Tidak ada hujan apalagi pelangi. Faiz datang mencari Aya di kelas.
Aya sempat tersanjung ketika sang pujaan hati mencari. Ia pikir Faiz akan memintanya pura-pura menjadi pacar setelah berita menggemparkan yang dibuat Nasya, tapi ternyata lelaki itu malah menagih iuran kebersihan. Jelas-jelas, itu bukan tugas seorang ketua osis.
Faiz luar biasa menyebalkan! Pemuda itu menghempaskan harapan Aya dan menyombongkan diri ke orang lain.
"Pasti bahagia banget tadi." Michelle menggoda Aya yang tengah meminum air esnya, bahkan gadis bersurai panjang itu mencolek dagu Aya.
Aya menyingkirkan tangan Michelle dari dagunya. "Biasa aja."
"Emang dia tadi ngapain. Lucky banget tahu, dicariin Faiz. Ih jadi mau juga." Celoteh Michelle yang diam-diam mendapat lirikan dari Jihan.
"Kasih tahu nggak yah!" Ucap Aya, memasang wajah super menyebalkan.
Sebenarnya Aya juga tidak berniat memberitahu perihal kenapa Faiz mencarinya. Ketiga sahabatnya pasti akan menertawakannya.
"Kasih lah. Nggak ada secret-secret di antara kita harusnya. Ya nggak ges?" Mata Sadawira menatap Jihan dan Michelle bergantian.
Kedua gadis itu pun langsung mengangguk, setuju kata Sadawira.
"Tapi Sada harus deketin gue sama Faiz dulu. Gimana?" Tantang Aya dengan satu alis terangkat, menatap Sadawira.
Telunjuk Sadawira menengger di kening Aya. "Bisa aja anak Haji Moez mintanya. Minta ke Michelle sana."
Michelle terbatuk setelah mendengar namanya disebut. Wajahnya tampak risi, buru-buru ia menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Nggak mau kasih?" Tebak Jihan yang lagi-lagi mendapat gelengan dari Michelle.
"Mic, lo udah punya no singa?" Tanya Aya penuh selidik.
Batagor yang baru dikunyah Michelle lalu ditelannya. "Bukan, bukan gitu, maksud gue.. maksudnya masih belum dapet. Lo tahu 'kan gimana susahnya Faiz. Gue paksa-paksa sampai gue jujur ke dia, dia nggak mau kasih. Susah banget." Adunya.
"Michelle nggak punya koneksi sekuat lo, Sad."
"Sama aja, biarpun koneksi kuat, tapi gue nggak ada apa-apa, lo lupa ya chat di grub?"
Sejenak Aya berpikir, guna mengingat percakapan yang dimaksud Sadawira, tapi sampai lima detik terlewat, Aya tak dapat mengingat. Yang ia ingat, hanya tentang Papanya.
"Lo sesuka itu ya sama Faiz?" Tanya Michelle sambil menopang dagunya.
"Banget."
"Apa yang bikin lo suka? Pasti ada dong alasannya. Jangan jawab karena dia ganteng atau baik. Karena yang gue tahu, Faiz itu mukanya nggak se-ganteng pemain F1, baik juga nggak juga tuh."
"Matanya, mobilnya juga keren." Jawab Aya.
"Mobil Papa lo kan juga sama kayak Faiz." Celoteh Jihan yang daritadi sebagai pendengar.
"Mobil Pasha kayak truk sampah. Berantakan banget, banyak kardus-kardus dalemnya. Baju, sepatu juga. Udah ah, ngapain lagi sih bahas orang nggak penting kayak dia. Mending bahas Faiz."
Jihan menghela napas, mungkin lelah mendengar nama Faiz disebut-sebut terus. Ia Lantas bangkit dari duduknya, pamit ke toilet. Sementara Sadawira, langsung pergi tanpa pamit dan meminta Aya dan Michelle menghabiskan makanan yang hanya sedikit disentuhnya.
🌷
Jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat. Hampir setengah jam sudah Aya berdiri samping bos satpam sambil menggulir ponselnya, mencari ojek online yang akan membawanya pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The game
Teen FictionGara-gara permainan Jihan saat jamkos di sekolah, membuat Aya harus menjerat hati seorang lelaki di bawah Omnya satu tahun