faiz milihnya gue, lagian lo juga udah ada sugar daddy, jangan rakus mau keduanya, sisain buat temen," bisik Michelle tepat di telinga Aya. "Iz, aku udah nih, yuk pergi."

Tangan kanan Aya terkepal kuat, melihat Michelle bisa sedekat itu dengan Faiz. Ia tahu Michelle dan Faiz tak ada hubungan serius, tapi kenapa ia merasa sedih seperti orang patah hati setelah cintanya ditolak.

Aya tersadar setelah tangan besar dan lembut milik Pasha membuka kepalan tangannya. "Nggak baik jadi orang pendendam."

Sejenak Aya memerhatikan Pasha, lalu mengambil keranjang dari tangan Pasha untuk ia bawa ke kasir

🌷

Pasha memerhatikan Aya yang tampak sekali masih menyimpan amarah.

Pasha menghela napas karena Aya tak kunjung memakai sabuk pengaman, ia
lalu berucap maaf, sebelum akhirnya mendekat ke Aya. Aya yang sadar langsung menampar pipi Pasha dan mendorong kuat dada Pasha menjauh darinya.

"Om, jangan kurang ajar ya!"

"Hah?" Kata Pasha tak faham sambil memegangi bekas tamparan Aya.

"Ngapain deketin Aya? Jangan karena Aya lagi bengong, Om bisa seenaknya mau cium. Galau seseorang nggak bakal hilang cuma dikasih pelukan atau dicium, yang paling ampuh dikasih parfum."

"Ya, aku mau pakein sabuk pengaman doang. Aku nggak bakal macam-macam, aku tahu batasan."

Aya meringis, mendengar penjelasan Pasha. Ia sudah salah faham, menampar pipi Pasha sampai merah. "Sakit nggak?"

"Sakit lah. Pake itu tolong," kata Pasha, menunjuk sabuk pengaman dengan dagu.

Dalam perjalan mengantar Aya, Pasha lebih banyak diam, jika ditanya, lelaki itu hanya menjawab dengan 'hmm' atau mengangguk, membuat Aya merasa sangat bersalah.

"Om marah ke Aya?" Tanya Aya begitu mobil yang dikemudikan Pasha berhenti di tempat biasa ia menunggu dan menjemput Aya.

"Enggak."

The game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang