21

102 15 59
                                    

Batas hari yang diberi Ibunya sudah habis, tapi Pasha meminta penambahan hari lagi untuk berpikir. Pagi tadi saat Pasha menelepon, Ibunya sempat berdecak sebelum mengiyakan permintaannya.

Karena desakan Ibunya ini, sampai membuat Pasha jatuh sakit. Sebenarnya ia ingin sekali melamar Aya, tapi ia takut Aya menolak.

Pada Aya, Pasha memberitahu jika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja, jadi mereka tidak dapat bertemu.

Aya memaklumi, dan gadis itu tidak lagi mengiriminya chat seperti biasa.

Pasha tengah bersandar di sofa. Sepasang matanya sibuk ke depan dengan remot tv ada di tangan kirinya.

Seandainya ada orang lain selain Pasha, mungkin orang itu akan berpikir Pasha sedang serius menonton tv, padahal lelaki itu sedang melamun.

Ketukan pintu secara frontal menghentikan lamunan Pasha. Ia berdecak sebelum membuka pintu.

"Di, kamu baik-baik aja ternyata?" Tanya orang yang baru saja Pasha bukakan pintu.

Pasha tidak menjawab, ia memilih kembali berjalan ke arah sofa.

"Kamu beneran sakit? Sakit apa sih, perasaan sehat-sehat aja," tanya orang itu sambil berjalan di belakang Pasha.

"Demam."

Tangan orang itu terangkat, menyentuh kening Pasha untuk memastikan. Mulutnya ternganga lebar karena terkejut sebelum menanyai sudahkah Pasha minum obat.

"Udah, pake baby fever."

Gelak tawa orang itu pun terdengar sampai kontrokkan sebelah. Ia tidak tahu apakah Pasha sedang bercanda atau serius. Yang jelas, tertawa dulu sampai puas baru bertanya.

"Mikir apa sih, Di? Kebiasaan banget kalau ada pikiran demam."

Pasha menghela napas sampai bahunya merosot ke bawah. Lalu menceritakan secara garis besar masalah yang ia hadapi sekarang.

"Waduh, padahal yang download aplikasi di hpmu itu aku. Andai aja hari itu aku nggak minta kamu ketemu sama dia, mungkin dia jadi cewekku. Di, kalo kalian bubar, kontek aku ya, siapa tahu kami jodoh beneran."

Pasha melempar bantal sofa mengenai wajah lawan bicaranya itu. "Asem kamu Son," ia hening sejenak sebelum mengucap terimakasih pada temannya.

"Atas?"

"Mungkin kalo hari itu kamu nggak download aplikasi itu di hpku, pasang fotoku, mintol ketemu sama Aya, mungkin kami nggak saling kenal."

"Di, hari ini pake makasih aja nggak bisa, beliin properti di Jakarta dong, biar cuan tambah banyak."

Pasha tidak menjawab. Ia bangkit dari duduknya hendak membuatkan teh untuk teman SMA sekaligus Bos di pekerjaannya sebagai kurir.

"Eh, nggak usah. Aku nggak aus kok, kebetulan udah makan."

Pasha berhenti melangkah, lalu berbalik melihat temannya. "Winson, sebentar lagi jam istirahat selesai, nggak balik?"

"Nggak pa-pa telat dikit, saya kan bosnya. Nih ya, daripada mikir nggak jelas, mending kamu ajak ketemu perempuan itu dan tanyain perasaannya ke kamu."

The game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang