031. Can I Just Stay Here?
"Rumah gue itu Galang."
______
"Galang gue nggak mau ke sini, please, jangan paksa gue." Giola masih saja bersikeras menolak untuk masuk ke dalam rumah itu.
"Giola, ini juga rumah lo. Gue tau, rasanya emang nggak nyaman, tapi ruman tetep rumah, kan?" Galang membujuknya.
"Rumah gue itu Galang." ucap Giola kemudian berkata kembali. "Ini bukan rumah gue. Di dalam sini, gue dituduh, disuruh-suruh, disindir, dikurung. Rumah gue darimananya, coba?"
Giola semakin memperatkan pelukannya pada Galang. "Tolong Galang, gue nggak mau di sini. 'Kan lo sendiri yang nyuruh gue pergi dari sini, kalau gue udah nggak nyaman. Lo nggak inget?"
"Iyya, gue emang nyuruh lo gitu, karena sebelumnya gue mikirnya, kalau lo itu udah nggak bisa lagi tinggal sama mereka. Tapi, La, kenyataannya dia tetap keluarga lo. Lo mau lari dari Papah lo sendiri seumur hidup lo?" jelas Galang menjelaskan semuanya. Sebenarnya Galang cuma tidak ingin, kalau Giola sampai menjauhi keluarganya cuma karena dia.
"Galang...."
"Giola, lo percaya sama gue, 'kan? Kalau nggak gini aja, deh... lo boleh coba tinggal lagi di sini beberapa hari, lo selesaiin masalah sama keluarga lo baik-baik. Nanti kalau ternyata hasilnya masih sama, gue nggak bakalan ngelarang lo pergi kemanapun yang lo mau. Gue nggak mau Giola gue lari."
Perlahan Giola mulai luluh, perkataan Galang itu ada benarnya juga. Tidak salahkan, mencoba dulu? Maka Giola pun langsung menyetujui usulan Galang, cewek ini bergegas turun dari motor Galang. "Okeh, gue setuju. Tapi cuma beberapa hari aja, ya."
Galang mengangguk dan mengiyakan. "Iyya, Ola." semoga saja, Giola tetap bisa menjaga tali kekeluargaannya, semoga Giola bisa tetap tinggal nyaman di sana, dan tidak akan pernah lari lagi.
"Okeh." final Giola. "Tapi kalau gue sampai harus dengerin segala omongan mereka yang nyakitin, gimana?"
"Tenang, gue ada solusinya." ujar Galang secara mantap. Cowok ini langsung membuka tasnya yang dia gendong sejak tadi di pundaknya. Rupanya di dalam tasnya itu, ada sebuah headphone berwarna putih polos.
"Nih, pake aja. Gue udah beliin ini khusus, cuma buat lo. Ini berfungsi banget buat nutupin kuping kita, dari omongan orang yang nggak-nggak." ucap Galang. Cowok ini menyerahkan benda tersebut kepada Giola.
"Nice idea. Makasih ya, Galang." Giola terus-terusan mengucapkan terimakasih terus kepada Galang, karena memang cowok itu se-baik itu kepadanya. Giola mengambil headphone tersebut dan segera memasangkannya di telinganya.
"Yaudah, sana gih, masuk." titah Galang secara halus.
"Wait, gue mau puter lagu dulu, baru masuk." ucap Giola. Dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempangnya, kemudian Giola menyambungkan kabel headphone tersebut ke ponselnya, ketika sudah tersambung, barulah Giola memutar lagu kesukaannya, tak lain dan tak bukan adalah lagu ciptaan Afifah, 'terlanjur dia'. Meski Giola adalah 'Blink' garis keras, namun kecintaanya kepada musik lokal, tidak memudar.
Setelah musik menyala, Giola pun segera masuk ke dalam rumahnya dengan sangat santai. Dirinya sudah sangat siap dengan segala cacian, hinaan, dan bentakan yang akan diterimanya nanti setelah masuk ke dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG & GIOLA ( End )
Teen Fiction#1 [ INI LAGI DI REVISI YAA SENG ] "Tekadnya kuat, sayangnya, sayapnya yang mudah patah." -nurhmanis in Galang & Giola. "Alang.... Ola bisa ke langit," -Giola Asyandhy. "Jaga sayap kamu, Ola. Kalau harus patah, maka kita harus patah bers...