038. Mengecewakan.
"Tetap sama gue, Ola.."
____
Di dalam cafe yang terletak di pinggir jalan, Giselle terduduk di salah meja, sembari dirinya menunggu pesanannya datang. Giselle sedang ada janji temu dengan seseorang di sana. Maka itu Giselle rela-rela datang ke sini, di malam hari.
Matanya berulang kali melirik jam tangan, orang yang dinantikannya sejak tadi belum juga datang, kalau dia terlambat sekitar lima menit sih tidak masalah, ini dia terlambat hampir sejam. Dan selama sejam itu Giselle harus membuang waktunya percuma untuk menunggu.
"Permisi Kak, pesanannya." ucap barista cafe tersebut, sembari meletakkan sepiring nasi goreng yang dipesan Giselle berikut minuman dinginnya juga.
Giselle diam tak berkutik atau megucapkan 'terima kasih', terus saja dirinya memandangi arah jendela luar cafe, yang ditunggunya tak kunjung datang jua.
Akhirnya, sepuluh menit kemudian, datangnya juga, orang yang berjanjian dengan Giselle. Dia adalah kakak dari Giola—Murat, cowok ini yang meminta Giselle repot-repot datang ke sini. Katanya Murat di chat tadi, ada suatu hal yang ingin dikatakannya, ada rahasia yang ingin dia beritahukan kepara Giselle, entah apa rahasia tersebut.
Murat tanpa dosa segera menggeser kursi di depannya Giselle, dan terduduk.
"Ngaret banget lo! Kalau tau kayak gini, mendingan gue datangnya nantian aja." cibir Giselle mengerutu sebal.
"Santai aja." tanggap Murat, ketus.
"Yaudah. Jadi apa yang lo mau omongin ke gue. Cepetan, gue nggak punya banyak waktu. Bussy." Giselle meminta langsung ke intinya saja.
"Sabar, gue mau makan dulu, laper." Murat sengaja memperlambat.
"Cepetan, atau gue tinggal!" dengus Giselle, semakin lama emosinya kian memuncak, tak ada lagi kata sabar.
"Ck. Iyya anjir, nih-nih gue kasih tau..." Murat menganggantungkan ucapannya.
Giselle siap mendengarkan secara seksama.
"Jadi, si Giola itu sebenernya bukan anak kandungnya Papah Adam. Diaa—"
___
Giselle terus memikirkan perkataannya Murat yang tadi. Kali ini informasi yang didapatkan Giselle adalah informasi emas, sama sekali tak terduga olehnya, kalau nyatanya Giola bukanlah anak Adam. Fakta yang mengejutkan, tapi juga menguntungkan.
Jadi ini yang menjadi alasan kenapa Adam tak pernah bisa menyayangi Giola sepenuh hati layaknya putrinya, ternyata Giola hanyalah anak tiri, anak hasil zina dari Aina dan suami barunya. Sungguh memalukan sekali.
"Hehm, Giola, Giola.. kemarin lo bangga banget 'kan, disanjung-sanjung satu sekolah, sekarang lihat aja, gimana caranya gue ambil alih permainan ini."
"Gimana cara gue bisa malu-maluin lo di depan mereka semua! Tunggu tanggal mainnya aja."
Giselle lanjut berjalan, menuju karena jarak antar rumahny ke tempat cafe tersebut tidaklah jauh, makanya Giselle memilih untuk berjalan kaki saja. Suasana malam semakin kalut, Jakarta di malam hari terkadang begitu indah di pandangan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG & GIOLA ( End )
Teen Fiction#1 [ INI LAGI DI REVISI YAA SENG ] "Tekadnya kuat, sayangnya, sayapnya yang mudah patah." -nurhmanis in Galang & Giola. "Alang.... Ola bisa ke langit," -Giola Asyandhy. "Jaga sayap kamu, Ola. Kalau harus patah, maka kita harus patah bers...