Hyunjin X Jeongin
[!!] Death Chara
Sambara Sadajiwa kepada
Janu Kalaya.•••
Assalamualaikum, Nu.
Ini aku, Sambara. Priamu yang payah.Nu, apa kabar? Semoga kamu selalu bahagia. Jangan tanya kabarku, aku masih sama. Masih dalam mencintaimu, masih setia mendamba kamu.
Disini semua berjalan baik, Nu. Mas Lino dan Farhan sekarang tinggal di Yogya. Hidup berdua di Seyegan. Mas Chandra sudah pergi menetap di Jakarta sana, bersama Felix dan Mahesa. Sedang Mas Vabin masih betah di sini, di Bandung. Aku juga masih di sini, aku enggan berpisah jauh dari kamu. Aku harap kamu mengerti sesekali aku harus pulang ke Yogya, menjenguk Umi. Umi juga baik kabarnya, Nu. Sehat dan masih suka menenun.
Aku yakin kamu juga tahu dunia tetap berjalan pada porosnya, sebab semesta hanya runtuh dalam jiwaku.
Janu, biar kamu tahu aku tidak pernah lagi tidur nyenyak atau makan dengan baik. Hidupku acak-acakan. Kiranya sejauh mana hidup dan matiku melekat padamu?
Nu, aku minta maaf atas apa yang terjadi padamu dan pada kita. Pada takdir kita yang hancur lebur, luluh lantah bersama letupan senapan malam itu. Aku memohon ampun pada jantungmu yang suci, sudah aku kutuk peluru yang menembus nyawamu.
Priamu ini payah dan lemah, Nu. Mereka hanya membual tentang tangguh ragaku. Nyatanya menggenggam satu sumpah saja aku tak mampu.
Aku terlalu sombong. Dengan bodoh begitu yakin kamu dan aku akan berpaut selamanya. Ku pikir aku sekuat yang orang bilang, menjadi yang terbaik ternyata mendidikku besar kepala.
Aku punya banyak halusinasi dengan seribu kalimat andai. Andai ini, andai itu. Aku tidak mau hidup begini, Nu. Aku lelah, mau tidur. Tapi aku hilang kuasa saat lelapku juga sudah kamu bawa pergi.
Kamu sudah jauh sekali, sukar aku gapai. Kamu harusnya juga minta maaf padaku, Nu. Kamu dan janjimu yang semu, bohong. Kamu bohong tentang 'kita' dan 'selamanya' dalam kalimatmu. Lihat ini, aku menderita setengah mati. Lihat aku, aku yang tak bisa sambuh.
Janu, kamu harusnya tidak pergi. Seharusnya kamu disini, kita disini. Bertaut sepanjang musim.
Bandung, 15 April 1949
Sambara Sadajiwa