Changbin X Jeongin
"Siapa yang menari dalam mati?"
Sebuah sukacita menyambutnya, Sang Mati.
•••
Mendung diujung sore. Aroma tanah basah memeluk dia yang berduka. Walau bukan tugas hujan sembuhkan yang lebur, biarlah Ia berlagu membasuh pilu.
Ranjang itu rapuh bertahun mereguk perih. Puas dihirupnya sumpah dan serapah.
Dia disana, berbaring lagi berharap mati. Rintik berisik diluar, senada irama dalam kepala. Satu, dua, lalu tiga kali mencela siapapun manusia.
Pantaskah makhluk mengemis mati pada Dia Sang Hidup?
•••
Aku menatapmu berdiri disana. Bertaut dalam jemari seorang hawa. Aku lihat lebar senyummu, lalu aku tahu kamu bahagia.
Jiwaku meranggas mati.
Kemanakah matamu yang dulu? Lembut lugu nan polos kecintaanku, dimana kamu sembunyikan?
Kusentuh kisah lama kita. Aku ingat pernah amat cemerlang mimpi-mimpi itu. Ketika kamu bilang kita akan bersama sampai mati, sungguh sebenarnya aku tak yakin.
Sedari awal aku paham kita berjalan diatas tabu, hina-dina cinta kita. Lantas, pantaskah aku memohon restu pada Tuhan yang jelas sudah jenuh?
Kala dengan bodoh kubawa langkahku bersama undangan bahagiamu dalam genggaman yang semalaman aku tangisi sambil merapal mengutuk Tuhan, kemanakah rela yang aku siapkan?
Semoga aku mati.
•••
Aku menatap langit. Mendung persis kegemaranmu, kamu yang begitu dekat dengan hujan. Apakah kamu disini?
Kudengar suaramu dengan sedih memanggil namaku."Binar..."
Biarkan aku menangis. Berapa lama itu sejak kamu enggan sebut lagi namaku? Aku sudah lama lupa, bahwa Mama mendoakan aku selalu berbinar seperti pantulan cahaya bulan pada sungai saat purnama sedang cemerlang. Ya, itu namaku. Binar.
Aku penasaran apakah Mama kecewa ternyata aku tumbuh begitu redup.
"Binar, jangan tutup matamu. Lihat aku, aku disini."
Dimana? Aku hanya melihat gelap.
Kudengar sergapan suara bising, seberkas cahaya membias dalam bungkam. Dan aku merasa berat untuk menerka apa.
Sesuatu menyentuh bahuku, apapun itu yang dingin dan hampa.
"Binar, aku membawa doamu. Inginmu yang sarat dosa. Siapkah kamu?"
Tidak ada nada dalam kalimat itu, seperti hanya gema kosong.
"Inginku hanya mati, apa kamu membawa mati?" Rasanya aku tidak bicara sekeras itu hingga menggema.
"Ya. Akulah mati."
Aku bersorai. Bersuka cita dalam sunyi.
•••
The End.Changbin sebagai Binar
Jeongin sebagai Danadyaksa
Sekian dari greesa! terimakasih.